Kasus Pembekuan Darah, Slovakia Hentikan Pakai AstraZeneca

Warga yang menunggu dosis kedua tetap akan divaksin dengan AstraZeneca.

ANTARA/Sigid Kurniawan
Petugas kesehatan menunjukkan vaksin COVID-19 AstraZeneca di Sentra Vaksinasi Central Park dan Neo Soho Mall, Jakarta Barat, Sabtu (8/5/2021).
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, BRATISLAVA -- Slovakia menangguhkan penggunaan suntikan Covid19 AstraZeneca untuk vaksinasi yang pertama. Namun, orang-orang yang menunggu dosis kedua dari vaksin ini tetap divaksinasi dengan Astra Zeneca.

"Vaksinasi dengan perusahaan ini untuk vaksin pertama kali telah ditangguhkan."
kata kementerian kesehatan negara itu, dilansir di Euronews, Rabu (12/5).

Kementerian saat ini sedang mempertimbangkan beberapa alternatif bagaimana mereka akan melanjutkan masalah ini di Slowakia. "Kami sedang menyelesaikan semua pendapat ahli dan akan menindaklanjutinya akhir minggu ini," tambahnya.

Keputusan itu diambil setelah Lembaga Pengawas Obat Negara (ŠÚKL) memutuskan bahwa kematian seorang wanita berusia 47 tahun kemungkinan besar terkait dengan vaksin.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Jumat, ŠÚKL mengatakan penyebab kematian terkait dengan trombosis sinus vena serebral, kelainan pembekuan darah yang menyebabkan gumpalan terbentuk di pembuluh darah yang mengalirkan darah dari otak. Pemeriksaan genetik juga mengungkapkan gangguan pembekuan darah pada pasien.

Karena adanya kecenderungan genetik ke keadaan trombofilik, hubungan antara vaksin AstraZeneca dan trombosis sinus vena kemungkinan besar. Gumpalan darah telah diidentifikasi sebagai efek samping yang sangat jarang dari suntikan AstraZeneca.

Badan Obat Eropa (EMA) terus mendukung otorisasi pemasaran penuh untuk vaksin tersebut, meskipun ada kasus pembekuan darah yang jarang terjadi.

Bulan lalu, ditetapkan bahwa manfaat vaksinasi lebih besar daripada risikonya.
Namun, regulator obat-obatan mengatakan manfaat meningkat di wilayah dengan tingkat infeksi COVID-19 yang lebih tinggi dan di antara kelompok usia yang lebih tua. Orang yang lebih muda diyakini lebih mungkin terpengaruh oleh efek samping yang jarang terjadi ini.

Baca Juga

 
Berita Terpopuler