Nyaris Penuhnya RS Gambarkan Gawatnya Kondisi Pandemi di DKI

Angka keterisian RS rujukan Covid-19 di Jakarta telah mencapai 90 persen.

Republika/Thoudy Badai
Petugas Kepolisian menutup akses jalan di kawasan Bulungan saat jam pembatasan kegiatan masyarakat di Jakarta, Selasa (22/6). Polda Metro Jaya melakukan penutupan 10 ruas jalan di Jakarta pada pukul 21.00 hingga 04.00 WIB mulai hari ini Senin 21 Juni 2021 dalam rangka pembatasan kegiatan masyarakat mengingat kasus positif Covid-19 harian di Jakarta mengalami peningkatan. Republika/Thoudy Badai
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Flori Sidebang, Febryan. A, Rr Laeny Sulistyawati, Sapto Andika Candra

Lonjakan kasus Covid-19 di DKI Jakarta diiringi dengan terus meningkatnya angka keterisian rumah sakit (RS) rujukan Covid-19. Pada Senin (21/6), Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Widyastuti menginformasikan, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit rujukan Covid-19 di Ibu Kota pada Senin (21/6) mencapai 90 persen.

"Saat ini, ada 90 persen keterpakaian tempat tidur isolasi di Jakarta, sedangkan ICU 81 persen. Ini kami total ada 106 RS di DKI Jakarta dengan 13-nya adalah dedicated full untuk Covid-19," kata Widyastuti di Balai Kota Jakarta, Senin.

Baca Juga

Widyastuti mengungkapkan, pihaknya terus berupaya meningkatkan jumlah kapasitas tempat tidur isolasi pasien Covid-19. Jika pada awal Juni 2021 terdapat sekitar 8 ribu tempat tidur isolasi yang disiapkan, kini jumlah tempat tidur isolasi yang disiapkan telah mencapai 9 ribu unit.

"Sekarang (tempat tidur isolasi) sudah mencapai 9 ribu lebih ya, jadi kalau total dengan tempat ICU ada 10 ribu yang kita siapkan. Artinya, mengingat keterpakaian semakin cepat, sehingga perlu penambahan yang begitu cepat," ujar dia.

Widyastuti menuturkan, pihaknya juga tengah mengedukasi masyarakat mengenai tingkat gawat darurat pasien Covid-19. Menurutnya, dalam situasi pandemi seperti saat ini, warga yang terkonfirmasi positif virus corona tanpa gejala dapat melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing atau lokasi isolasi terkendali yang telah disiapkan di lingkungan sekitar.

"Pada saat terkonfirmasi positif tanpa gejala, dengan situasi pandemi Covid-19 yang seperti ini bisa dilakukan isoman di rumah, dengan telemedicine dari nakes yang kita siapkan," ucap Widyastuti.

Kondisi gawatnya pandemi di Jakarta juga tergambar dari tingkat keterisian di Wisma Atlet. Baru empat hari digunakan sebagai tempat isolasi pasien Covid-19, Tower 8 Wisma Atlet Pademangan, Jakarta Utara, sudah penuh. Tower itu kini telah menampung 1.569 pasien Covid-19.

"Tower 8 Wisma Atlet Pademangan kemarin (20/6) pagi sudah close karena sudah 99 persen, sudah penuh," kata Komandan Lapangan RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Letkol Laut Muhammad Arifin, kepada wartawan, Senin (21/6).

Tower 8 itu diketahui mulai digunakan pada Kamis (17/6). Tempat tidur pasien langsung penuh, kata Arifin, karena pasien masuk rata-rata per hari sebanyak 600 orang.

"Penuhnya kurang dari tiga hari malah, dua hari setengah saja. Itu kondisi di lapangan," kata dia.

Adapun RSD Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, kini sudah terisi 6.010 pasien. Wisma Atlet Kemayoran diketahui berkapasitas 7.394 tempat tidur. "Keterisian kita, okupansi 81 persen," kata Arifin.

