Bagaimana Zionis Yahudi Israel Menguasai Tanah Palestina?

Zionis Israel mulai mencaplok tanah Palestina usai Ottoman kalah di Perang Dunia I.

REUTERS/Raneen Sawafta
Ibu dari warga Palestina Rasheed Abu Arra, yang tewas dalam bentrokan dengan pasukan Israel, berduka atas jenazah putranya saat pemakamannya, di Kota Aqqaba dekat Tubas, di Tepi Barat yang diduduki Israel, 12 Mei 2021.
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Karta Raharja Ucu, wartawan Republika

"Kita harus bangga bahwa kita adalah satu bangsa yang konsekuen terus, bukan saja berjiwa kemerdekaan, bukan saja berjiwa antiimperialisme, melainkan juga konsekuen terus berjuang menentang imperialisme. Itulah pula sebabnya kita tidak mau mengakui Israel!”

Kutipan di atas adalah pidato Presiden pertama RI Ir Sukarno dalam pidato perayaan kemerdekaan tahun 1966. Pidato itu menjadi penegas jika Indonesia berada dalam satu barisan dengan rakyat Palestina. Melawan penjajahan, melawan imperialis, melawan Israhell.

Palestina saat ini seperti sebuah pintu gerbang menuju surga. Setiap hari rakyatnya gugur menjadi syuhada akibat serangan brutal dari Zionis Israel. Ironisnya, banyak yang menyebut Palestina sebagai teroris, padahal tanah mereka yang habis dirampas zionis.

Polisi Israel menangkap seorang wanita Palestina dalam bentrokan antara pasukan keamanan Israel dan pengunjuk rasa Palestina di Kota Tua Yerusalem, Selasa, 18 Mei 2021. - (AP/Mahmoud Illean)

Mungkin sudah banyak yang membaca cerita panjang bagaimana Yahudi pertama kali mengemis kepada rakyat Palestina untuk diberikan tempat mengungsi, setelah terancam dihabisi di Eropa.

Pendudukan, saya lebih senang menyebutnya sebagai penjajahan, Israel di tanah Palestina berlangsung sejak Kesultanan Ottoman kalah dalam Perang Dunia I. Tanah Palestina yang sebelumnya dalam perlindungan Sultan Ottoman direbut paksa oleh Inggris pada 1920.

Saat itu, oleh Liga Bangsa-Bangsa (yang dibentuk untuk mencegah konflik serupa terjadi), Inggris diberikan mandat berkuasa di Tanah Palestina hingga rakyatnya dianggap bisa mandiri. Namun, warga Arab-Palestina, yang sudah menempati tanah itu berabad-abad, tersingkir akibat pendudukan Israel. Bukan perlahan-lahan, melainkan perebutan paksa tanah berlangsung sangat cepat.

Mundur tiga tahun sebelum menguasai Tanah Palestina, Inggris lebih dulu mendeklarasikan dukungan politik terhadap gerakan zionisme. Pada Deklarasi Balfour 1917, Kerajaan Inggris mendukung berdirinya "Rumah untuk Bangsa Yahudi". Tempatnya? Palestina menjadi tujuan karena diklaim sebagai tanah leluhur bangsa Yahudi.

Arthur John Balfour, mantan perdana menteri Inggris yang juga berperan penting bagi gerakan Zionis. - ()

Deklarasi Balfour pada 1917 dibentuk Arthur Balfour selaku menteri luar negeri Inggris dan Arthur Rotschild, pemimpin Komunitas Yahudi Inggris dan seorang bankir kaya raya dari Dinasti Rotschild yang menguasai dunia. Rencana pun disusun. Saat itu, Perang Dunia I sedang berlangsung. Perang Dunia I terjadi pada 28 Juli 1914 sampai 11 November 1918.

Ketika Perang Dunia I berlangsung, wilayah Palestina masih dalam naungan Daulah Utsmaniyyah atau Kekaisaran Ottoman. Kekaisaran Ottoman yang berada satu barisan bersama Jerman, kalah. Mereka terpaksa menyerah hingga harus merelakan wilayah yang selama ini dalam perlindungannya menjadi bancakan.

