Mengenang KH Anwari Ahsan, Kiai Kampung yang Berdedikasi 

KH Anwari Ahsan dikenal sebagai sosok kiai kampung yang fokus pendidikan

Dok Istimewa
Almarhum KH Anwari Ahsan (kedua dari kanan) dikenal sebagai sosok kiai kampung yang fokus pendidikan.
Red: Nashih Nashrullah

Oleh : KH Abdul Muiz Ali, Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat dan Pengurus Lembaga Dakwah PBNU, dan Duta Pancasila BPIP RI

REPUBLIKA.CO.ID,  Kabar duka menyelimuti keluarga besar pondok pesantren Darurrohman Murombuh Kwanyar Bangkalan Madura, atas berita wafatnya Kiai Ach Anwari Ahsan, pengasuh Pondok Pesantren Darurrohman, Sabtu malam Ahad, 16 Dzulqa'dah 1442 H/ 26 Juni 2021 sekitar pukul 18.30 WIb. Kiai Anwari Ahsan wafat pasa usia 69 tahun di kediamanya, pondok pesantren Darurrohman Murombuh Kwanyar Bangkalan. 

Baca Juga

Kepergiannya tidak hanya menyimpan sedih dan duka yang mendalam bagi segenap keluarga besar pondok pesantren Darurrohman, tetapi juga bagi santri dan masyarakat sekitar desa Murombuh, termasuk alumni madrasah Al-Arsyadiyah dan Pondok Pesantren Darurrohman yang alumninya sebagian besar tinggal di daerah Madura, Surabaya, Tulungagung, Kediri, Jakarta dan sekitarnya.

Sholat jenazah almarhum diikuti santri, alumni, dan masyarakat Murombuh. Karena membludaknya orang yang mengikuti pelaksanaan sholat jenazah almarhum Kiai Anwari, sholat jenazah sampai dilaksanakan dua kali. Pertama Imam sholat jenazah dipimpin KH Abd Jalil bin KH Cholil Yasin, dan yang kedua dipimpin KH Ibrohim bin KH Amin Cholil Yasin. Keduanya merupakan ulama yang masih tergolong dzurriyah Syaikhona Muhammad Cholil Bangkalan Madura. 

Keturunan Bujuk Murombuh

Selain mulia karena ilmunya, Kiai Anwari juga mulia karena nasabnya. Silsilahnya tersambung dengan Syekh Alimuddin (Bujuk Murombuh). Syekh Alimuddin merupakan ulama sekaligus da'i yang menyebarkan agama Islam di desa Murombuh yang kemudian masyarakat Murombuh menyebutnya Bujuk Murombuh.

Nasab Kiai Anwari tersambung kepada Bujuk Murombuh melalui jalur Ayahnya, yaitu KH  Ahsan, Kiai Ach Anwari bin KH Ahsan bin KH  Abdurrahman bin Nyai Mun binti Kiai Iqna' (Bujuk Dhambok) bin Nyai Siti Asiya (Buju' Arsyad) binti Bujuk Ahmad bin Syaikh Alimuddin (Bujuk Murombuh). 

Dari jalur silsilah Bujuk Morombuh ini, nasab Kiai Anwari juga tersambung kepada Syekh Zainal Abidin (Sunan Cendana Kwanyar). Syekh Alimuddin (Bujuk Murombuh) merupakan putra dari Nyai Sareha binti Bujuk Jipen bin Nyai Teppi binti Nyai Komalasari binti Bujuk Cendana Raden Zainal Abidin (Sunan Cendana). Sunan Cendana Kwanyar sendiri masih tergolong cicit dari Sayid Muhammad Qosim (Sunan Drajat), putra Raden Rahmat (Sunan Ampel).    

