Khutbah Idul Fitri: Memaknai Fitrah Menuju Indonesia Maju

Khutbah Idul Fitri KH Nurul Badrut Tamam mendudukkan makna fitrah

Antara
Khutbah Idul Fitri KH Nurul Badrut Tamam mendudukkan makna fitrah. Ilustrasi sholat idul fitri
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Khutbah Idul Fitri 1442 H 

Baca Juga

Oleh KH Nurul Badruttamam, MA, Pengurus Lembaga Dakwah PBNU

 

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

X9 أَللهُ أَكْبَرُ  

أَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً. الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَعَادَ اْلأَعْيَادَ وَكَرَّرَ. أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ أَنْ خَلَقَ وَصَوَّرَ. وَأَشَهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ  لاَشَرِيْكَ لَهُ. شَهَادَةً يَثْقَلُ بِهَا الْمِيْزَانُ فىِ الْمَحْشَرِ. اللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْفَائِزِيْنَ بِالشَّرَفِ اْلأَفْخَرِ

أَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ ! اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمِكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ. وَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ : وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمِ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ الْكَرِيْمِ وَنَحْنُ عَلَى ذَالِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ الشَّاكِرِيْنَ  

Allahu Akbar 3X, Allahu Akbar Walillahilhamd

Jamaah Sholat Idul Fitri  Fitri yang terhormat

Dalam suasana 1 Syawal pagi hari yang khidmat, berselimut rahmat dan kebahagiaan ini, marilah kita bersama-sama memanjatkan puji syukur yang setulus-tulusnya ke hadirat Allah SWT atas curahan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua. Sehingga di pagi yang cerah ceria ini kita bisa menunaikan sholat Idul Fitri  Fitri dengan berjamaah, khusyuk dan tertib meski di tengah-tengah pandemik Covid-19 seperti ini.

Izinkanlah pada khutbah Idul Fitri  Fitri 1442 H ini, khatib menyampaikan khutbahnya dengan mengambil sebuah tema: “Mengurai Makna Fitrah di Tengah Pandemi Covid-19 Menuju Indonesia Maju.” 

 

Allahu Akbar 3X, Allahu Akbar Walillahilhamd

Jamaah Sholat Idul Fitri  Fitri yang terhormat

Alhamdulillah, hari demi hari di bulan Ramadhan ini bisa kita lalui dengan baik. Tanpa kita sadari, kita kini telah sampai pada hari yang penuh dengan kegembiraan, hari yang penuh dengan kemulian, dan hari yang penuh dengan fitri. Mudah-mudahan, perjalanan ibadah di bulan suci ini, Allah sempurnakan dan kita diberi karunia untuk membawa bekal sebanyak-banyaknya dari jamuan Allah di bulan mulia ini.

Jika kita periksa Ramadhan demi Ramadhan yang telah kita lalui, mestinya Kita bertanya : “Apa yang paling berharga yang bisa kita peroleh dari seluruh Ramadhan yang lalu ?“ Pertanyaan ini penting, sebab dari sana kita bisa memperoleh gambaran yang jelas tentang prestasi ibadah shaum kita selama ini. Jangan sampai ibadah shaum yang selama ini kita lakukan ternyata tidak berbekas sama sekali. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوْعِ وَالْعَطْشِ  “Berapa banyak orang berpuasa, namun tidak memperoleh keutamaan apa pun, selain lapar dan haus belaka”. Insya Allah, setelah Ramadhan kita akhiri, tentu saja bukan berarti berakhir pula suasana ketakwaan kita kepada Allah SWT, tetapi justru kita harus mampu membuktikan keberhasilan ibadah Ramadhan itu dengan peningkatan ketakwaan kepada Allah SWT, karenanya bulan sesudah Ramadhan kita akan bertemu dengan bulan Syawal, yang artinya peningkatan. Di sinilah letak pentingnya memelihara ibadah Ramadhan, terutama dalam menjaga ketakwaan kita kepada Allah SWT. 