 

Seperti diketahui, DKI Jakarta telah memecahkan rekor kasus harian Covid-19 dalam tiga hari beruntun. Rekor harian pertama terjadi pada Jumat (18/6) dengan jumlah 4.737 kasus baru. Sehari berselang, Sabtu (19/6), rekor itu disalip lagi dengan 4.895 kasus baru. Lalu, pada Ahad (20/6), kasus harian Jakarta memecahkan rekor tertingginya selama pandemi Covid-19, yakni sebesar 5.582 kasus baru.

Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengatakan, pihaknya telah menambah jumlah rumah sakit rujukan di Ibu Kota yang menangani pasien Covid-19 usai terjadinya lonjakan kasus. Anies menyebut, per tanggal 17 Juni 2021, terdapat sebanyak 140 rumah sakit rujukan.

"Dengan penambahan kasus di Jakarta, kita menambah rumah sakit menjadi 140 rumah sakit untuk menangani Covid yang di awal bulan Juni 106 rumah sakit. Per 17 Juni meningkat jadi 140 rumah sakit dengan ada 8.524 tempat tidur dan 1.186 ruang ICU," kata Anies di Balai Kota Jakarta, Selasa (22/6).

Lebih lanjut Anies menjelaskan, Pemprov DKI memiliki 32 rumah sakit dan seluruhnya telah digunakan untuk menangani pasien terpapar virus corona. Dari puluhan rumah sakit itu, jelas dia, 13 di antaranya secara penuh atau 100 persen hanya untuk penanganan Covid-19. Sedangkan sisanya, yakni 19 rumah sakit lainnya menampung pasien Covid sampai melebihi 60 persen kapasitas rumah sakit.

"Ini mengirimkan pesan kepada kita semua bahwa kita menambah tempat tidur, menambah kapasitas rumah sakit, tapi lonjakanannya terlalu cepat. Kalau saja minggu lalu tidak ditingkatkan kapasitasnya sudah tembus 100 persen. Sekarang ada ruang untuk penambahan rumah sakit," ujarnya.

"Tapi yang mengkhawatirkan, ini perlu perhatian khusus bahwa minggu lalu kita alami kasus harian tertinggi, yaitu 5.582 kasus baru. Dari angka itu 665 anak usia 5-18 tahun. Kira-kira 12 persen, dan 224 adalah kasus anak di bawah 5 tahun, balita. Jadi 16 persen dari kenaikan kasus adalah anak-anak," ungkap dia.

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) khawatir jika kondisi seperti saat ini terus terjadi hingga sepekan mendatang, rumah sakit (RS) tidak bisa merawat pasien baru. Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Lia G Partakusuma mengatakan, BOR di Jakarta kini mencapai 86 persen. Tak hanya Jakarta,  ia menyebutkan BOR di Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng) juga mendekati 90 persen.

"Kalau kondisi sekarang tidak berubah hingga sepekan mendatang, maka RS tidak bisa merawat pasien baru. Kami hanya bisa merawat dan memberi pelayanan kesehatan yang suda dirawat di rumah sakit," ujarnya saat dihubungi Republika, Selasa (22/6).

Lia menggambarkan di Jakarta, sebanyak 20-30 orang harus antre terlebih dahulu untuk masuk RS dan dirawat sebagai pasien Covid-19. Bahkan, banyaknya antrean, membuat beberapa rumah sakit sampai terpaksa memasang tenda.

"Kalau mereka (calon pasien) berusaha masuk tetapi tidak bisa, dirujuk juga tidak bisa karena penuh juga sehingga menunggu di tenda atau IGD dengan fasilitas seadanya,"  katanya.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) pun juga khawatir. Terus bertambahnya pasien akibat laju kencang penularan Covid-19 dikhawatirkan akan melebihi kapasitas pelayanan RS.

