Kemendikbud Apresiasi Peremajaan Kesenian Ketoprak

Ati Segara mengalihwahanakan pertunjukan tradisional Ketoprak Tobong ke bentuk film.

Dok Ketoprak Tobong dan Mitra Seni Indonesia
Proses di balik layar penggarapan sinema folklor bertajuk Ati Segara yang tayang mulai 30 Mei 2021.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mitra Seni Indonesia (MSI) menghadirkan sinema folklor Ati Segara bersama Ketoprak Tobong Kelana Bakti Budaya Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Riset) RI, Hilmar Farid, mengapresiasi upaya peremajaan itu.

"Saya menyambut baik dan gembira atas upaya mengangkat Ketoprak Tobong, bagaimana di tengah keterbatasan bisa menampilkan seni tradisi menggunakan teknologi digital, memperluas jangkauannya," kata Hilmar pada konferensi pers virtual, Kamis (27/5).

Ati Segara mengalihwahanakan pertunjukan tradisional Ketoprak Tobong ke bentuk film. Sutradara sekaligus penulis naskah, Risang Yuwono, merangkai tiga kisah klasik yang membahas tentang kekuatan sosok perempuan dalam dinamika kehidupan.

Selama 48 menit durasi, film menghadirkan rangkaian tersebut. Romansa antara Rakai Pikatan dan Pramodhawardhani yang berbeda latar budaya dan keyakinan, cerita tentang Raden Ayu Matahati, serta mengenai relasi Pangeran Diponegoro dan ibundanya.

Pengarah seni Rama Soeprapto yang tidak terlibat dalam proyek turut memuji sinema arahan Sutradara Risang Yuwono itu. Menurut Rama, dari segi artistik, tidak mudah membuat sajian sinematik yang berasal dari pertunjukan panggung atau teater.

Baca Juga

Setelah menyimak filmnya, salah satu hal yang disebut Rama sebagai terobosan adalah karena tayangan itu mengusung tiga cerita monumental. Kekuatan lain dari sinema adalah aspek visualnya. Para tokoh pun dinilai berhasil menghadirkan "rasa" pada layar.

"Cerita ini indah, persembahan yang luar biasa. Saya mengidam-idamkan generasi muda bisa menjadi target (penonton). Bisa menjadi cara baru dengan tidak menghilangkan unsur klasik cerita tapi menjembatani untuk generasi muda," ujar Rama.

Aktris senior Widyawati pun menganggap tayangan tersebut sangat baik supaya anak muda bisa mengetahui apa itu pertunjukan ketoprak. Sebagai orang Jawa, Widyawati mengenal ketoprak sejak kecil tetapi seiring berjalannya waktu, banyak yang belum mengenalnya.

"Bersyukur bisa menikmati ketoprak yang jadi film. Harapan saya (pertunjukan ketoprak) tidak berhenti. Real-nya tetap ada, karena lain ketika menonton langsung dan ketika difilmkan," tutur pemeran film Arini (Masih Ada Kereta yang Akan Lewat) rilisan 1987 itu.

 
Berita Terpopuler