 

Allahu Akbar 3X, Allahu Akbar Walillahilhamd

Jamaah Sholat Idul Fitri yang terhormat

Hari raya Idul Fitri yang disambut umat Islam di seluruh antero dunia dengan kumandang takbir dan tahmid yang menggema, meski dalam suasana pandemi Covid-19 seperti ini lantuna takbir masih menggelora memenuhi seluruh angkasa raya adalah wujud kemenangan dan rasa syukur kaum Muslimin kepada Allah SWT atas keberhasilannya meraih fitrah (kesucian jiwa) melalui mujahadah selama satu bulan penuh di bulan suci Ramadhan yang baru berlalu.  Allah SWT menegaskan dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 185:

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ Artinya: “Dan hendaklah kamu menyempurnakan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”.

Allahu Akbar 3X, Allahu Akbar Walillahilhamd

Jamaah Sholat Idul Fitri yang berbahagia

Dalam suasana kebahagiaan ini, kita ingin menghayati kembali makna kefitrian kita sebagai manusia. Idul Fitri yang dimaknai kembali kepada kesucian rohani atau kembali ke asal kejadian, atau kembali kepada agama yang benar, mengisyaratkan bahwa setiap orang yang merayakan Idul Fitri  Fitri sebenarnya ia sedang merayakan kesucian rohaninya, mengurai asal kejadiannya dan menikmati sikap keberagamaan yang benar, keberagamaan yang diridhai Allah SWT. Allah SWT dalam Alquran surat Al-Fathir ayat 18-21 menegaskan :

وَمَنْ تَزَكَّى فَإِنَّمَا يَتَزَكَّى لِنَفْسِهِ وَإِلَى اللهِ الْمَصِيْرُ. وَمَا يَسْتَوِى اْلأَعْمَى وَالْبَصِيْرُ. وَلاَالظُّلُمَاتُ وَلاَالنُّوْرُ. وَلاَالظِّلُّ وَلاَالْحَرُوْرُ

Artinya: “Barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia telah mensucikan diri untuk memperoleh kebahagiaanya sendiri. Dan hanya kepada Allah-lah tempat kembali (mu). Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan terang benderang, dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas”.

Allah SWT membandingkan orang baik dengan orang jahat laksana orang yang melihat dengan orang yang buta, laksana terang dan gelap, laksana teduh dengan panas. 

Sungguh sebuah metafora yang menarik untuk kita renungkan. Allah SWT seolah-olah hendak menyatakan bahwa manusia yang suci dan bersih, manusia yang baik dan berguna, manusia yang menang dan bahagia itu, adalah mereka yang mau dan mampu melihat problema masyarakat secara cermat dan bijak, dan kemudian bersedia memecahkannya, mereka yang mampu menjadi lentera di kala gelap, dan menjadi payung berteduh di panas. Mereka inilah pemilik agama yang benar, agama yang hanifiyah was samhah,  terbuka dan lapang, toleran dan pemaaf, damai dan santun. Inilah agama tauhid, agama Nabi Ibrahim dan anak keturunannya: Ismail, Ishaq, Ya’kub, Yusuf dan Nabi Muhammad SAW.

Dengan demikian, Idul Fitri pada hakikatnya memberikan pendidikan kepada kita, bahwa syariat Islam mengajarkan kepada kesucian, keindahan, kebersamaan dan mengarahkan umatnya memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, duduk sama rendah berdiri sama tinggi, rukun dalam kebersamaan dan bersama dalam kerukunan. Segala kelebihan yang melekat dalam diri manusia dalam bentuk apapun, hendaknya disadari bahwa selain merupakan nikmat, ia juga sekaligus sebagai amanat.

 

Seorang yang ber-Idul Fitri  Fitri dalam arti telah mampu mengembalikan fitrahnya, diharapkan dapat berbuat yang indah, baik dan benar. Perbuatan baik akan menimbulkan etika dan menciptakan tatanan kehidupan yang tertib dan harmonis, sementara kebenaran akan menghasilkan ilmu pengetahuan yang akan mengantarkan kemajuan peradaban umat manusia. 

