Roket-Roket Palestina yang Mulai Menakutkan Israel

Roket-roket Palestina mampu menembus sistem Iron Dome Israel

EPA-EFE/ABIR SULTAN
Sistem pertahanan antiroket kubah besi Israel dan tentara terlihat saat asap membubung di dekat pabrik minyak di Kota Ashkelon, Israel, 11 Mei 2021. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan mereka menyerang lebih dari 100 sasaran Hamas di Jalur Gaza selama pembalasan. Serangan semalam setelah roket ditembakkan ke Israel oleh pejuang Palestina.
Rep: Haaretz/Reuters Red: Elba Damhuri

REPUBLIKA.CO.ID. TEL AVIV -- Rakyat Palestina tidak tinggal diam dan terus berjuang akibat diperlakukan semena-mena oleh Israel. Perampasan tanah, pengusiran, serangan Israel, dan diskriminasi oleh Israel dibalas dengan serangan roket Palestina.

Kini, konflik bersenjata Palestina-Israel menjadi gejolak sejak Perang Gaza pada 2014. Hingga Ahad ini, setidaknya 188 orang Palestina gugur di Jalur Gaza dan 10 warga Israel tewas dalam pertempuran udara paling intensif dalam beberapa tahun.

Roket-roket Palestina menjadi monster menakutkan bagi Israel saat ini meski Israel memiliki sistem senjata antirudal yang dikenal sebagai Iron Dome (Kubah Besi).

Pada Sabtu lalu, seorang pria Israel tewas setelah rentetan tembakan roket yang menargetkan Tel Aviv dan Israel tengah. Roket-roket Palestina ini menghancurkan dua hari ketenangan di wilayah tersebut. 

Bangunan dan infrastruktur telah rusak di beberapa kota di Israel tengah. Rumah-rumah warga Israel ikut hancur akibat serangan roket ini. Demikian laporan Haaretz dan Reuters, Ahad.

Haaretz melaporkan, Israel melakukan ratusan serangan udara dan beberapa serangan darat di Gaza, tetapi pasukan militer Israel tidak memasuki Gaza sebagai bagian dari invasi darat. Sementara, pejuang Palestina di Jalur Gaza telah menembakkan sekitar 3.000 roket ke Israel tengah dan selatan sejak Senin pekan lalu.

 

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan dalam jumpa pers bahwa pertempuran "berlanjut dengan kekuatan penuh" dan menambahkan "itu akan memakan waktu".

Netanyahu menambahkan, Israel mendapat dukungan dari komunitas internasional, dan sekali lagi berterima kasih kepada Presiden AS Joe Biden karena mendukung Israel.

Kabinet Israel bertemu pada Jumat dan sumber mengatakan para menteri mendukung melanjutkan operasi daripada memilih gencatan senjata. 

Mesir pun tidak tinggal diam dalam krisis ini. Mesir telah membuka perbatasan Rafah sehari lebih awal dari yang direncanakan untuk memungkinkan masuknya pelajar dari Gaza, orang-orang yang membutuhkan perawatan medis dan kasus kemanusiaan lainnya.

Sumber keamanan mengatakan tiga bus yang membawa 263 orang telah melintasi perbatasan, yang telah ditutup untuk liburan Idul Fitri dan akan dibuka kembali pada Senin.

Bahkan, sebelum pembukaan kembali pada Ahad, Mesir telah menjemput orang-orang yang terluka akibat pengeboman Israel.

Mesir sejauh ini telah mengirim 16 ambulans untuk menjemput korban, yang sebagian besar menderita luka serius yang memerlukan prosedur pembedahan segera, kata sumber medis. 

 
Berita Terpopuler