Tanda Ledakan Kasus Covid-19 dari Jakarta

Pada Kamis (9/6) diumumkan 2.096 kasus baru Covid-19 di DKI Jakarta.

ANTARA/Galih Pradipta
Seorang warga disuntik vaksin COVID-19 AstraZeneca saat vaksinasi COVID-19 massal di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Kamis (10/6/2021). Vaksinasi massal itu digelar untuk masyarakat di pelabuhan karena memiliki intensitas dan mobilitas tinggi sehingga berisiko terpapar COVID-19.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID oleh Flori Sidebang, Febryan A

Setelah sempat mengalami pelandaian kurva Covid-19, DKI Jakarta sepertinya kembali memulai tren menanjak lewat tambahan 2.096 kasus baru Covid-19 pada Kamis (10/6). Jumlah positif Covid-19 harian pada Kamis (10/6) melonjak tinggi jika dibanding pada Rabu (9/6) sebesar 1.371 kasus dan Selasa (8/6) yang 'hanya' sebanyak 755 kasus.

"Sebanyak 12.304 orang dites PCR hari ini untuk mendiagnosis kasus baru, dengan hasil 2.096 positif dan 10.208 negatif," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes DKI Jakarta, Dwi Oktavia dalam keterangan tertulis resminya, Kamis.

Baca Juga

Dwi menjelaskan, 51 persen atau sebanyak 1.070 kasus positif dalam temuan ini, di antaranya adalah hasil tracing dari RT yang menerapkan micro lockdown. Sedangkan, 49 persen atau 1.026 kasus lainnya merupakan hasil pemeriksaan dari fasilitas kesehatan yang ada di Jakarta.

Distribusi 2.096 kasus positif hari ini tersebar merata di seluruh wilayah DKI Jakarta. Mulai dari Kepulauan Seribu sebanyak dua kasus, Jakarta Barat 422 kasus, Jakarta Pusat 331 kasus, Jakarta Selatan 499 kasus, Jakarta Timur 637 kasus, dan Jakarta Utara 205 kasus.

Lima kecamatan penyumbang kasus terbanyak adalah Cengkareng 109 kasus, Cipayung 80 kasus, Jagakarsa 80 kasus, Duren Sawit 71 kasus, dan Kebon Jeruk 68 kasus. Dari jumlah 2.096 kasus positif Covid-19 tersebut, sebanyak 760 kasus atau 36 persen adalah orang tanpa gejala. Kemudian, 1.336 kasus atau 64 persen merupakan pasien bergejala dengan 232 orang diantaranya menjalani perawatan di rumah sakit.

 

 

 

Klaster Lebaran di Ibu Kota diduga menjadi penyebab lonjakan kasus di DKI Jakarta. Pemprov DKI setidaknya menemukan ada 800 Klaster Lebaran di mana setidaknya 1.400 orang terpapar Covid-19 dari klaster tersebut.

Mayoritas orang dengan status positif Covid-19 dari Klaster Lebaran, memiliki riwayat bepergian ke luar kota saat masa larangan mudik Lebaran 2021 dengan menggunakan kendaraan pribadi. Oleh karena itu, sambung dia, klaster penyebaran yang muncul umumnya hanya terdiri dari beberapa orang dan masih memiliki hubungan keluarga.

"Mayoritas klasternya kecil-kecil, tapi jumlahnya banyak. Rata-rata cuma dua sampai tiga orang per klaster," ucapnya.

Selain perjalanan ke luar kota, Dwi mengatakan, penyebab lainnya terjadi penularan Covid-19 pada klaster tersebut adalah kegiatan silaturahim warga selama Lebaran hingga melakukan kegiatan secara bersama-sama. Sehingga menyebabkan timbulnya klaster penularan virus corona yang lebih besar, seperti yang terjadi di wilayah Cilangkap, Jakarta Timur.

"Beberapa tempat yang muncul klaster sampai 20 orang karena riwayat melakukan kegiatan bareng-bareng, seperti silaturahmi," tuturnya.

Jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, juga dilaporkan melonjak 347,6 persen jika dibandingkan total pasien pada hari Lebaran 2021. Keterisian tempat tidur pun turut melonjak jadi 60,4 persen.

Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) I, Kolonel Marinir Aris Mudian mengatakan, per Kamis (10/6) pukul 08.00 WIB, pasien di RSD Wisma Atlet Kemayoran bertambah 405 orang dalam sehari terakhir. Alhasil, kini total pasien sebanyak 3.626 orang.

"Mereka dirawat di Tower 4, 5, 6 dan 7," kata Aris dalam keterangannya yang diterima Republika, Kamis.

Jika dibandingkan dengan jumlah pasien di RSD Wisma Atlet Kemayoran pada 13 Mei atau hari Lebaran 2021, jumlah pasien hari ini berarti telah melonjak 347,6 persen. Sebab, pada 13 Mei hanya ada 810 pasien yang dirawat di sana.