 

Allahu Akbar 3X, Allahu Akbar Walillahilhamd

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang saya cintai

Oleh karena fitrah manusia dapat berubah dari waktu ke waktu. Berubah karena pergaulan, karena pengaruh budaya dan lingkungan, karena latar belakang pendidikan dan lain-lain, maka agar fitrah itu tetap terpelihara kesuciannya, hendaknya ia selalu mengacu pada pola kehidupan islami yang berlandaskan Alquran dan as-Sunnah, pola kehidupan yang bernafaskan nilai-nilai agama dan akhlakul karimah. 

Sehingga darinya diharapkan mampu membangun manusia seutuhnya, insan kamil yang memiliki keteguhan iman, keluasan ilmu pengetahuan serta cakap dalam menyikapi dan menjawab berbagai peluang dan dinamika kehidupan. Karena itu segala kebiasaan baik yang telah kita lakukan di bulan suci Ramadhan berupa ibadah puasa, qiyamullail, tilawah dan tadarus Alquran, menyantuni fakir miskin dan yatim piatu, mengendalikan amarah dan hawa nafsu hendaknya tetap kita lestarikan. Dan bahkan kita tingkatkan sedemikian rupa agar menjadi tradisi baik dalam diri, keluarga dan lingkungan masyarakat kita. Sehingga fitrah yang telah kita raih di hari yang agung ini tetap terpelihara dengan baik hingga akhir kehidupan kita.

 

Allahu Akbar 3X, Allahu Akbar Walillahilhamd

Ibu Bapak Hadirin semua yang selalu dimulyakan Allah 

Seperti kita ketahui bahwa tujuan final (ghoyah) disyari’atkan ibadah puasa adalah untuk membentuk pribadi muttaqin yang memiliki sifat dan karakter seperti disinyalir Allah SWT dalam Alquran surat Ali Imran ayat 134-135 :

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ. وَالَّذِيْنَ إِذَافَعَلُوْا فَاحِشَةً أَوْظَلَمُوآ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوْبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ اللهُ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلَىمَافَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.

Dengan menghayati pesan ayat tersebut, maka segala aktifitas ibadah yang kita laksanakan hendaknya tidak hanya sekedar terjebak pada rutinitas ritual yang kering dari makna, akan tetapi amaliyah ibadah yang kita jalankan seharusnya mampu menangkap hikmah syariah di balik pelaksanaan ibadah kita, yaitu menata perilaku kita dari ketalehan menuju kesahihan, dari kekotoran menuju kesucian, dari kebrutalan menuju keramahan, dari kekikiran menuju kedermawanan, dari kedzaliman menuju keadilan dan seterusnya. Sebab seluruh amal ibadah yang disyariatkan Islam sesungguhnya oleh dan untuk manusia itu sendiri.

Orang bijak sering menyatakan: “Hidup ini laksana roda berputar”. Sekali waktu bertengger di atas, di waktu lain tergilas di bawah. Kemaren penguasa sekarang rakyat jelata, kemaren kaya sekarang jatuh miskin, bahkan kemaren kita sehat saat ini mungkin menderita sakit. Sebagai seorang mukmin, tidak ada celah untuk menyatakan frustasi dan menyerah dengan keadaan, akan tetapi kita harus tetap optimis, bekerja keras dan cerdas seraya tetap mengharap bimbingan Allah SWT. 

Karena sesungguhnya rahmat dan ma’unah-Nya senantiasa bersama hamba yang sabar dan teguh menghadapi ujian-Nya, sebagaimana orang mukmin tak boleh hanyut dengan godaan dan glamornya kehidupan. Orang mukmin harus terus menerus berusaha mengobarkan obor kebajikan, menebarkan marhamah, menegakkan dakwah, merajut ukhuwah dan menjawab segala tantangan dengan penuh kearifan dan kesungguhan. Bukankan Allah SWT telah berjanji dalam Alquran surat Ali Imran ayat 139 :

وَلاَتَهِنُوْا وَلاَتَحْزَنُوْا وَأَنْتُمُ اْلأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ Artinya: “Dan janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”.

Abu Hamid bin Muhammad Al Ghazali dalam karya Ihya Ulumuddin menggambarkan penghuni kehidupan dunia laksana seorang pelaut yang sedang mengarungi samudera, satu tarikan nafas bagaikan satu rengkuhan dayung, cepat atau lambat biduk yang ditumpangi akan mengantarkannya ke pantai tujuan.

