Fokus Menekan Kasus Covid-19 di Kudus dan Bangkalan

Aparat TNI dan Polri dikirim ke Kudus awasi PPKM mikro di 60 desa zona merah.

ANTARA/Yusuf Nugroho
Sejumlah pasien Covid-19 yang dijemput dari desa-desa tiba di rusun karantina Krapyak Kudus, Jawa Tengah, Ahad (6/6/21). Sebanyak 90 pasien Covid-19 di Kudus yang melakukan isolasi mandiri di rumah dipindahkan ke tempat karantina terpusat di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah, guna mendapatkan penanganan yang lebih terarah.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Sapto Andika Candra, S Bowo Pribadi, Dadang Kurnia

Pemerintah memperkirakan peningkatan kasus penularan Covid-19 pascalibur Lebaran terjadi hingga awal Juli 2021. Pemerintah pun memastikan, penularan kasus di dua daerah terjaga agar tidak terjadi lonjakan yang lebih tinggi. Dua daerah tersebut adalah Kudus dan Bangkalan.

"Berdasarkan pengalaman kita sebelumnya, puncak kenaikan kasus terjadi lima sampai tujuh minggu setelah liburan. Jadi, perkiraan kita masih akan ada kenaikan kasus sampai akhir bulan ini atau awal bulan depan," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, di Kantor Presiden, Senin (7/6).

"Kita sudah menyadari dan mempersiapkan adanya peningkatan kasus pascaliburan. Alhamdulillah, kami mempersiapkan kondisi terburuk kalau misalnya semua pasien harus masuk rumah sakit," katanya. Budi mengatakan, 72 ribu tempat tidur di fasilitas isolasi sudah disiapkan untuk menampung penderita Covid-19 yang membutuhkan tempat karantina.

"Pada 18 Mei lalu baru terisi 22 ribu. Sekarang sudah ada kenaikan sampai ke 31 ribu, tapi alhamdulillah kita masih miliki cadangan tempat tidur isolasi yang cukup," katanya.

Budi mengatakan, ada beberapa daerah yang mengalami peningkatan kasus penularan Covud-19 cukup tinggi, seperti Kabupaten Kudus di Jawa Tengah dan Kabupaten Bangkalan di Jawa Timur. "Khusus di Kudus, sebelumnya rumah sakit terisi 40-an tempat tidur kemudian dalam satu setengah minggu terakhir naik cukup tinggi sampai 350-an tempat tidur, sedangkan di Bangkalan yang tadinya tempat tidur isolasi terisi 10-an sekarang naik ke 70 sampai 80," kata Budi.

Budi mengatakan, kenaikan kasus tersebut karena Kudus daerah tujuan ziarah dan Madura tempat asal warga yang bekerja di negara tetangga. Pemerintah berupaya mengendalikan penularan Covid-19 di daerah yang mengalami peningkatan kasus.

"Nomor satu yang paling penting karena urusannya dengan nyawa, kita mengurai tekanan beban yang ada di rumah sakit dengan cara merujuk pasien yang berat dan sedang ke kota terdekat," kata Budi. "Untuk Kudus ke Semarang sementara untuk Bangkalan ke Surabaya. Alhamdulillah, kapasitas rumah sakit di Semarang dan Surabaya itu cukup untuk menerima rujukan dari Kudus dan Bangkalan," katanya.

Pemerintah, menurut dia, juga bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk mengerahkan tenaga kesehatan guna mendukung penanggulangan Covid-19 di daerah yang mengalami peningkatan kasus mengingat sebagian tenaga kesehatan di sana juga tertular virus corona. "Saya bisa sampaikan di Kudus ada 300-an lebih nakes terpapar, tapi karena sudah divaksin kondisi mereka masih baik, termasuk satu dokter spesialis yang usianya sudah 70 tahun alhamdulillah kondisinya juga baik," kata Budi.