Dengan jumlah pasien 3.626 orang, keterisian tempat tidur di RSD Wisma Atlet Kemayoran kini telah mencapai 60,4 persen. Diketahui, kapasitas RSD Wisma Atlet adalah 5.994 orang.

Adapun di RSD Wisma Atlet Pademangan, lanjut Aris, kini terdapat 3.250 orang yang dirawat. Terjadi pengurangan pasien sebanyak 395 orang jika dibandingkan kemarin.

Sebelumnya, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi mengungkapkan, tingkat keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di Ibu Kota mulai meningkat. Hal ini ia sampaikan setelah menghadiri rapat penanganan Covid-19 bersama jajaran Pemkot Administrasi Jakarta Selatan pada Selasa (8/6) yang kemudian dia unggah di akun Instagram pribadinya @prasetyoedimarsudi.

“Provinsi DKI Jakarta pun menjadi salah satu wilayah dengan bed occupancy rate yang meningkat. Kini melampaui 50 persen,” kata Pras dalam unggahannya seperti dikutip Republika, Rabu (9/6).

Menurut politisi PDIP itu, ancaman dari virus corona ini adalah nyata. Hal tersebut, kata dia, terbukti dari jumlah kasus aktif mingguan di DKI Jakarta yang kembali melonjak dibandingkan sebelumnya.

"Karena itu saya berpesan kepada Pemerintah Kota Jakarta Selatan untuk terus menggenjot tingkat kedisiplinan dengan menerapkan protokol kesehatan warga,” ucap Pras.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria tidak membantah Prasetyo Edi yang menyebutkan tingkat keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di Ibu Kota mengalami kenaikan. Ariza mengungkapkan, saat ini persentase BOR itu sudah mencapai 50 persen lebih dari kapasitas tempat tidur yang disediakan.

"Terkait BOR kami saat ini untuk tempat tidur kapasitas 6.694 unit dan terpakai 3.560 unit, jadi sudah mencapai 53 persen. Kemudian ICU ada 1.076 unit dan terpakai 558 unit, itu artinya terpakai 52 persen," kata Ariza di Jakarta, Rabu (9/6).

Ariza pun kembali mengingatkan masyarakat  untuk tetap mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan. Sehingga dapat mencegah penularan virus corona.

"Ini harus menjadi perhatian kita bersama bahwa sekalipun pelaksanaan Covid-19 di Jakarta sudah cukup baik dan cukup banyak, namun masyarakat kami minta tetap laksanakan protokol kesehatan," ujarnya.

Vaksinasi 18 tahun ke atas

Seiring dengan lonjakan kasus Covid-19 di Ibu Kota, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membuka pelayanan vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat dengan usia 18 tahun ke atas sejak Rabu (9/6).

Kepala Bidang Penanganan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dwi Oktavia mengatakan, pelaksanaan vaksinasi ini tidak hanya menyasar warga yang memiliki KTP Jakarta, tapi seluruh masyarakat. Syaratnya, kata dia, cukup membawa KTP atau surat keterangan domisili dari RT.

"Pokoknya bawa KTP atau (surat keterangan) domisili," kata Dwi saat dihubungi, Kamis (10/6).

Kemudian, sambung Dwi, masyarakat dapat langsung mendatangi sentra vaksinasi Covid-19 yang tersebar di wilayah Jakarta. Baik di fasilitas kesehatan maupun non fasilitas kesehatan.

Namun, ia mengingatkan, jika masyarakat ingin mengikuti vaksinasi ini agar datang sesuai jam operasional yang telah ditentukan oleh masing-masing sentra vaksinasi. Sehingga dapat langsung dilayani dan mencegah botol vaksin terbuka selama lebih dari enam jam.

"Jangan sampai yang datang cuma satu, terus sudah enam jam enggak ada lagi yang baru datang. Jadinya satu botol vaksin itu kebuang, kan enggak bisa dipakai lagi. Sehingga untuk mencegah hal itu, ada jam pelayanan yang ditetapkan oleh masing-masing fasilitas kesehatan," ujarnya.

Dia menambahkan, sentra vaksinasi yang dapat didatangi diantaranya adalah puskesmas, beberapa GOR di Jakarta Barat dan Jakarta Timur, serta seluruh fasilitas kesehatan yang selama ini memberikan layanan vaksin Covid-19. Selain itu, Dwi berujar, adapula sentra vaksin yang disiapkan oleh pihak lainnya.

"Ada juga sentra vaksin yang disiapkan teman-teman alumni Serviam di Pasar Baru, kemudian ada Pangudi Luhur, kemudian aja juga beberapa sentra vaksin di beberapa tempat Jakarta Timur, seperti di Cakung, ada yang mal, itu kita maksimalkan," tutur dia.

Nama baru varian covid-19. - (republika)

 
Berita Terpopuler