Siapa Non-Yahudi Pendukung Israel di Amerika, dan Kenapa?

Dari 14 juta Yahudi di seluruh dunia, hanya separuhnya tinggal di Amerika.

google.com
Israel dan Amerika: Israel anak emas Amerika Serikat.
Red: Elba Damhuri

Oleh : Hadi Susanto, Professor of Applied Mathematics di University of Essex Inggris

REPUBLIKA.CO.ID, --- Saya tidak tinggal lama di Amerika. Hanya dua tahun mengajar di University of Massachussetts (UMass), di Kota Amherst. 

Massachussetts adalah negara bagian Amerika yang secara politik paling liberal dan socially progressive. Karenanya, pandangan masyarakatnya lebih bebas (contoh: Massachussetts adalah negara bagian pertama yang mengakui pernikahan sejenis) dan karenanya pula di sisi lain mereka paling ramah terhadap pendatang.

Selama di Amerika, saya banyak berinteraksi dengan orang-orang Yahudi. Mulai dari mahasiswa di kelas, sampai kolega dosen. Dari yang ortodoks pakai kippah (topi Yahudi bundar kecil yang numpang di kepala), sampai yang Yahudi sekuler alias cuma 'numpang nama'. Dari yang Zionis, sampai justru yang pro-Palestina. 

Saya pernah pula mewakili komunitas Muslim Amherst, duduk bersama rabbi Yahudi dalam acara interfaith dialogue. Waktu giliran saya bicara, saya mengutip al-Maidah ayat 32 tentang bagaimana Islam menghargai nyawa satu manusia. 

Yang 'tidak enak' dari ayat itu ada pada bagian: "Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka (Bani Israil) dengan keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi, kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi." 

Kenapa tidak enak? Ya masa' di depan rabbi kita bilang kakek nenek moyang dia suka menyalahi perintah ilahi?

Pernah pula saya beberapa kali mengisi kuliah tamu di kelas Middle Eastern Studies. Saya bicara tentang Islam dan Indonesia. Dosen pengampu mata kuliah yang mengundang saya sih ramah-ramah, tapi pas bagian tanya-jawab dengan mahasiswa itu yang kadang bikin panas di telinga. 

Dari sekian pengalaman selama di sana, salah satu yang paling berkesan adalah saat istri dan saya bisa hadir di kuliah umum Dr Norman Finkelstein, political scientist terkenal ahli konflik Israel-Palestina. 

Dia sangat keras mengkritik zionisme walau dia sendiri keturunan Yahudi korban Nazi. Saking vokalnya, dia diadang jaringan Yahudi untuk bisa promosi naik ke jenjang guru besar hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari dunia akademi.

Sebagaimana biasanya: acara yang mengkritik Israel pasti dipenuhi demo mahasiswa. Begitu juga dengan kuliah umum Dr Finkelstein yang diadakan di sebuah aula besar di kampus UMass itu. 

Yang menarik, ada pendemo yang mengamati kami yang wajahnya paling beda dari hadirin lainnya. Dia kemudian mendatangi kami dan berkata, "Kami tidak memusuhi Islam dan Muslim, tapi kami menentang antisemitisme."

Aha! Antisemitisme: tuduhan standar bagi siapa pun yang mengkritik Israel.

Saya tidak akan pernah mengeklaim saya tahu banyak tentang Yahudi di Amerika. Tapi, saya berani bilang kalau selama dua tahun itu saya belajar bagaimana istimewanya posisi mereka di sana.

Warga mana di balik dukungan total Amerika terhadap Israel?

Di bagian satu, saya sudah menuliskan bagaimana orang-orang Yahudi punya posisi penting di Amerika. Tapi, yang menjadi pertanyaan, walaupun posisi mereka penting, jumlah mereka tidak banyak. 

Dari sekitar 14 juta orang Yahudi di seluruh dunia, hanya separuhnya saja yang berada di Amerika dan sisanya tersebar di berbagai belahan dunia lainnya. Dukungan terbesar warga Amerika terhadap Israel ternyata datang dari kalangan Kristen Evangelis. 

Ada sekitar 70 juta Kristen Evangelis di Amerika yang mereka ini rata-rata berada di daerah Amerika Serikat bagian Selatan. Negara bagiannya meliputi Alabama (12 persen Kristen Konservatif) hingga Tennessee (52 persen). 

Negara-negara bagian ini yang posisi di peta saling bersambung dikenal juga dengan istilah Bible Belt, Sabuk Injil/Alkitab. Bible Belt ini adalah kantong-kantong suara Donald Trump pada pemilihan presiden lalu. 

Donasi mereka lewat Christians United for Israel (CUFI) (di luar American Israel Public Affairs Committee (AIPAC)) jumlahnya sangat besar yang kemudian oleh LSM-LSM Israel gunakan untuk membangun gedung-gedung dan bangunan Israel di pemukiman warga Palestina di Tepi Barat (West Bank). 

Kenapa Kristen Evangelis mendukung Israel?

Karena mereka percaya itu adalah jalan bagi turunnya Jesus Isa Almasih yang kedua kalinya. Mereka sangat anti dengan usulan 'solusi dua-negara' (the two-state solution) karena Jesus hanya akan turun setelah Israel menguasai seluruh 'tanah yang dijanjikan Tuhan'. Turunnya Jesus ini akan didahului oleh adanya perang mahadahsyat: the Battle of Armageddon. 

Armageddon berasal dari kata Har (bukit) Megiddo. Megiddo berada di Palestina utara, dekat dengan kota Jenin. Menurut Perjanjian Baru dalam Kitab Wahyu (Book of Revelation) 16:16, di Megiddo-lah peperangan besar itu akan terjadi.

Menurut Perjanjian Baru juga, 2/3 bangsa Israel akan terbunuh dalam peperangan itu [Zechariah 13:8–9]. Ketika itu terjadi, Jesus kemudian akan turun dan membunuh Antichrist (Dajjal). 

Kristen Evangelis sebagai penyumbang terbesar turisme Israel (lebih dari 40 persen) saat ini menjadikan Megiddo sebagai salah satu tujuan wisata religi.

Dalam Islam, perang Armageddon ini dikenal juga dengan istilah "Al malhamatul kubra" (pertempuran besar), yakni perang akhir zaman yang banyak diceritakan dalam hadits-hadits. Dalam Islam, perang besar itu juga diceritakan akan diikuti oleh pertempuran antara Dajjal dan Imam Mahdi dan Nabi Isa AS. 

Hanya saja perbedaannya, bagi Kristen Evangelis, mereka yang menentang pendirian negara Israel akan berada di kubu Dajjal, sementara bagi Muslim justru zionis Israel yang akan menjadi tentara-tentara Dajjal. 

Pada akhirnya, mau versi yang mana saja, kabar agama ini mengingatkan kita bahwa perjuangan mendukung Palestina dan pembebasan al-Aqsha adalah sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran. Tinggal kita yang memutuskan: mau berdiri di belakang Mahdi dan Isa AS atau di belakang Dajjal setan.

Sumber Tulisan: https://www.facebook.com/h4d15u5ant0/posts/10158429146492730

 

 
Berita Terpopuler