Khusus di Kudus juga, pemerintah mengerahkan aparat TNI-Polri untuk mengawasi secara langsung pelaksanaan PPKM level mikro pada 60 desa di Kabupaten Kudus. Pengawasan dilakukan untuk memastikan penanganan Covid-19 di level mikro berjalan dengan semestinya, setelah terjadi ledakan kasus di kabupaten tersebut.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyampaikan, pihaknya mengerahkan konsentrasi untuk mengawasi pelaksanaan PPKM mikro tidak hanya di Kudus, tapi juga Bangkalan-Madura, Jawa Timur. Dua kabupaten tersebut sedang mengalami lonjakan kasus Covid-19.

"Sebagaimana kita tahu saat ini di wilayah Kudus, zona merah ada di 60 desa. Sehingga, kemudian kami TNI Polri turunkan tim untuk memberlakukan kegiatan pengetatan dan penguatan PPKM mikro dengan menambah personel untuk membatasi kegiatan atau ruang gerak dari masyarakat," ujar Kapolri dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Senin (7/6).

Polri juga mendapat amanat untuk membantu menggencarkan testing dan tracing terhadap warga yang kontak erat dengan kasus positif Covid-19. Polri, kata Listyo, telah menambah jumlah aparat yang turun pada 60 desa di Kudus untuk membantu warga yang melakukan isolasi mandiri sembari menunggu hasil tes PCR.

"Ini diawasi TNI Polri. Sehingga, tidak terjadi pergerakan yang akibatkan kontak erat. Ini yang saat ini kita lakukan sehingga saat ini diturunkan kurang lebih 4 kompi gabungan TNI polri, untuk menjaga klaster Kudus," ujar Listyo.

Polri, kata Listyo, juga mendorong pemerintah desa dan pemerintah kabupaten setempat untuk menambah ruang-ruang atau fasilitas isolasi mandiri bagi warga. Saat ini, ada dua titik di luar Kudus yang sudah digunakan sebagai tempat isolasi mandiri, yakni di Asrama Haji Donohudan di Boyolali Jawa Tengah dan Semarang.

"Sehingga, klaster isolasi mandiri yang ada di rumah-rumah kita bisa geser karena kurang lebih ada 1.200 dan itu saat ini sedang berjalan. Harapan kita dalam beberapa hari ke depan klaster Kudus terkait laju pertumbuhan Covid bisa kita antisipasi," kata Kapolri.

Baca Juga

Tiga hoaks terbaru soal vaksinasi Covid-19 - (Republika)




Upaya memperketat protokol kesehatan sebagai imbas lonjakan kasus di Kudus juga harus dilakukan oleh warga sekitar Kudus. Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, pun menyayangkan warganya yang kembali mengabaikan disiplin protokol kesehatan sebagai langkah untuk menekan risiko penularan Covid-19.

Hal ini disampaikannya, menanggapi puluhan warga yang ditindak dalam Operasi Yustisi Penegakan Protokol Kesehatan Covid-19 di wilayah Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, baru-baru ini. Menurut orang nomor satu di Kabupaten Semarang tersebut, meski perhatian nasional tengah tertuju pada lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Kudus, namun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang juga terus mewaspadai lonjakan kasus Covid-19, setelah libur Lebaran beberapa waktu lalu.

Bupati juga mengakui, beberapa pekan terakhir tren peningkatan kasus Covid-19 di wilayah Kabupaten Semarang juga sudah terpantau, kendati kondisinya tidak separah yang terjadi di Kabupaten Kudus. “Maka kami bersama jajaran pimpinan daerah tak henti-henti mengimbau agar warga Kabupaten Semarang jangan abai dan tetap mengutamakan kedisiplinan protokol kesehatan saat berkegiatan di luar rumah,” ungkapnya, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Senin (7/6).

Terkait kondisi Covid-19 di Kabupaten Semarang, masih jelas bupati, pada Ahad (6/6) kemarin cukup tajam, yakni mengalami kenaikan hingga 92 kasus. Padahal pada Jumat (4/6) sudah terjadi kenaikan 72 kasus dan Sabtu (5/6) mengalami kenaikan 15 kasus.

Makanya, kenaikan kasus baru Covid-19 tersebut juga menjadi perhatian Pemkab Semarang. Terlebih saat ini juga masih ada empat kecamatan di kabupaten Semarang dengan status zona merah risiko penyebaran Covid-19.

