8 Cara Terhindar dari Huru-Hara dan Perselisihan di Dunia

Allah SWT berikan panduan agar muslim terhindar dari fitnah dan pertikaian

Anadolu Agency
Allah SWT berikan panduan agar muslim terhindar dari fitnah dan pertikaian. Ilustrasi pertikaian
Rep: Andrian Saputra Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, — Hasut dan fitnah dapat menimbulkan perselisihan yang berujung perpecahan hubungan. Sudah menjadi kewajiban bagi setiap Muslim untuk menghindari sifat-sifat tercela itu agar persatuan tidak rusak. 

Baca Juga

Hal apa saja yang dapat membuat terhindar dari perpecahan disebabkan hasut dan fitnah? Berikut penjelasannya seperti dilansir Alukah.Net pada Kamis (17/6).

Pertama, sabar 

Orang-orang yang bersabar akan mendapatkan jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapinya. Allah akan menolong orang yang sabar akan hasud, fitnah yang menyerangnya. 

Orang yang sabar tidak mudah terpancing emosi yang dapat memperkeruh keadaan dan menimbulkan masalah yang lebih besar. Dengan bersabar, akan mendapat pahala dari Allah dan mendapatkan tempat terbaik di akhirat. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Az Zumar ayat 10:

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”  

Kedua, kehati-hatian

Sebagaimana orang bijak berkata "Sesungguhnya di dalam kehati-hatian itu terdapat keselamatan dan di dalam ketergesa-gesaan itu terdapat penyesalan". Maka orang yang berhati-hati terhadap segala hal yang dapat menyebabkan perselisihan akan selamat. 

Sebab terkadang ada orang yang berupaya mengambil keuntungan dalam suatu perselisihan tanpa disadari orang-orang yang berselisih yang terjadi hanya karena gosip semata. Karena itu Alquran menuntun umat Islam untuk terlebih dulu mengklarifikasi dan memverifikasi setiap kabar yang datang agar selamat dan tidak berselisih.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS Al Hujurat ayat 6).

Ketiga, meminta maaf dan memaafkan

Memohon maaf dan memaafkan orang lain akan melahirkan perdamaian, cinta, belas kasih dan persaudaraan.

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS As Syura 40).

 

Keempat, berpegang teguh pada Alquran dan sunnah

Penawar yang utama untuk menghilangkan fitnah dan hasud yaitu adalah dengan berpegangan pada tali yang sangat kuat yang tidak akan pernah putus yaitu adalah kitab Allah dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Maka dengan berpegangan dan mengamalkan Alquran dan Sunah nabi Muhammad menjadi senjata terbaik menghilangkan fitnah di tengah umat Muslim. 

Kelima, mengikuti ayat-ayat muhkamat 

Ikutilah ayat-ayat muhkamat yang penjelasannya dijelaskan sendiri oleh Alquran atau oleh Rasulullah yang menafsirkannya dalam sunahnya.  Sebab pemahaman terhadap ayat-ayat mutasyabihat tidak banyak orang yang mengetahuinya. Maka ini merupakan hal yang paling aman bagi seseorang agar bisa menahan diri dari perdebatan dan kesalahan dalam menjelaskan.  

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

“Dialah yang menurunkan Al Kitab (Alquran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Alquran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” ( QS Ali Imran 7).

Keenam, mengikuti ulama dan umara 

Ulama dan umara adalah ibarat saudara kembar. Jika ulama adalah penjaga nash-nash syariah, sedang umaro adalah penjaga umat Islam. Ulama mengeluarkan fatwa dengan dasar hukum Allah dalam kebenaran dan dengan klasifikasi, kemudian umara datang dan menerapkan fatwa ulama dengan otoritasnya.  

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An Nisa 59). 

 

Ketujuh, menjaga jamaah 

Allah memerintahkan hamba-Nya untuk bersatu dalam sebuha jamaah. Dengan berjamaah menjadi benteng yang tak bisa tertembus. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits sahih Muslim, Rasulullah bersabda: 

مَن خرج من الطاعة وفارق الجماعة فمات، مات ميتة جاهلية، ومَن قُتِل تحت راية عميَّة يغضب لعصبية، أو يدعو إلى عصبية فقُتل، فقتلةٌ جاهلية، ومَن خرج على أمتي يضرب برَّها وفاجرَها، ولا يتحاشى مِن مؤمنها، ولا يفي بعهد ذي عهدها، فليس مني ولستُ منه

"Barangsiapa keluar dari ketaatan dan tidak mau bergabung dengan jamaah kemudian ia mati, maka matinya seperti mati jahiliyah. Dan barangsiapa mati di bawah bendera kefanatikan, dia marah karena fanatik kesukuan atau karena ingin menolong kebangsaan kemudian dia mati, maka matinya seperti mati jahiliyah.

Dan barangsiapa keluar dari umatku, kemudian menyerang orang-orang yang baik maupun yang fajir tanpa memperdulikan orang mukmin, dan tidak pernah mengindahkan janji yang telah dibuatnya, maka dia tidak termasuk dari golonganku dan saya tidak termasuk dari golongannya.”  

Kedelapan, melawan kerusakan dan para pembuat onar

Wajib untuk memerangi orang-orang yang membuat kerusakan dimuka bumi. Sebagaimana firman Allah SWT:

إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يُقَتَّلُوا أَوْ يُصَلَّبُوا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلَافٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الْأَرْضِ ۚ ذَٰلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِي الدُّنْيَا ۖ وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” (QS Al Maidah 33).  

 
Berita Terpopuler