DIY Mulai Kehabisan Nakes Akibat Banyak Terpapar Covid-19

Dinkes DIY menyebut nakes yang tangani Covid-19 jumlahnya makin terbatas

Wihdan Hidayat / Republika
Tenaga kesehatan keluar dari tenda darurat Poli Covid-19 RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta.Sumber Daya Manusia (SDM) untuk penanganan Covid-19 di DIY terbatas saat melonjaknya kasus Covid-19 dua pekan ini. Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY menyebut, hal ini dikarenakan banyaknya SDM khususnya tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19.
Rep: Silvy Dian Setiawan Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sumber Daya Manusia (SDM) untuk penanganan Covid-19 di DIY terbatas saat melonjaknya kasus Covid-19 dua pekan ini. Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY menyebut, hal ini dikarenakan banyaknya SDM khususnya tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes DIY, Yuli Kusumastuti mengatakan, peningkatan kasus ini menjadikan keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) juga terus meningkat. Penambahan kapasitas BOR pun dilakukan guna mengimbangi lonjakan kasus.

"Teman-teman di fasilitas pelayanan kesehatan memiliki keterbatasan baik tempat tidur maupun terutama SDM," kata Yuli kepada wartawan dalam wawancara yang digelar melalui Zoom, Senin (28/6).

Sementara, penambahan kapasitas bed ini juga harus diimbangi dengan jumlah SDM. Beban rumah sakit pun, katanya, menjadi berat dengan semakin berkurangnya SDM akibat banyak yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Yuli menyebut, rumah sakit pun harus mencari jalan keluar untuk mencukupi kebutuhan SDM agar pelayanan berjalan dengan baik. Beberapa rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 di DIY ada yang melakukan rekrutmen mandiri dan bekerja sama dengan berbagai institusi pendidikan kesehatan guna mencukupi kebutuhan SDM.

"SDM yang terbatas kemudian ditambah beberapa terkonfirmasi, sesuai prosedur (menjalani) isolasi mandiri dan ini yang semakin memperberat. Tapi upaya teman-teman RS tidak berhenti," ujarnya.

Dari 27 rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 yang ada di DIY, seluruhnya sudah pernah melaporkan bahwa ada SDM yang terpapar Covid-19. Namun begitu, Yuli belum memiliki data terbaru terkait berapa saja SDM terutama nakes yang menangani Covid-19 terkonfirmasi positif.

"Kami belum punya data secara terinci, tapi hampir semua RS rujukan melaporkan terkonfirmasi. Sekitar 40 sampai 45 nakes terkonfirmasi di RSUD Kota Yogyakarta, ini cukup mengganggu stabilitas pelayanan saat dipertimbangkan untuk mengaktifkan ruang perawatan baru," jelas Yuli.

Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta setidaknya sudah 20 persen SDM-nya yang terkonfirmasi positif Covid-19. Sebagian besar SDM yang terkonfirmasi merupakan perawat dan dokter yang menangani langsung pasien Covid-19.

Direktur Utama RS PKU Muhammadiyah, Mohammad Komarudin mengatakan, penambahan kapasitas bed penanganan Covid-19 masih dapat dilakukan dengan menjadikan ruangan perawatan reguler khusus untuk Covid-19. Namun, penambahan kapasitas ini tetap harus mempertimbangkan kemampuan SDM yang ada.

Sehingga, pihaknya pun terpaksa mengalihkan SDM yang menangani pasien reguler menjadi khusus untuk menangani Covid-19. Sehingga, penanganan Covid-19 dapat terus berjalan dengan keterbatasan SDM yang ada.

"Dokter jaga IGD setelah (jumlahnya) berkurang, kemarin tujuh dokter (juga terpapar) dan dokter lain sudah bergejala, sudah melakukan isolasi mandiri. Rungan masih bisa bisa manfaatkan, tapi SDM. Pasien umum kita batasi, sehingga banyak ruangan yang bisa kita manfaatkan untuk Covid-19, tapi sekali lagi SDM sangat terbatas," katanya.

RS Panti Rapih juga mengeluhkan terkait SDM, pasalnya SDM yang terpapar Covid-19 sudah mencapai 31 orang sejak Mei hingga Juni 2021 ini. SDM ini terdiri dari enam dokter, petugas administrasi dan perawat.

Walaupun begitu, Direktur Utama RS Panti Rapih, Triputro Nugroho mengatakan, penularan Covid-19 terhadap SDM ini bukan berasal dari pasien yang ditangani. Namun, penyebaran Covid-19 berasal dari klaster keluarga.

Pihaknya juga mengalihkan SDM dari perawatan reguler yang khususkan untuk penanganan Covid-19. Kerja sama dengan institusi pendidikan yang fokus di bidang kesehatan juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan SDM.

"Maksimal empat jam mereka bertugas untuk Covid-19, kita tidak bisa mempekerjakan lebih dari itu. Kita komitmen untuk menjaga SDM kita agar bisa melaksanakan tugas dengan baik. Koordinasi juga dengan poltekes, tapi membutuhkan penilaian tenaga. Mungkin nanti bisa mem-back up kita jika nanti butuh tenaga lebih," kata Nugroho.

Sementara itu, RSUP Dr. Sardjito melaporkan ada 204 SDM-nya yang terpapar Covid-19. Saat ini, 185 SDM melakukan isolasi mandiri, 15 SDM isolasi di tempat yang sudah disediakan Sardjito dan empat SDM lainnya tengah mendapatkan perawatan intensif karena positif dengan kondisi yang berat.

"Ada peningkatan (SDM yang terpapar) di Februari sampai Mei, rata-rata terpapar sebulan 30-an orang," kata Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito, Rukmono Siswishanto.

Rukmono menyebut, sebagian besar SDM yang terpapar merupakan tenaga non medis. Sementara, tenaga medis yakni dokter dan perawat yang terpapar mencapai 44 orang saat ini.

Pihaknya juga melakukan rekrutmen relawan kesehatan untuk mencukupi kebutuhan SDM. Setidaknya, sudah ada 143 relawan kesehatan yang direkrut seperti dokter umum, perawat, bidan hingga radiografer.

 

"Relawan dibantu dari BPSDM dan kita lakukan rekrutmen sendiri khususnya untuk perawat, karena kebutuhan rasio perawat pada ruang Covid-19 berbeda dengan rasio perawat di bangsal non Covid-19," ujarnya.

 
Berita Terpopuler