Bennett akan Lebih Brutal dan Banyak Caplok Palestina

Azmi menegaskan Israel baik sekarang atau sebelumnya tidak memiliki niat perubahan

Kelompok Muslim Malaysia mengatakan situasi Palestina tidak akan berubah di bawah Perdana Menteri Israel baru Naftali Bennett yang mempunyai kebijakan anti-Palestina.
Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Kelompok Muslim Malaysia mengatakan situasi Palestina tidak akan berubah di bawah Perdana Menteri Israel baru Naftali Bennett yang mempunyai kebijakan anti-Palestina.

Baca Juga

Presiden Musyawarah Ormas Islam Malaysia (MAPIM) Mohd Azmi Abdul Hamid mengatakan Naftali Bennett tercatat sebagai pembunuh kelas atas dan akan lebih brutal terhadap Palestina.

“Naftali bahkan menyampaikan kebanggaannya membunuh orang Arab Palestina. Dia tidak menerima negara Palestina. Dia berencana untuk mencaplok lebih banyak tanah Palestina,” ucap Azmi dalam pernyataannya kepada Anadolu Agency pada Senin (14/6).

Azmi mengatakan Bennett akan melanjutkan agresi yang lebih brutal dalam dua tahun ke depan dan ingin melakukan pendudukan penuh atas Palestina sebagai tanda keberhasilannya.

“Untuk apapun perubahan di Knesset, Palestina dan dunia tidak akan melihat perbedaan, terutama pada masalah Palestina,” kata Azmi.

Azmi menegaskan pemerintah Israel baik sekarang atau rezim sebelumnya tidak memiliki niat untuk memulai perubahan apa pun terhadap Palestina.

“Slogan bahwa penerimaan baru ini adalah untuk perubahan adalah ilusi dan penipuan. Satu-satunya perubahan yang akan kita lihat adalah perubahan perlakuan yang lebih brutal terhadap Palestina,” kata Azmi.

 

Pemerintah Israel baru yang dipimpin oleh Naftali Bennett memenangkan mosi percaya untuk menjadi pemerintah baru Israel dengan perolehan suara 60-59 di Knesset pada Ahad (13/6).

Bennett, 49 tahun, dikenal selama satu dekade terakhir sebagai politisi sayap kanan garis keras yang sangat mendukung pembangunan pemukiman ilegal di wilayah Palestina dan karena pidato kebenciannya terhadap warga Palestina. Dia juga dikenal karena menolak dengan keras konsep negara Palestina.

Bennett memasuki dunia politik pada tahun 2005 sebagai wakil pemimpin partai Likud Benjamin Netanyahu, dan sejak itu memegang banyak posisi, termasuk peran utama di kementerian pertahanan, ekonomi dan pendidikan. Dia berpendapat bahwa Israel harus mencaplok bagian dari wilayah Palestina yang diduduki di Tepi Barat.

Pada 2012 dia terpilih sebagai pemimpin partai Rumah Yahudi, kemudian keluar untuk membentuk partai sayap kanan Yamina pada 2020 dan mengambil bagian dalam koalisi yang dipimpin oleh Netanyahu. Partainya mengamankan tujuh kursi dalam pemilihan umum 23 Maret 2021.

 
Berita Terpopuler