Saat itulah, Arthur Balfour bersama Rotschild yang sudah menyusun rencana untuk membentuk Negara Yahudi di tanah Palestina pada Deklarasi Balfour, langsung memulai rencananya. Pasca-Inggris mendapatkan kuasa penuh di Tanah Palestina, orang Yahudi berbondong-bondong pindah ke Palestina. Gelombang perpindahan orang Yahudi dari Eropa terjadi pada 1929-1939 saat Nazi Jerman mempersekusi orang-orang Yahudi di Eropa.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menunjukkan peta negaranya pada 1917, 1937, 1947, 1967, dan 2020 dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB di New York, 11 Februari. - (EPA)

Setelah orang-orang Yahudi menyesaki wilayah Palestina, pada 1948 Inggris memutuskan angkat kaki. Palestina dilepas, dan kaum Zionis pada 14 Mei 1948 mendeklarasikan berdirinya Negara Israel di Palestina.

Sehari setelah pendeklarasian, tepatnya tanggal 15 Mei 1948, atau 73 tahun lalu, Zionis Israhell melakukan pengusiran terhadap rakyat Palestina. Rakyat Palestina diusir dari tanah leluhurnya dan menjadi pengungsi di negeri sendiri. Peristiwa itu dikenal sebagai Nakba Day ...

Sehari setelah pendeklarasian, tepatnya pada 15 Mei 1948, atau 73 tahun lalu, Zionis Israhell melakukan pengusiran terhadap rakyat Palestina. Rakyat Palestina diusir dari tanah leluhurnya dan menjadi pengungsi di negeri sendiri. Peristiwa itu dikenal sebagai Nakba Day. Zionis Israel melakukan penghapusan etnis di tanah suci Bumi Syam, bumi para nabi.

Deklarasi berdirinya Israel itu membuat bangsa Arab melawan. Sejumlah negara-negara Arab di sekitar Palestina melakukan invasi dengan memberikan dukungan kepada militer Arab-Palestina guna mencegah berdirinya negara Israel. Bagi orang Arab-Palestina, perang itu menandai awalnya bencana.

Saat itu negara-negara Arab, seperti Mesir, Transyordania, Irak, Suriah, Liga Arab, Arab Saudi, Yaman, Sudan, Lebanon, hingga Ikwanul Muslimin yang terlibat dalam perang, kalah melawan Israel.

Kemenangan Israel membuat 700 ribu orang Arab-Palestina terusir, dan 700 ribu orang Yahudi masuk Palestina. Israel pun merampas sebagian wilayah Palestina.

Pertempuran Gaza Kedua terjadi antara 17 dan 19 April 1917, menyusul kekalahan Pasukan Ekspedisi Mesir (EEF) pada Pertempuran Gaza Pertama pada bulan Maret, selama Kampanye Sinai dan Palestina dalam Perang Dunia Pertama. - (wikipedia)

Perang tahun 1948 berlanjut pada 1967. Perang enam hari antara Israel dengan Mesir, Suriah, Yordania, Irak, dengan dukungan PLO dan Lebanon berakhir untuk kemenangan Zionis. Kekalahan Mesir membuat Gaza terlepas dan dikuasai Israel. Yordania pun terpaksa merelakan wilayah Tepi Barat kepada Israel. Akibatnya, sekitar 300 ribu rakyat Arab-Palestina terusir dari Tepi Barat.

Setelah perang 1967, komunitas-komunitas Yahudi semakin beringas. Mereka pindah ke Tepi Barat dan mendirikan permukiman eksklusif. Pos-pos pemeriksaan dan blokade jalan dibuat militer Israel. Alasannya satu: demi melindungi orang-orang Yahudi yang merampas tanah orang Palestina.

Akibatnya, rakyat Palestina di Tepi Barat tergusur. Padahal, aksi Zionis Israel itu melangggar konvensi Jenewa IV yang berisi melarang transfer populasi ke wilayah sengketa. Namun, pelanggaran itu tak dihiraukan.

Perlawanan bangsa Arab tak berhenti terhadap Israel. Negara Palestina pun dideklarasikan pada 1988, tetapi hingga kini warga Arab-Palestina masih dalam cengkraman penjajahan.

Jika Palestina yang dijajah, mengapa rakyat Indonesia perlu membantu? Apa hubungannya Palestina dengan Indonesia?

Setelah serangan rudal Israel menghancurkan Jalur Gaza, banyak yang menyuarakan pendapatnya membela Israel. Mereka yang menilai Israel mengirimkan rudal untuk mempertahankan diri dari serangan roket-roket yang dikirimkan pejuang Hamas dari Jalur Gaza. --Tudingan pejuang Hamas yang disebut sebagai "senjata makan tuan Israel", karena dituding dibentuk oleh Israel, akan saya bahas sendiri di tulisan lain--.