Dalam proses perjalanan itu, setiap nahkoda berada di antara dua keresahan: antara mengingat perjalanan yang sudah dilewati dengan rintangan gelombang yang dahsyat dan antara menatap sisa-sisa perjalanan yang masih panjang dimana ujung rimbanya belum tentu mencapai keselamatan.

Gambaran kehidupan ini hendak mengingatkan agar kita senantiasa memanfaatkan umur yang kita miliki dengan sebaik-baiknya, usia yang masing-masing kita punyai akan menghadapi tantangan zaman dan selera kehidupan yang menggoda haruslah kita pergunakan secara optimal untuk memperbanyak belak guna meraih keselamatan dan kebahagiaan hidup di akhirat kelak. Suatu saat Lukmanul Hakim pernah memberikan taushiyah kepada putranya

يَا بُنَيَّ !! إِنَّ الدُّنْياَ بَحْرٌ عَمِيْقٌ وَقَدْ غَرِقَ فِيْهَا أُنَاسٌ كَثِيْرٌ فَاجْعَلْ سَفِيْنَتَكَ فِيْهَا تَقْوَى اللهِ وَحَشْوَهَا اْلإِيْمَانُ وَشِرَاعَهَا التَّوَكُّلُ عَلىَ اللهِ لَعَلَّكَ تَنْجُو

Artinya : “Wahai anakku, sesungguhnya dunia ini laksana lautan yang dalam dan telah banyak manusia tenggelam di dalamnya, jadikanlah taqwa kepada Allah SWT sebagai kapal untuk mengarunginya, iman sebagai muatannya, tawakal sebagai layarnya, niscaya Engkau akan selamat sampai tujuan”.

Terakhir, sekali lagi !!! Sudah saatnya kita budayakan hidup di bulan Ramadhan menjadi budaya standar kita. Budaya bangun malam, misalnya yang sering kita gunakan untuk sahur, jangan pernah kita lepaskan untuk sholat malam. Shaum di bulan Syawal selama enam hari, sebagai kelanjutan penyempurna Ramadhan teruskan dengan shaum Senin-Kamis. 

 

Budaya tilawah Alquran di bulan Ramadhan, kita biasakan membaca Alquran supaya jangan pernah terputus. Memang suasananya telah berbeda. Tapi, itu seperti di ces. Cerger kita sekuat-kuatnya dengan amalan-amalan yang membuat kokoh iman kita. Budaya rajin ke masjid sewaktu shalat tarawih sebulan Ramadhan, jadikan shalat tepat waktu berjamaah.

Begitupun, tiada hari tanpa sedekah terus kita terapkan di luar bulan suci tersebut. Semoga, kita keluar dari kepompong Ramadhan ini sebagaimana layaknya ulat yang baru berubah menjadi kupu-kupu yang cantik dan indah. Semoga kita telah bermetamorfosa dari lumpuran dosa menjadi pribadi yang fitri kembali, laksana seorang bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya.

Semoga Allah menyingkapkan tabir di hati kita, sehingga kegelapan di hati ini terganti dengan kejernihan hati yang bercahaya. Dan hari-hari kita yang tersisa menjadi hari-hari yang semakin akrab dengan kehangatan kasih-Nya, sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup dekat dengan Allah SWT. 

Momentum Idul Fitri yang suci ini pula benar-benar mampu mengantarkan tatanan kehidupan baru masyarakat kita yang berlandaskan nilai-nilai agama, akhlakul karimah, kebersamaan dan kasih sayang guna mewujudkan Indonesia yang maju, berharkat dan bermartabat, sejahtera dan berperadaban. Selamat hari raya Idul Fitri 1442 H, semoga kita benar-benar dapat meraih derajat takwa. Amin ya mujibassailin.

Demikian khutbah singkat ini, semoga bermanfaat, dan mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjauhkan kita dari virus Corona atau apa pun, termasuk virus angkuh yang menutup diri kita untuk senantiasa ikhitar secara fisik dan spiritual, serta bertawakal kepada Allah.

