Inggris Pakai Inhaler Asma untuk Pasien Covid-19

Inhaler budesonide merupakan obat yang biasa dipakai pengidap asma.

EPA
Inhaler asma. Budesonide inhaler yang biasa dipakai pengidap asma tampak bisa mempercepat pemulihan pasien Covid-19.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inhaler ternyata tidak hanya bermanfaat bagi penderita asma, tetapi juga untuk pasien Covid-19. Para ahli dari Inggris mengklaim bahwa obat semprot tersebut mampu mempercepat pemulihan pasien Covid-19 hingga tiga hari.

"Kalau rata-rata lama pasien dirawat di rumah sakit adalah delapan hari, lalu Anda bisa menguranginya tiga hari lebih cepat dengan penggunaan inhaler, kenapa tidak dipakai lebih banyak lagi?" kata tokoh senior Covid Recovery Group yang juga anggota parlemen dari Partai Konservatif, Graham Brady, kepada Telegraph, dikutip Selasa (29/6).

Baca Juga

Brady pun menyerukan agar inhaler tersebut lebih banyak lagi diresepkan untuk pasien Covid-19. Jo Churchill selaku Parliamentary Under Secretary of State di Department of Health and Social Care menjelaskan bahwa National Health Service (NHS) telah merilis panduan baru penanganan Covid-19 yang menyarankan para dokter untuk meresepkan inhaler budesonide dengan pertimbangan kasus per kasus.

Sebuah penelitian dari University of Oxford juga menemukan bahwa pasien yang diobati dengan inhaler budesonide pulih lebih cepat dan kecil kemungkinan untuk dirawat di rumah sakit. Penelitian dilakukan dengan mengamati 4.700 individu di Inggris.

"Departemen Kesehatan akan terus memantau hasil penggunaan inhaler budesonide pada pasien Covid-19 dan akan menyesuaikan panduan berbekal data detail dari analisis uji coba," tutur Churchill.

Studi University of Oxford menemukan bahwa inhaler budesonide bekerja untuk individu dari segala usia, baik yang memiliki masalah kesehatan yang mendasarinya atau tidak. Profesor Perawatan Primer di Oxford, Chris Butler, mengatakan bahwa studi ini sangat menarik dan memberi harapan baru bagi pasien Covid-19 untuk sembuh lebih cepat.

"Obat yang tersedia secara luas di pasaran dengan harga terjangkau bisa membantu pemulihan lebih cepat. Praktisi medis di seluruh dunia yang merawat pasien Covid-19 mungkin bisa mempertimbangkan studi ini," kata Butler, seperti dilansir The Sun, Selasa (22/6).

Hasil riset Oxford

Studi Principle yang dilakukan peneliti Oxford melibatkan 751 pasien Covid-19 bergejala. Mereka menjalani perawatan Covid-19 di rumah selama 14 hari dengan menggunakan budesonide. Dalam kurun waktu tersebut, pasien diminta menghirup inhaler budesonide 800 mikrogram dua kali sehari.

Peneliti juga melibatkan 1.028 pasien Covid-19 lain dalam kelompok kontrol sebagai pembanding. Para pasien Covid-19 ini menjalani pengobatan Covid-19 standar NHS.

Para pasien dalam studi ini dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok pasien berusia di atas 65 tahun dan kelompok pasien berusia 50-64 tahun dengan komorbid seperti sistem imun lemah, penyakit jantung, dan penyakit paru.

Pasien-pasien yang menerima budesonide memiliki rata-rata waktu pemulihan 3.01 hari lebih pendek dibandingkan kelompok kontrol. Manfaat ini dinilai dapat membantu kelompok berisiko tinggi untuk bisa pulih lebih cepat.

Joint Chief Investigator Profesor Richard Hobbs mengatakan terapi ini berbeda dengan terapi Covid-19 lain yang sudah mendapatkan persetujuan. Alasannya, budesonide efektif digunakan sebagai terapi di rumah dan di tahap awal terjadinya Covid-19.

Studi ini juga memberikan indikasi awal bahwa penggunaan budesonide dapat mencegah rawat-inap pada kasus Covid-19. Angka pasien yang membutuhkan rawat inap tampak lebih rendah pada kelompok yang menerima budesonide dibandingkan kelompok kontrol, yaitu 8,5 persen dibandingkan dengan 10,3 persen.

 
Berita Terpopuler