Pandemi di Kota Bekasi: Pasien Antre di RS, Jenazah di TPU

Wali Kota Bekasi akui ada antrean pemakaman jenazah akibat lonjakan angka kematian.

Republika/Thoudy Badai
Jenazah pasien Covid-19 dibawa ke ruang jenazah di RSUD Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi, Jawa Barat, Ahad (27/6). Kasus Covid-19 di Indonesia masih terus mengalami lonjakan, berdasarkan data dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19 pada Minggu 27 Juni 2021 jumlah kasus positif covid-19 bertambah sebanyak 21.324 orang dengan total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 2.115.304 orang. Republika/Thoudy Badai
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Uji Sukma Medianti

Kondisi gawatnya penularan Covid-19 di Kota Bekasi tergambar dari suasana rumah sakit (RS) dan tempat pemakaman umum (TPU). Jika di RSUD Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi, pasien Covid-19 mengantre untuk menjalani perawatan, di TPU Padurenan, Kecamatan Mustika Jaya, jenazah pasien Covid-19 harus antre untuk dimakamkan.

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, mengakui, RSUD Kota Bekasi kini tidak bisa menerima semua pasien Covid-19. Menurutnya, saat ini tak semua pasien bisa datang begitu saja ke RSUD meskipun bergejala.

Baca Juga

"Kalau diare dan pusing isolasi di rumah. Tapi kalau sudah sesak napas ini bawa ke triase karena di sini ada dokter dan oksigen," kata pria yang akrab disapa Pepen, Rabu (30/6).

Sementara pasien dengan komorbid, seperti jantung bisa dirujuk ke rumah sakit umum. Pepen mengatakan, sebelumnya pasien dengan gejala ringan banyak yang mendatangi rumah sakit. Hal ini menjadi salah satu pemicu menumpuknya pasien di RSUD.

"Sekarang kan orang baru pusing sudah dibawa ke rumah sakit umum makanya sekarang jadi penuh," terangnya.

In Picture: Tenda Darurat di RSUD Bekasi Atasi Membeludaknya Pasien

Sejumlah pasien berada didekat tenda darurat RSUD Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (25/6). Puluhan pasien yang dirawat ditenda darurat tersebut belum tentu menderita COVID-19, mereka akan diperiksa lebih dahulu dengan swab PCR sembari dilakukan perawatan. Melonjaknya kasus COVID-19 di Kota Bekasi dalam beberapa hari terakhir mengakibatkan penuhnya tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit tersebut. Prayogi/Republika - (Prayogi/Republika.)

 

 

Pemkot Bekasi saat ini juga membatasi jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RSUD Chasbullah Abdulmadjid sebesar 75 persen kapasitas. Hal ini menepis adanya kemungkinan ditutupnya Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk pasien Covid-19 seperti yang dilakukan oleh Pemkab Bekasi.

"Saya enggak mau. Saya kasih target setinggi-tingginya 75 persen buat Covid-19, 25 persen non-Covid," kata Pepen.

Pengendalian Covid-19 dari sisi hilir, kata Pepen, sapaan akrabnya, sudah diupayakan dengan menambah tenda-tenda triase di halaman parkir RSUD, kini jumlahnya mencapai 10 tenda.

"Di sini sudah kita tambah, triase, IGD-nya juga sudah kita tambah, rumah sakit swasta kita minta 40 persen kapasitas," ungkapnya.

Pepen juga menetapkan situasi darurat di wilayahnya. Hal itu lantaran ada 72 orang yang meninggal dalam sehari karena Covid-19.

"Kita tetapkan sekarang darurat kan sudah 72 orang yang meninggal dalam sehari," kata Pepen.

Kenaikan signifikan dari angka kematian di Kota Bekasi terjadi dalam satu pekan terakhir. Eskalasinya mulai nampak di TPU Padurenan, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi sejak akhir pekan lalu, di mana jenazah harus mengantre untuk dimakamkan.

"Kemarin memang ada antrean (pemakaman jenazah)," kata Pepen, di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, Kamis (1/7).

Politisi Partai Golkar ini menyebut, pada 27 Juni ada 43 orang yang meninggal dunia kemudian pada 28 Juni ada 40 orang, dan pada 29 Juni ada 73 orang. Seluruhnya dimakamkan di TPU khusus Covid-19 tersebut.

Situasi ini disebut Pepen sudah terprediksi. Untuk itu, pada 22 Juni lalu pihaknya telah mengoperasikan alat berat untuk mengubur puluhan jenazah.

"Makanya dari 22 Juni itu kita ancang-ancang eskavator (alat berat) masuk. Karena, gali satu lubang saja mungkin bisa menghabiskan waktu dua sampai tiga jam," terangnya.