"Kondisi terus meningkatnya pasien bisa melebihi kapasitas pelayanan. Sehingga, akan ada orang yang sakit yang kesulitan mencari tempat perawatan," kata Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih saat dihubungi Republika, Selasa (22/6).

Untuk menghadapi kondisi ini, Daeng meminta pemerintah provinsi harus menyiapkan penambahan tempat perawatan untuk antisipasi. Terkait pemprov DKI Jakarta sudah menambah tempat tidur, Daeng meminta upaya itu harus terus dilakukan.

Selain itu,  dia melanjutkan, penyediaan selter isolasi mandiri untuk pasien Covid-19 bergejala ringan dan orang tanpa gejala (OTG) juga harus dilakukan. Ia menambahkan, penyediaan selter ini untuk menjaga agar tidak semua orang berobat ke rumah sakit.

"Oleh karena itu, IDI dan organisasi profesi lain seperti Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sudah koordinasi untuk menambah relawan tenaga kesehatan (nakes)," ujarnya.

In Picture: Pembatasan Jam Operasional Pusat Perbelanjaan

Pengunjung berjalan di depan gerai yang ada di pusat perbelanjaan Sumarecon Mal Serpong, Tangerang, Banten, Selasa (22/6/2021). Pemerintah lewat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melakukan penguatan PPKM Mikro salah satunya kembali memberlakukan pembatasan jam operasional pusat perbelanjaan yang hanya boleh beroperasi hingga pukul 20.00WIB. - (ANTARA FOTO/MUHAMMAD IQBAL)

 

 

Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Laura Navika Yamani khawatir sistem layanan kesehatan akan benar-benar kolaps. Sebab, dia melanjutkan, dengan angka kasus saat ini, sudah banyak BOR yang kemudian mendekati angka maksimal dan tempat isolasi juga diisi banyak pasien.

Kemudian dampaknya adalah petugas permakaman juga kewalahan. Bahkan ia sempat melihat ada yang mengunggah foto membawa jenazah pasien Covid-19 yang tidak lagi digunakan ambulans, tetapi menggunakan truk karena banyak jenazah yang harus diantar.

"Ini yang sangat miris sebetulnya kalau melihat kondisi ini. Saya kira pemerintah harusnya lebih mengedepankan masalah kesehatan dibandingkan ekonomi," katanya.

Laura meminta pemerintah kembali memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), terutama pada warga DKI Jakarta. Laura berkaca dari PSBB pada awal pandemi yang terbukti berhasil menurunkan kasus Covid-19.

"Kuncinya adalah mobilisasi masyarakat, begitu ada peningkatan mobilisasi maka virusnya lebih mudah menyebar. Apalagi kita tidak tahu apakah ada varian baru virus yang tentunya dengan kondisi mobilisasi yang dikatakan normal padahal peningkatan kasusnya akan berlipat-lipat," katanya.

Adapun, Satgas Penanganan Covid-19 mengingatkan rumah sakit di daerah dengan lonjakan kasus tinggi agar melakukan konversi tempat tidur, dari yang sebelumnya untuk perawatan reguler menjadi ruang perawatan pasien Covid-19. Langkah ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari tingginya kebutuhan ruang perawatan bagi pasien Covid-19.

"Atau menyediakan fasilitas isolasi terpusat di masing-masing wilayah agar beban dapat terbagi dan rumah sakit tidak kewalahan menangani pasien," kata Wiku.

Satgas juga meminta pemerintah daerah meningkatkan kualitas layanan pasien Covid-19 di fasilitas rujukan. Wiku mengutip rekomendasi dari lima organisasi profesi kedokteran yang menyebutkan bahwa pasien yang sudah mengalami perbaikan gejala bisa segera dirujuk untuk melakukan isolasi mandiri di rumah.

"Agar kapasitas rumah sakit menjadi lebih besar dan mampu menampung pasien dengan gejala sedang berat lain," kata Wiku.

Infografis angka kesembuhan menurun namun kasus positif melonjak - (Republika)

 
Berita Terpopuler