Para Calon Presiden Iran Hadapi Debat Panas Pertama

Tujuh kandidat presiden Iran menghadapi debat pertama dari tiga putaran debat

Kurang dari dua minggu menjelang Hari Pemilihan, debat pertama antara kandidat presiden Iran terlihat cukup sengit mengenai berbagai masalah, sebagian besar ekonomi.
Red: Nur Aini

 

Baca Juga

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kurang dari dua minggu menjelang Hari Pemilihan, debat pertama antara kandidat presiden Iran terlihat cukup sengit mengenai berbagai masalah, sebagian besar ekonomi.

Dua pesaing dari kelompok reformis menghadapi serangan keras dari kelompok konservatif, terutama mengenai kinerja pemerintah kelompok reformis yang dipimpin oleh Presiden Hassan Rouhani, yang akan mengakhiri masa jabatan keduanya pada akhir bulan ini. Isu-isu yang menonjol dalam debat perdana antara lain sanksi asing, turunnya nilai mata uang, kenaikan inflasi, masalah produksi, isu privatisasi, perampasan tanah dan bahkan kualitas pendidikan.

Ketua kehakiman dan kandidat kelompok konservatif yang cukup populer, Ebrahim Raeisi, membuka debat dengan mengatakan produksi harus dibuat menjadi lebih menarik dan kegiatan ekonomi non-produktif seperti investasi dalam valuta asing dan komoditi emas perlu dihentikan.

Pada isu inflasi, Raeisi, yang berjanji untuk mengembalikannya ke level satu digit, mengatakan ekonomi berkelanjutan akan mengendalikan inflasi dan pemerintahnya akan memiliki kurs tunggal bagi mata uang asing.

Menjawab pertanyaan tentang perampasan tanah, calon presiden dua kali itu mengatakan, masalah itu akan dikendalikan karena akan ada intervensi kehakiman yang dipimpinnya dan juga diselesaikan melalui formalisasi dokumen, keterlibatan Lembaga Swadaya Masyarakat, dan mengundang orang-orang untuk mengamati isunya.

Dalam serangannya yang terselubung terhadap pemerintah petahana, Raeisi mengatakan dalam kapasitasnya sebagai kepala kehakiman, ia menemukan sebagian besar kasus hukum korupsi terkait dengan pejabat-pejabat di eksekutif.

Namun ketenangan Raeisi terganggu ketika dua kandidat reformis, Mohsen Mehralizadeh dan Abdol-Nasser Hemmati, melancarkan serangan terhadap kandidat terdepan dari kelompok konservatif itu.

Isi debat

 

Mehralizadeh mempertanyakan pengetahuan Raeisi tentang ekonomi, sementara Hemmati mengangkat masalah konflik kepentingan karena Raeisi terus menjabat sebagai kepala pengadilan sambil menyalahkan pengadilan atas penutupan beberapa pabrik.

Sebagai tanggapan, Raeisi menuduh mereka "menghina" dia dan menyalahkan pemerintah reformis yang berkuasa atas masalah ekonomi yang dihadapi negara.

Alireza Zakani, mantan anggota parlemen dan kandidat konservatif, mendukung Raeisi dan mengecam Hemmati, yang menjabat sebagai kepala bank negara Iran di bawah Rouhani, karena “menutupi kegagalan Rouhani.”

Zakani juga mengatakan mantan bankir papan atas itu sedang melawan 85 juta orang, penduduk negara itu. Dia menuduh Hemmati “merusak mata uang nasional.”

Zakani menyebut pendapat bahwa dia mencalonkan diri sebagai kedok untuk Raeisi sebagai "sebuah tuduhan" dan melanjutkan dengan mengatakan bahwa dia akan menuntut sejumlah individu, termasuk wakil presiden pertama yang "mengambil kembali hak orang."

Zakani mengatakan pemerintahan sebelumnya mengandalkan pendapatan minyak sebagai sumber pendapatan utama, sedangkan pemerintahan petahana yang dipimpin Rouhani mengandalkan “kantong rakyat.”

