Ekstremis Israel Batalkan Pawai Pendudukan Yerusalem Timur

Pawai dinilai hanya akan menyulut kerusuhan lanjutan.

AP Photo/Mahmoud Illean
Polisi Israel berjaga-jaga pada demonstrasi oleh aktivis Israel untuk mendukung warga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem timur di mana puluhan keluarga menghadapi penggusuran paksa dari rumah mereka oleh pemukim Israel, Jumat, 28 Mei 2021.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kelompok ekstremis sayap kanan Israel telah membatalkan Pawai Bendera. Hal ini menyusul keputusan otoritas keamanan yang tidak mengizinkan mereka melewati lingkungan Muslim di Yerusalem Timur yang diduduki.

Pawai Bendera dilakukan untuk merayakan penaklukan Yerusalem Timur oleh pasukan pendudukan Zionis pada 1967. Dalam pawai tersebut, para anggota sayap kanan akan meneriakkan "kematian bagi orang Arab" dan menyanyikan lagu rasialis serta lagu-lagu yang sangat ofensif.

Sebelumnya, Pawai Bendera dijadwalkan untuk Hari Yerusalem pada bulan lalu. Namun, pawai telah dialihkan karena meningkatnya ketegangan yang dipicu oleh upaya Israel mengusir secara paksa keluarga Palestina di lingkungan Syekh Jarrah dan penyerbuan Masjid al-Aqsa selama bulan Ramadhan.

Penyelenggara pawai, yang mencakup sejumlah kelompok ultranasionalis sayap kanan, memutuskan untuk membatalkan acara yang dijadwalkan pada Kamis mendatang. Pembatalan dilakukan setelah mereka tidak diizinkan melakukan pawai dengan rute yang melalui wilayah Muslim karena masalah keamanan.

Polisi Israel telah menilai bahwa rute pawai perlu diubah karena risiko meningkatnya ketegangan. Menurut Haaretz, polisi mengadakan pertemuan untuk menilai situasi. Intelijen menunjukkan bahwa konsekuensi dari pawai dapat mencakup tembakan roket baru ke Israel dan kerusuhan yang meluas di Kota Tua dan di Masjid al-Aqsa.

“Jika ada rute atau tanggal alternatif yang diputuskan oleh penyelenggara, itu akan kami diperiksa,” kata pernyataan polisi Israel sambil menekankan bahwa kepemimpinan politik terlibat dalam keputusan mengenai pawai.

Haaretz melaporkan bahwa Hamas menyebut keputusan untuk membatalkan Pawai Bendera sebagai kekalahan baru bagi Israel. Hal ini memperkuat persamaan bahwa al-Quds atau Yerusalem adalah garis merah.

Baca Juga

Sebelumnya pejabat senior Hamas Khalil Al-Haya memperingatkan Israel dan masyarakat internasional agar tidak mengadakan pawai. Al-Haya memperingatkan, serangan roket dapat terulang kembali jika pawai diselenggarakan dengan melalui rute datang di dekat Masjid al-Aqsa dan Yerusalem Timur.

Menteri Pertahanan Benny Gantz pada Sabtu mengatakan akan menuntut agar parade dibatalkan jika membutuhkan langkah-langkah keamanan yang luar biasa, dan membahayakan ketertiban umum serta proses diplomatik. Gantz merilis pernyataan itu setelah pertemuan dengan kepala militer dan polisi, jaksa agung, dan pejabat keamanan tinggi lainnya.

Pernyataan itu mendapat kecaman dari pihak penyelenggara. “Kami tidak menunggu sebuah negara Yahudi, merdeka, berdaulat selama 2.000 tahun hanya untuk memiliki menteri pertahanan yang pengecut secara terbuka tunduk pada ancaman teror Hamas (dan mengundang lebih banyak ancaman dan lebih banyak terorisme), dan berusaha untuk mencegah orang-orang Yahudi berbaris dengan bendera Israel di  Yerusalem, kota suci kami dan ibu kota bersatu," ujar anggota sayap kanan Knesset Bezalel Smotrich.

 
Berita Terpopuler