Pendidikan Islam di Ethiopia Bangkit Kembali

Pendidikan Islam di Ethiopia dimulai saat sahabat Rasulullah hijrah.

google.com
Nasjid Negashi yang berdiri di tengah pemukiman pertama Muslim di dunia yang terletak di Ethiopia.
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,ADDIS ABABA --  Seorang guru paling dihormati di Saidna Hamzaa, sekolah Alquran di Addis Ababa, Ethiopia, Sheikh Ahmed Awol menceritakan mengenai perkembangan sekolah Islam di negara yang pada zaman Rasulullah dikenal dengan Habasyah ini.

Baca Juga

Sheikh mengungkap kelas pernah diadakan di udara terbuka, di bawah pohon, atau di sebuah ruangan kecil di sebuah bangunan tradisional Ethiopia. Para siswa kemudian mulai membaca, dan menghafal sumber-sumber utama Islam dari Alquran, Hadits, dan teks-teks agama lainnya. Mereka melafalkan dengan keras dan antusias.

"Begitulah pendidikan Islam dimulai di Ethiopia dan terus meningkat," kata Sheikh dilansir dari laman Albawaba pada Selasa (22/6).

Dia mengungkapkan, pendidikan Islam di Ethiopia dimulai pada abad ke tujuh. Saat itu para sahabat dan kerabat Nabi Muhammad yang dianiaya di kota Makkah oleh orang-orang kafir, mereka mencari perlindungan di Nejashi.

 

 

Pemukiman Islam pertama ini terletak di kota Wukro di wilayah Tigray utara, sekitar 800 kilometer (500 mil) dari ibu kota. Para pengungsi yang disambut oleh raja negeri itu dan rakyatnya telah membangun masjid Al-Nejashi, salah satu tempat ibadah Muslim tertua di dunia.

"Pendidikan Islam di negara kita setua iman kita, dan masjid Al-Nejashi menjadi pusat pertama Sekolah Alquran," kata Awol.

"Sejak (saat itu), sekolah-sekolah yang didukung oleh masyarakat menjamur di pedesaan dan perkotaan Etiopia," lanjutnya.

Pada suatu pagi yang cerah berabad-abad kemudian, Abdul Razak Ali dan orang lain seperti dia asyik membaca Alquran tradisional Arab di dalam masjid Sadina Hamzaa, yang dibangun dengan baik, berkarpet, dan murni. Sejumlah anak perempuan juga menghadiri kelas terpisah.

 

Kepala sekolah, Abdul Geni Kedir mengatakan, sekolah tersebut telah membangun sistem pendidikan yang didanai publik secara nasional dan terstruktur dengan baik.

"Kami memiliki sembilan pesantren di ibu kota dan 15 di daerah lain dan kami berencana untuk membuka lebih banyak lagi. Untuk siswa Muslim yang mengikuti pendidikan sekuler reguler, kami telah mendirikan 70 pusat pendidikan setelah sekolah di ibu kota. dan semua 10 wilayah," kata Kedir.

Kedir mengungkapkan, sekolah asrama menerima siswa dari setiap sudut Ethiopia. Kebanyakan dari mereka telah lulus di berbagai bidang dari berbagai universitas di negara itu.

Seorang guru, Anwar Ahmed mengatakan, sekolah menawarkan metodologi pengajaran yang ketat melibatkan ujian dan berbagai jenis tes di tingkat yang berbeda.

 

 

"Siswa diharuskan menyelesaikan tingkat pertama pembelajaran Alquran dan Hadits dalam dua hingga tiga tahun," kata Ahmed.

"Mereka yang lulus ujian akan dipindahkan ke pendidikan tingkat kedua di cabang lain, yang seringkali memakan waktu lima tahun. Kami menjalankan sekolah model perguruan tinggi," lanjutnya.

Menurut Awol, aspek pendidikan yang paling dihargai adalah moralitas, yang merupakan dasar Islam. "Kami mengajarkan kepada siswa kami moralitas integritas agama, kedamaian, dan pemahaman yang akan mengatur perilaku dan karakter mereka di masyarakat. Ini berkontribusi untuk mempertahankan hubungan antaragama yang harmonis sejak lama," kata dia.

Seorang siswa Abdul Razak Ali (17) berada di tingkat pertama sekolah Islamnya. Dia mengatakan, dirinya tengah membangun kepribadian Islam yang matang, yang akan membantunya sebagai anggota masyarakat.

 

 

"Saya ingin menyelesaikan kuliah dan menjadi khatib atau guru di madrasah pedesaan," kata Ali.

"Kami telah menghasilkan Muslim elit selama 12 tahun terakhir dan banyak dari mereka melayani sebagai Imam (pemimpin sholat) masjid dan pemimpin komunitas yang dihormati di berbagai bagian Ethiopia," ucap Kedir.

Adapun populasi Muslim Ethiopia yang didominasi Sunni telah tumbuh sekitar 40 persen dari 112 juta penduduk negara Tanduk Afrika, yang mayoritas Kristen. Muslim Ethiopia dan Kristen dari berbagai denominasi telah hidup berdampingan secara damai selama beberapa generasi.

Namun, selama tiga tahun terakhir, kekerasan muncul antara pengikut dua agama besar di beberapa bagian negara. Para pemimpin agama dan pejabat pemerintah menyalahkan kekuatan politik sebagai pemicu konflik.

 

 

Menurut Dewan Tertinggi Urusan Islam Ethiopia, selain Sekolah Sadina Hamzaa, ada 218 sekolah Alquran yang diakui secara resmi di Ethiopia.

Kedir mengatakan, perluasan sekolah, yang telah berkontribusi secara signifikan terhadap penyebaran agama, mencerminkan peningkatan yang stabil dari pengaruh komunitas dalam masyarakat Ethiopia.

 

"Pendidikan Islam telah diperkuat oleh media Islam yang berkembang dan kegiatan publik terkait," katanya.

 
Berita Terpopuler