Hemmati, perwakilan de-facto dari pemerintahan Rouhani, mengatakan negara itu membutuhkan “generasi baru yang 'kaya' untuk menyelesaikan masalah” sambil mengklaim memiliki “rencana terperinci” untuk meningkatkan sektor pertanian. Dia juga berjanji untuk mengendalikan keungan negara jika terpilih sebagai presiden.

Mantan bankir papan atas itu juga menekankan perlunya perubahan dalam manajemen ekonomi, dengan mengatakan para ekonom harus diizinkan untuk mengambil alih tugas alih-alih politisi.

Tetapi dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menangkis serangan dari kandidat konservatif, khususnya Zakani dan Mohsen Rezaei, mantan kepala Korps Pengawal Revolusi Islam.

Sebagai kandidat konservatif, Rezaei sesumbar memiliki “rencana baru untuk mengatur ekonomi,” termasuk subsidi tunai bulanan sebesar 450.000 toman ($20) untuk rakyat Iran dan meningkatkan partisipasi perempuan dalam pemerintahan.

Veteran militer itu melancarkan serangan pedas terhadap pemerintahan Rouhani, menyebut simbol kampanye tahun 2013 sebagai "tidak berharga" dan menggambarkan rekor pemerintahannya sebagai "paling gelap sejak revolusi (1979)."

Dia mengatakan jika terpilih, dia akan melarang Hemmati dan pejabat lain di pemerintahan Rouhani meninggalkan negara itu karena pengkhianatan ekonomi dan membawa mereka ke pengadilan.

Hemmati bereaksi dengan sinis, mengatakan dia akan merujuk Rezaei ke Raeisi, kepala kehakiman, jika dia mendapat mandat pada 18 Juni.

Janji kandidat

 

Mohsen Mehralizadeh, seorang kandidat reformis, dalam sambutannya, mengatakan pemerintah perlu bergerak dengan tenang dan logis sambil mengacu pada pemerintahan mantan presiden Iran Mohammad Khatami—di mana ia menjabat sebagai wakil presiden.

Dia mengatakan salah satu syarat untuk menarik investasi asing adalah untuk tidak memiliki ketegangan dengan negara lain, menguraikan rencananya untuk membangun diplomasi dan komunikasi secara regional dan internasional.

Dia mengatakan lawan utamanya dalam perlombaan itu adalah Raeisi, yang dia tuduh kurang memiliki pengetahuan ekonomi untuk menjalankan negara dan mengatakan kualifikasi pendidikannya tidak tinggi.

Ghazizadeh-Hashemi, mantan wakil ketua parlemen, sebagian besar berusaha menghindari tuduhan, tetapi juga mengkritik pemerintah, yang katanya "telah berlutut di leher rakyat."

Tentang cara mengendalikan impor yang tidak perlu, katanya, sektor impor bergulat dengan “mafia besar” yang secara langsung mengancam produksi dalam negeri.

Dia juga mengutip "salah urus" sebagai alasan utama untuk masalah sederhana yang dihadapi negara itu, dan menambahkan bahwa pemerintahannya akan menyusun rencana jangka panjang untuk memecahkan masalah, bukan rencana jangka pendek untuk mengatasinya sementara.

Dia juga berjanji untuk menurunkan tingkat inflasi menjadi 5 persen dalam empat tahun, dan membagikan pinjaman pernikahan sebesar 5 miliar rial ($20.000) kepada warga muda Iran, dan tampaknya janji ini memberikan daya tarik.

Saeed Jalili, mantan negosiator nuklir, yang terutama berfokus pada rencananya, mengatakan pemerintahan masa depan perlu memiliki kemauan dan keyakinan yang kuat dalam menghilangkan kemiskinan dan meningkatkan kehidupan masyarakat.

Sambil menguraikan rencananya untuk meningkatkan devisa negara, Jalili mengatakan semua lembaga, tidak hanya kementerian perminyakan, harus berperan.

Dia mengatakan Iran memiliki kapasitas besar di bidang pertanian dan industri, yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah, sambil menyebut sektor pertambangan sebagai kunci penyelesaian masalah ketenagakerjaan.

 
Berita Terpopuler