Dari sekian banyak orang yang menyuarakan dukungan untuk Israel, ada satu orang yang membuat saya tertawa sebenarnya. Orang itu, kita sebut saja pria tulang lunak atau pria tanpa baut, menyebut, "Sejak kapan Palestina berjasa atas kemerdekaan Indonesia, belajar sejarah lagi sana."

Hujatan pun langsung datang dari warganet kepada pria tanpa baut itu. Tapi, bukan itu poin utama yang ingin saya bahas. Kita kesampingkan dulu pemahamannya yang salah, atau mungkin dia buta sejarah sekaligus buta hati nurani.

Sabar, saya menghela napas dulu.

Palestina itu bagai saudara tua Indonesia yang pasang badan di PBB dengan menyatakan dukungannya atas kemerdekaan Indonesia pada 1945. Indonesia setelah memproklamasikan kemerdekaan, harus mendapatkan pengakuan dari minimal 10 negara di PBB.

Palestina lewat Mufti besar Palestina Syekh Muhammad Amin al-Husaini dan saudagar kayanya, Muhammad Ali Taher, pasang badan. Bahkan, Ali Taher menyerahkan semua hartanya untuk Indonesia yang saat itu sedang tidak memiliki kas negara alias miskin.

"Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia," kata Ali Taher. Dukungan berlanjut dengan aksi turun ke jalan yang dilakukan rakyat Palestina.

Keberanian Palestina adalah negara pertama yang mengacungkan tangan dalam sidang PBB untuk mengakui kemerdekaan Indonesia, membuat negara-negara di Liga Arab dan Timur Tengah, seperti Kuwait, Irak, Arab Saudi ikut bergerak menyatakan dukungan untuk Indonesia. Karena itulah, Prof Agus Salim dan AR Baswedan (kakek Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan) yang menjadi delegasi Indonesia, mondar-mandir ke luar negeri untuk urus dokumen penandatanganan dukungan negara-negara Timur Tengah tersebut.

(ilustrasi) Haji Agus Salim (kanan) dan Sukarno - (tangkapan layar e-paper Republika)

Karena faktor itulah pantas jika Indonesia terus menyuarakan dukungan kepada Palestina. Salah satu bentuk dukungan nyata adalah perintah Bung Karno yang meminta Timnas Indonesia mundur saat bertemu Israel dalam ajang kualifikasi Piala Dunia 1958 di Swedia. Padahal, saat itu Indonesia sedang digdaya dan tinggal selangkah lagi bermain di Piala Dunia.

Dalam babak kedua penyisihan, Indonesia berada satu grup dengan Mesir, Sudan, dan Israel. Namun, Indonesia memilih mundur setelah permintaan bermain di tempat netral tanpa lagu kebangsaan ditolak FIFA. Indonesia menolak bermain di Tel Aviv, kandang Israel sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina.

Asap mengepul setelah serangan udara Israel di Kota Gaza, 11 Mei 2021. Setidaknya satu wanita tewas setelah 130 roket yang ditembakkan oleh Hamas dari Jalur Gaza jatuh di Tel Aviv dan kota-kota tetangga Israel. - (EPA/MOHAMMED SABER)

Indonesia pernah merasakan bagaimana sakitnya dijajah. Tanah dirampas, saudara perempuan diperkosa, sampai dijadikan budak. Jika tidak setuju terhadap perjuangan rakyat Palestina, cukup diam. Jika tidak memberikan bantuan berupa harta, jangan nyinyirin para pengumpul donasi. Cukup doa atau dia, karena di sana, mereka yang membantu perjuangan rakyat Palestina, sedang mengumpulkan bekal untuk ke surga.

Dari catatan panjang itu, masih adakah yang berani menyebut Palestina bukan urusan kita, Indonesia, seperti pria tulang lunak yang saya sebut di atas? Masih adakah yang tidak tergerak hatinya melihat jutaan nyawa umat Islam dibantai? Jika tidak mau melihat Palestina sebagai konflik agama, cukup lihat peristiwa pembantaian di Palestina sebagai bencana kemanusiaan. Tanyakan kepada hati nurani Anda.

 
Berita Terpopuler