Dirjen Dikti: Kampus Perlu Miliki Mindset Adaptif

Kampus harus mampu mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi kehidupan di masa depan.

Antara/Maulana Surya
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Nizam, mengatakan kampus perlu memiliki pola pikir yang adaptif. (ilustrasi)
Rep: Inas Widyanuratikah Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Nizam, mengatakan kampus perlu memiliki pola pikir yang adaptif. Kampus harus mampu mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi kehidupan di masa depan.

"Perubahan itu harus terjadi di perguruan tinggi. Ini perubahan yang paling penting adalah perubahan mindset. Lebih dinamik, lebih adaptif dengan perubahan-perubahan cepat. Ini yang membutuhkan keberanian untuk keluar dari zona nyaman," kata Nizam, Rabu (19/5).

Ia mengatakan, kampus harus berani berubah dari paradigma lama ke paradigma baru. Artinya, dalam menghadapi dunia setelah sekolah, tidak bisa lagi mahasiswa hanya diajari ilmu pengetahuan dan dituntut untuk siap bekerja. Dunia kerja saat ini lebih menilai bagaimana seseorang bisa menghadapi tantangan yang kompleks.

Selama ini, masih banyak keluhan dari dunia kerja bahwa lulusan tidak bisa menghadapi tantangan nyata di dunia kerja. "Ini tidak boleh lagi terjadi. Nomer satu tadi, mindset harus keluar dari apa yang selama ini kita lakukan," kata Nizam menegaskan.

Baca Juga

Dunia saat ini berubah begitu cepat. Nizam menjelaskan, era yang akan dihadapi mahasiswa saat ini yakni era yang tidak menentu, penuh perubahan dan dinamika. Hal inilah yang harus dipersiapkan kepada para mahasiswa.

Selain itu, Nizam juga menegaskan bahwa kompetensi utama harus tetap dimiliki mahasiswa sesuai dengan jurusan yang mereka ambil. Namun, ia berharap nantinya kompetensi seorang mahasiswa akan bertambah seperti pohon yang memiliki banyak cabang.

"Pohon itu bisa cabangnya banyak, akarnya harus dalam. Tapi, cabang-cabangnya jangan kemudian harusnya jadi beringin kok jadi pohon bambu, nggak ada cabangnya," kata dia.

 
Berita Terpopuler