 

Semangat Belajar 

Almaghfurlah Kiai Anwari Ahsan meski dibesarkan dari keluarga yang sangat sederhana, tetapi tidak pantang menyerah apalagi putus asa untuk mencari dan mendalami ilmu agama. Kegigihan mencari ilmu dan mencari barokah ulama nampak terlihat dari jejak langkah pengembaraan intelekualnya mencari ilmu dari pesantren ke pesantren. 

Setelah belajar di lingkungan keluarga mengenal dasar-dasar ilmu agama, Kiai Anwari melanjutkan belajarnya ke pondok pesantren Nurul Cholil Demangan Bangkalan di bawah asuhan KH  Muntahsor, ayahanda dari KH  Zubair Muntahsor, pengasuh pondok pesantren Nurul Cholil sekarang. KH Zubair Muntshor termasuk salah satu cicit dari Syaikhona Cholil Bangkalan.

Konon, selama mondok di Nurul Cholil Bangkalan, Kiai Anwari sering mendapat tugas khusus dari Kiai Muntahsor, baik tugas berkaitan dengan urusan pondok atau bahkan terkadang urusan dan kebutuhan keluarga pesantren. Barangkali atas buah ketekunan pada saat mencari ilmu dan keikhlasannya dalam mengabdi mengharap barokah kepada gurunya, dia mendapat barokah dari para gurunya yang kemudian menyebabkan hampir kehidupannya digunakan untuk berjuang dalam memajukan agama Islam dan pendidikan, khususnya di lingkungan pondok pesantren Darurrohman desa Murombuh Kwanyar Bangkalan.

Selepas dari pondok pesantren Nurul Cholil Bangkalan, seperti santri muda yang belum puas mencari ilmu, Kiai Anwari melanjutkan belajar ke pondok pesantren Siwalan Panji Sidoarjo Jawa Timur. Pondok pesantren Panji tergolong pesantren tua di Jawa Timur dan telah melahirkan beberapa ulama dan tokoh nasional, seperti Syaikhona Muhammad Cholil Bangkalan, Hadrotus Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari pendiri Nahdlatul Ulama, Mbah Hamid Abdullah Pasuruan, Kiai As’ad Syamsul Arifin Situbondo, Mbah Ud Pagerwojo, Mbah Jaelani Tulangan, KH Ridwan Abdullah pencipta lambang Nahdlatul Ulama, KH Alwi Abdul Aziz, KH Wahid Hasyim, KH  Ghozi Noerhasan Nawawi Sidogiri dan ulama lainnya. Selain pernah belajar di pondok pesantren Nurul Cholil Bangkalan dan Panji Sidoarjo, almarhum Man Wari pernah mengaji ke beberapa ulama di di berbaga pondok pesantren.  

Gantikan paman

Sejak Kiai Anwari menjadi pengasuh menggantikan pamanya Kiai Ali Ya'qub bin KH  Abdurrohman, pendidikan di pondok pesantren Darurrohman terus berkembang. Selain mengembangkan pendidikan madrasah dan pondok pesantren dengan spesifikasi cara mudah dan cepat membaca kitab kuning metode Al-Miftah Lil Ulum Sidogiri, almaghfurlah Kiai Anwari juga mengembangkan pendidikan formal seperti TK, MI, SMP dan SMK. 

Dengan memadukan dua kekuatan pendidikan tradisional dan formal ini, diharapkan alumni Darurrohman bisa menjawab kebutuhan dan tantangan zaman. Sejak diselenggarakannya pendidikan formal di pondok pesantren Darurroman, sudah banyak dari putra putri masyarakat Murombuh dan sekitarnya, selepas menempuh pendidikan di Darurrohman kemudian bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Itu semua tidak lepas dari kegigihan dan harapan mulia yang selama ini di cita-citakan oleh almaghfulah Kiai Anwari Ahsan.

