Bangga Buatan Lokal, Khamenei Disuntik Vaksin Produksi Iran

Khamenei menyatakan ketidakpercayaannya dengan vaksin Covid Amerika dan Inggris.

EPA-EFE/SUPREME LEADER OFFICE
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei telah menerima vaksin virus Corona pertama yang dikembangkan oleh pemerintah, Jumat (25/6). Dia mengaku tidak tertarik mengambil vaksin buatan luar negeri karena menurutnya lebih baik menunggu vaksin Iran. Menurutnya, seseorang harus bangga dengan kehormatan nasional sendiri.

Seperti dilansir dari Al Arabiya, pada Januari, Khamenei melarang impor vaksin Amerika dan Inggris sebagai sebuah cerminan ketidakpercayaan terhadap Barat. Perusahaan farmasi Iran Shifafarmed membuat vaksin COV-Iran Barekat berdasarkan virus yang dinonaktifkan. Studi keamanan dan efektivitasnya dimulai pada akhir Desember.

Izin otorisasi darurat disetujui pekan lalu setelah negara itu, yang merupakan negara yang paling terpukul di Timur Tengah, menghadapi masalah dalam mengimpor cukup vaksin. Iran belum mempublikasikan data tentang kemanjuran vaksin, tetapi mengklaim bahwa orang yang mendapatkan suntikan buatan sendiri memiliki sekitar 85 persen kekebalan terhadap virus mematikan itu.

Para pejabat Iran mengatakan jumlah kematian akibat Covid-19 bertambah 115 menurut data terakhir. Ini menjadikan total kasus di negara itu sebanyak 83.588 sejak pandemi pecah tahun lalu.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Sima Sadat Lari mengatakan 10.820 kasus baru yang dikonfirmasi terdaftar pada periode yang sama, sehingga totalnya menjadi 3.150.949. Setidaknya 1.397 orang tetap dirawat di rumah sakit karena virus.

Baca Juga

Lari menambahan, 3.219 pasien dalam kondisi serius, dan 2.809.595 telah pulih sejauh ini.  Meski begitu, Iran tetap menjadi salah satu negara yang paling terpukul di dunia.

Iran juga mengatakan sedang mengerjakan vaksin dengan kerja sama dari negara asing.  Pihak berwenang Iran mengatakan bahwa vaksin lain yang diproduksi bersama oleh Iran dan Kuba, akan bergabung dengan paket vaksin negara itu dalam beberapa hari mendatang.

Penelitian vaksin lokal Iran telah mendapatkan urgensi karena para pejabat menuduh bahwa sanksi Amerika yang berat akan menghambat upaya inokulasi massal Republik tersebut.

Iran mempertahankan beberapa akses ke vaksin, termasuk melalui partisipasinya dalam COVAX, sebuah inisiatif internasional yang dirancang untuk mendistribusikan vaksin ke negara-negara terlepas dari kekayaan mereka.

Namun bank dan lembaga keuangan internasional enggan berurusan dengan Iran karena takut akan hukuman Amerika.  Di bawah aturan COVAX, Iran dapat memesan dosis yang cukup untuk memvaksinasi setengah dari 82 juta penduduknya.

 
Berita Terpopuler