Epidemiolog: Potensi Penyebaran Varian Delta Sangat Besar

Epidemiolog ingatkan masyarakat waspadai penyebaran varian Delta di Kalimantan.

Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Epidemiolog dari dari Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat menyebut, potensi varian Delta untuk menyebar sangat besar, karena tingginya mobilitas masyarakat dari Pulau Jawa ke Pulau Kalimantan.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Epidemiolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rudi Fakhriadi, SKM, MKes, mengingatkan potensi penyebaran SARS-CoV-2 varian Delta sangat besar. Ia pun menyerukan untuk mewaspadai penyebaran Covid-19 varian Delta lewat aktivitas perjalanan masyarakat dari Pulau Jawa.

"Potensi varian Delta untuk menyebar sangat besar, karena tingginya mobilitas masyarakat dari Pulau Jawa ke Pulau Kalimantan, termasuk Kalimantan Selatan," ujar Rudi di Banjarmasin, Ahad.

Menurut Rudi, kemunculan varian Delta tak bisa disepelekan mengingat keganasannya dalam penularan lebih tinggi dari Covid-19 awal. Varian Delta atau istilah lainnya adalah B.1.617.2 merupakan mutasi ganda dari Covid-19 varian India, yaitu B.1.617.

Varian ini lebih menular karena virus dapat menurunkan imunitas seseoarang yang telah divaksin. Rudi mengutip penelitian Chang Liu dan kawan-kawan  yang menunjukkan varian Delta dapat menurunkan imunitas pada orang yang telah divaksin, orang yang baru sembuh, dan orang yang mendapatkan terapi plasma kovalesens.

Baca Juga

Karena penurunan imunitas inilah yang menyebabkan orang yang terinfeksi varian Delta menunjukkan gejala lebih parah, sehingga perlu penanganan rumah sakit. Menurut Public Eealth England, menurut Rudi, pasien yang terinfeksi varian Delta berisiko 2,61 kali untuk dirawat inap di rumah sakit dan 1,67 kali untuk mengalami pemburukan, sehingga memerlukan penanganan darurat.

"Hal ini terbukti dengan meningkatnya tingkat keterisian ruang rawat inap Covid-19 dan ICU pada daerah yang ditemukan varian Delta, seperti Jakarta dan Jawa Tengah," ungkap anggota Tim Pakar ULM untuk Percepatan Penanganan Covid-19 itu.

Adapun kenaikan kasus Covid-19 yang selalu melewati angka 12 ribu kasus dalam tiga hari terakhir di Indonesia, menurut Rudi, menunjukkan terjadinya peningkatan penularan di masyarakat yang salah satunya dipicu menyebarnya varian baru Covid-19, khususnya varian Delta. Ia pun menjelaskan bahwa hingga saat ini tidak ada obat yang bisa menyembuhkan Covid-19 selain ikhtiar vaksinasi untuk menurunkan risiko munculnya gejala berat dan mencegah perburukan kondisi.

"Satu-satunya cara paling efektif adalah mencegahnya dengan penerapan protokol kesehatan yang baik pada seluruh masyarakat dan pelaksanaan 3T (testing, tracing, dan treatment) yang maksimal oleh pemerintah," kata Rudi yang juga ahli kesehatan masyarakat.

 
Berita Terpopuler