Sistem Kesehatan Tunisia Ambruk Akibat Covid-19

Kementerian Kesehatan Tunisia mengibaratkan kapal sedang tenggelam.

EPA
Habib Bourguiba, kota Tunis, Tunisia tampak kosong saat pemberlakuan karantina wilayah untuk mencegah penyebaran Covid-19 pad 9 Mei 2021. Pemerintah menolak memberlakukan total lockdown karena faktor ekonomi. Kini, sistem kesehatannya ambruk oleh lonjakan kasus Covid-19.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Sistem layanan kesehatan Tunisia ambruk akibat Covid-19. Unit-unit perawatan intensi (ICU) penuh dan para dokter kewalahan oleh kasus dan kematian yang cepat, demikian dinyatakan Kementerian Kesehatan, Kamis (8/7).

Baca Juga

Tunisia pada Rabu (7/7) mencatat hampir 10 ribu kasus dan 134 kematian baru, rekor harian sejak awal pandemi. Sebelumnya telah berkembang kekhawatiran bahwa negara di benua Afrika itu tidak akan sanggup mengendalikan pandemi.

"Kami dalam situasi bencana ... sistem kesehatan ambruk, kami hanya bisa menemukan satu tempat tidur di rumah-rumah sakit dengan kesulitan yang luar biasa," kata juru bicara kementerian Nisaf Ben Alaya.

"Kami sedang berjuang untuk menyediakan oksigen ... dokter merasakan kelelahan yang belum pernah terjadi sebelumnya," katanya.

Alaya mengibaratkan "kapal sedang tenggelam". Dia juga meminta seluruh rakyat Tunisia agar bersatu dalam upaya memerangi pandemi.

Setelah berhasil mencegah Covid-19 pada gelombang pertama tahun lalu, Tunisia menghadapi lonjakan kasus. Otoritas memberlakukan karantina wilayah di sejumlah kota sejak pekan lalu.

Pemerintah menolak pemberlakuan total lockdown karena krisis ekonomi. Jumlah kasus Covid-19 di Tunisia meningkat menjadi sekitar 465 ribu kasus dan lebih dari 15.700 kematian.

 
Berita Terpopuler