Keempat kecamatan tersebut meliputi, Kecamatan Pabelan, Bancak, Tuntang serta Kecamatan Bergas. Dalam beberapa pekan ke depan, baik kasus positif Covid-19 maupun kecamatan dengan zona merah risiko penyebaran Covid-19 di Kabupaten Semarang bisa segera menurun.

Jangan sampai Kabupaten Semarang masuk zona merah risiko penyebaran Covid-19. Kalau sampai kabupaten Semarang masuk zona merah, tentunya kegiatan- kegiatan masyarakat termasuk kegiatan ekonomi di Kabupaten Semarang akan terganggu dan bisa terpuruk lagi.

Bupati juga menyebut, lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Semarang memang berasal dari berbagai klaster. Ada yang berasal dari halal bihalal, dari sekolahan dan juga dari klaster rumah tangga.

Karena itu, kewaspadaan dan kehati-hatian harua terus dijaga. Maka bupati juga berpesan dan mengajak kepada segenap warga Kabupaten Semarang untuk senantiasa menjaga kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan.

Selain itu juga harus terus bersama- sama mengedukasi masyarakat, karena sebagian masyarakat sudah mulai jenuh hingga mereka akhirnya abai untuk melaksanakan upaya-upaya pencegahan tersebut.  

Sehingga untuk memakai masker saja mereka jenuh. Maka edukasi tersebut harus terus didorong kembali agar protokol kesehatan pencegahan Covid-19 senantiasa dipatuhi bersama-sama.

“Saat ini, Kabupaten Semarang masih berstatus zona oranye risiko penyebaran Covid-19 dan kita sangat berharap jangan sampai daerah ini menjadi zona merah penyebaran Covid-19,” katanya.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan telah melakukan percepatan rujukan pasien Covid-19 dari Bangkalan ke RSUD dr Soetomo dan rumah sakit rujukan lainnya di Surabaya. Khofifah melanjutkan, untuk RSUD Ratu Ebo Bangkalan, Pemprov Jatim mempersiapkan penambahan bed perawatan pasien Covid-19. Penambahan dilakukan guna relaksasi rumah sakit di Bangkalan, yang kini memang angka huniannya sudah cukup tinggi.

"Di RSUD Bangkalan bed-nya itu dari 90 tempat tidur, yang terpakai sudah 73 bed,” kata Khofifah di Surabaya, Ahad (6/6).

Khofifah juga menyampaikan, RSUD Bangkalan membutuhkan HFNC, ventilator, serta beberapa jenis obat. Pemprov Jatim telah mengomunikasikan ke Kementerian Kesehatan dan akan segera dikirim sebanyak 32 unit HFNC langsung ke Bangkalan. “Kami sudah mengirimkan pemenuhan kebutuhan obat ke Bangkalan. Lalu bagi pasien yang kondisinya berat bisa segera dirujuk langsung ke RSUD dr Soetomo, agar penanganan maksimal, karena alat dan dokternya juga lebih lengkap,” ujar Khofifah.

Khofifah melanjutkan, sejak kemarin sejumlah mobil PCR test dari Pemprov Jatim juga sudah dikirimkan ke Kabupaten Bangkalan. Mobil tersebut dikirim untuk memasifkan testing di titik-titik yang memang menjadi episentrum lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Bangkalan.

“Namun ada kendala memang, masih banyak masyarakat yang belum berkenan untuk di-swab PCR. Maka langkah-langkah persuasif yang diharapkan menimbulkan kesadaran masyarakat untuk mau dites terus kita lakukan,” kata Khofifah.

Sejumlah pasien COVID-19 naik ke bus sekolah saat akan dipindahkan dari Kudus di Jawa Tengah, Senin (7/6/21). Sebanyak 23 pasien COVID-19 yang terdiri Aparatur Sipil Negara dan keluarganya di Kudus dipindahkan ke tempat karantina terpusat di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah guna mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik serta mencegah penularan COVID-19 yang lebih luas. - (Antara/Yusuf Nugroho)

 
Berita Terpopuler