Selain hari-harinya menemani santri dan mengabdi kepada masyarakat, ia juga aktif mengabdi di organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Ia aktif di kegiatan-kegiatan Bathsul Masail tingkat MWC NU Kwanyar. Setelah almarhum Kiai Anwari sibuk mengisi pengajian di pondok pesantren, utusan kegiatan Bathsul Masail dari  NU ranting desa Murombuh biasanya digantikan oleh adiknya yang dikenal alim, yaitu Binderah Amin Ahsan dan selanjutnya terkadang digantikan oleh keponakanya Ach Zaini Ali. Kiai Anwari Ahsan mengabdi di NU sampai akhir hayatnya dengan jabatan terakhir sebagai Wakil Rois Syuriah MWC Kwanyar PCNU Bangkalan.

 

Semangat dengan cita-citanya

Sebelum Kiai Anwari menggantikan pamanya menjadi pengasuh pondok pesantren Darurrohman, dia memang dikenal gigih dan semangat membesarkan pendidikan dan pondok pesantren yang dulu dirintis leluhurnya. Sejak berkeluarga hingga wafatnya, hampir seluruh hidupnya "diwakafkan" atau diberikan untuk mengabdi dalam perjuangan pendidikan dan pesantren. Cita-citanya sangat tinggi untuk kemajuan pedidikan di desanya. 

Menurut penuturan salah satu adiknya, Kiai Dr (c) Nur Fauzi Ahsan, yang sekarang menjabat Wakil Sekretaris MUI Jawa Timur, "Kak Wari ini meski dalam kondisi kurang sehat, tetapi kalau diajak diskusi soal kemajuan pendidikan, dia seperti orang sehat.”  

“Beberapa bulan sebelum wafatnya, Kak Wari pernah memberikan oretan-oretan kepada saya, isi oretan-oretan tersebut berkaitan dengan harapan pendidikan di Darurrohman kedepan.”  Oretan-oretan yang diberikan kepada adiknya tersebut, selain menunjukkan semangatnya memikirkan pendidikan di akhir hayatnya, itu sekaligus semacam isyaroh perjuangan yang harus dilanjutkan oleh generasi setelahnya demi menjaga eksistensi dakwah dan pendidikan di lingkungan pondok pesantren Darurrohman.

Seperti ada firasat dia akan menghadap kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, dua hari sebelum wafatnya almarhum Kiai Anwari memanggil salah satu adik sepupunya, yaitu KH Imam Rofi'i Anwar. Dia memberikan wasiat nitip pendidikan di Darurrohman, dan sekaligus berpesan menjaga kerukunan dan kekompakan keluarga besar Pondok Pesantren Darurrohman.

Pada waktu sehatnya, Kiai Anwari sering menyampaikan, baik kepada saudaranya, anaknya, keponakan dan kerabatnya tentang harapannya soal pendidikan. Dia ingin pendidikan di Pondok Pesantren Darurrohman kedepan terus berkembang dan bisa lebih maju. 

Pendidikan di Darurrohman yang di dalamnya sudah ada beberapa unit pendidikan, seperti madrasah diniyah Al-Arsyadiyah, kursus baca kitab cepat, TK, MI, SMP dan SMK bisa lebih maju lagi dan terus berkembang dari sekarang. Salah satu harapan almarhum Kiai Anwari yang pernah dia sampaikan, "Murid Madrasah Al-Arsyadiyah atau santri pondok pesantren Darurrohman Murombuh yang kata orang luar Murombuh gunung  kelettak (Desa Murombuh gunung dan bebatuan), tetapi soal kualitas pendidikan dan akhlak jangan sampai kalah dengan orang luar Murombuh." 

Sebuah harapan, citat-cita dan motivasi almarhum yang luar biasa untuk kemajuan masyarakat Murombuh. Semoga keluarga besar Pondok Pesantren Darurrohman umumnya dapat melanjutkan perjuangannya, sebagai bentuk peyambung asa dan cita-cita perjuangan dan dakwah yang dicontohkan para leluhurnya. Amin.    

 
Berita Terpopuler