جَعَلَنَا الله ُوَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ الآمِنِيْنَ. وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فِىعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ.

 

KHUTBAH II

أَللهُ أَكْبَرُ X7

أَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَّالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَّسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً. لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. أَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ اَلْحَمْدُ ِللهِ أَحْمَدُهُ وَسُبْحَانَهُ وَتَعَالَىعَلَى نِعَمِهِ الْغِزَارِ. أَشْكُرُهُ عَلَى قِسَمِهِ الْمِدْرَارِ. وَأَشَهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشَهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِىُّ الْمُخْتَارُ. صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ اْلأَطْهَارِ وَأَصْحَابِهِ اْلأَخْيَارِ. وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

أَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ اتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ. وَانْتَهُوا عَمَّا نَهَى اللهُ عَنْهُ وَحَذَّرَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ تَعَالَى صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ قَدِيْمًا.

 فَقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِىِّ. يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْخَلْقِ صَاحِبِ الْوَجْهِ اْلأَنْوَارِ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ كُلِّ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ. وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاءِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

Marilah pada khutbah kedua ini, kita bersama-sama panjatkan doa, dengan hati yang khusyuk dan pikiran yang jernih memohon kepada Allah SWT di hari yang penuh berkah ini.

أَعُوْذُ باِللهِ مِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اْلأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِىَ الْحَاجَاتِ. اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَقِرَآءَتَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَسْبِيْحَنَا وَتَهْلِيْلَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَلاَ تَضْرِبْ بِهَا وُجُوْهَنَا يَا إِلَهَ الْعَالَمِيْنَ. وَيَا خَيْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكِ يَا أَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ  

Ya Allah ya Tuhan kami Yang Mahapengampun. Ampunilah kami, ampuni kedua orang tua kami dan para pemimpin bangsa kami, terimalah puasa Ramadhan kami, serta ibadah kami dengan mendapat ridho daripada-Mu Ya Allah.

Ya Allah ya Tuhan kami yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang. Limpahkanlah petunjuk dan bimbingan-Mu kepada para pemimpin dan seluruh rakyat bangsa kami, agar bangsa kami dapat terhindar dari berbagai hal musibah dan selalu mendapat berkah serta rahmat dari-Mu Ya Allah.

Ya Allah, ampunilah segala dosa kami, baik yang kecil maupun yang besar, yang terdahulu maupun yang akan datang, serta yang tersembunyi maupun yang terlihat.

Ya Allah, sesungguhnya kami telah mendzalimi diri kami, jika Engkau tidak mengampuni dan mengasihi, niscaya kami akan menjadi orang-orang yang merugi.

Ya Allah ya Tuhan kami, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman, tentram, baldatun thoyyibatun gemah ripah lohjinawi, dan semoga Engkau segera angkat virus corona ini dari negeri kami.

Ya Allah ya Tuhan kami, terimalah amal bakti pengabdian kami dan perkenankanlah permohonan kami, hanya kepada-Mu lah ya Allah kami senantiasa berserah diri. Hanya ini yang dapat kami sampaikan, kami mohon ampunan-Mu Ya Allah,  untuk kita dan seluruh kaum Muslimin dari segala dosa. 

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفىِ اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ. أَللهُ أَكْبَرُ X3. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ

Semoga Allah SWT senantiasa berkenan membimbing kita semua agar tergolong hamba-hambanya yang mampu menahan diri sehingga menjadi pribadi yang selalu tumbuh untuk meraih sertifikat orang-orang yang berhasil mempertahankan kesucian diri dan memperoleh kemenangan di hari yang agung ini, berkenan mencurahkan hidayah dan ma’unah-Nya kepada bangsa Indonesia serta umat Islam pada umumnya untuk senantiasa mengamalkan syariat-Nya dan menghidupkan sunnah Rasul-Nya.

وَ ا لـسَّـلاَمُ عَـاَـيْـكُـمْ وَرَحْـمَـةُ اللَّهِ وَبَـرَكَا تُـةُ 

 
Berita Terpopuler