Pepen mengatakan, saat ini ada banyak jenazah di RSUD Chasbullah Abdulmadjid yang belum dimakamkan. Dalam menghadapi situasi ini, Pepen meminta kepada warganya agar melapor kepada puskesmas setempat apabila diketemukan kasus kematian tidak di rumah sakit. Sehingga, tidak perlu lagi ke RSUD atau rumah sakit swasta.

"Saya juga imbau kepada warga masyarakat, kalau diketemukan itu meninggal tidak dalam fasilitas RS. Segera info ke puskesmas, nanti diambil oleh tim puskesmas," ungkapnya.

"Tim puskesmas dibawa ke rumah singgah, terus kita bawa ke pemulasaran sesuai WHO. Baru kita makamkan ke TPU Padurenan," kata ia menambahkan.

Adapun, berdasarkan data yang dirilis Dinas Kesehatan Kota Bekasi, kasus meninggal dunia mengalami kenaikan sejak dua pekan lalu. Hingga 26 Juni 2021, jumlah kasus kematian bertambah menjadi 662 kasus. Jumlah ini belum termasuk angka kematian hingga 30 Juni kemarin.

Tren angka kematian sejak 20 hingga 26 Juni naik secara gradual dari 1,26 persen menjadi 1,29 persen per jumlah kasus aktif yang mencapai 3.044 orang pada 26 Juni 2021.

 

Sebagai gambaran padatnya suasana RS, hingga hari ini, RSUD Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi sudah mendirikan 10 tenda triase di halaman parkir. Kapasitasnya mencapai 150 bed. Dari jumlah kapasitas tersebut, sebanyak 80 persennya merupakan pasien Covid-19.

"Sekarang (kapasitas tenda) sudah mencapai 150 bed ya. 80 persen terkonfirmasi positif," kata dr Kusnanto Saidi, Direktur Utama RSUD Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi, Kamis (1/7).

Kusnanto menjelaskan, saat pertama kali mendirikan tenda, kapasitasnya hanya mencapai 30 bed dengan jumlah tenda triase sebanyak dua. Semula, tenda-tenda milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu hanya berfungsi sebagai ruang transisi.

Risiko orang yang terpapar Covid-19 di tenda menjadi sangat tinggi. Sebab, mayoritas penghuni tenda merupakan mereka yang positif Covid-19.

Menanggapi hal ini, Kusnanto mengatakan tidak bisa memfilter dengan cepat mana saja pasien yang terkonfirmasi positif dan yang tidak.

"Orang datang kita enggak tahu ya, ada yang bawa hasil PCR ada yang engga. Kalau gejala Covid. Artinya dia harus menunggu kan, terkonfirmasi apa tidak," terangnya.

Jumlah tenaga kesehatan (nakes) di Kota Bekasi juga menipis akibat semakin banyaknya nakes yang ikut terpapar Covid-19. Secara kumulatif, jumlah tenaga kesehatan di lingkup Dinas Kesehatan Kota Bekasi yang terpapar Covid-19 mencapai 256 orang.

"Secara kumulatif di lingkup dinkes di seluruh layanan. Ada 256 yang terpapar. Tapi dinkes saja ya," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Tanti Rohilawati., kepada wartawan, Kamis (1/7).

Dengan banyaknya nakes yang terpapar ini, maka jumlah tenaganya menjadi semakin menipis. Salah satu antisipasi yang dilakukan oleh Dinkes Kota Bekasi adalah bekerja sama dengan organisasi profesi.

"Kami bekerja sama dengan profesi. Organisasi profesi kita gandeng. Semua yang terkait kita gandeng," ujar dia.

Adapun, jumlah nakes di RSUD Chasbullah Abdulmadjid, yang terpapar Covid-19 ada 50 orang.

"Sampai saat ini yang terpapar di atas 50 di RSUD. Kalau dinkes se-kota," terang Direktur Utama RSUD Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi, dr Kusnanto, Kamis (1/7).

Untuk menyeimbangkan jumlah pasien yang ada dengan tenaga medis yang tersedia, pihaknya telah menambah jumlah tenaga kesehatan sebanyak 40 perawat dan 10 dokter.

"Kita minta tenaga relawan. 40 perawat 10 dokter dan lain lain," ungkapnya.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Kota Bekasi, dr Eko Nugroho, mengatakan, setidaknya 10 sampai 15 persen nakes yang bekerja di rumah sakit swasta Kota Bekasi terpapar Covid-19.

“Jumat kemarin kami koordinasi, tercatat rata-rata di RS, nakes terpapar 10-15 persen dari total karyawan yang ada,” terang Eko saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (27/6).

Infografis dokter dan tenaga kesehatan yang wafat akibat Covid-19 - (Republika)

 
Berita Terpopuler