Virus Corona Baru Telah Bermutasi Lebih dari 6.600 Kali

Virus bermutasi setiap kali ada ‘kesalahan’ dalam proses replikasi.

Pixabay
Ilustrasi virus corona.
Rep: Puti Almas Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA --  Virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit COVID-19 telah mengalami lebih dari 6.600 mutasi protein lonjakan yang unik. Hal ini diungkapkan oleh Sebastian Maurer-Stroh, direktur eksekutif Bioinformatika di Agency for Science, Technology and Research.

Menurut Maurer-Stroh, virus bermutasi setiap kali ada ‘kesalahan’ dalam proses replikasi. Ini bisa replikasi. Ini bisa terjadi akibat penambahan, penghapusan, atau perubahan kode genetiknya.

Jika kesalahan tersebut meningkatkan prospek kelangsungan hidupnya, lebih banyak salinan dari replikasi yang salah itu akan bertahan dan terkadang membanjiri versi aslinya. Sebagai contoh, mutasi D614G yang mulai meningkat tajam pada Februari tahun lalu kini ditemukan di semua sampel virus, apapun variannya. Karena varian menjadi begitu menyebar, ini diberi nama sebagai klade atau grup keluarga dan ditetapkan sebagai klade G.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa sementara klade G telah meningkatkan infektivitas dan penulaan, penyakit yang ditimbulkannya tidak lebih parah. Ini juga tidak mempengaruhi diagnosis, pengobatan, maupun vaksin.

Klade G dan sub klad yang mencakup GRY, yang ditandai untuk varian Inggris B117 pada Juli 2020 telah menyebabkan hampir seluruh kasus COVID-19 sejak pertengahan tahun lalu. Ini benar-benar menggantikan virus corona jenis baru asli yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China.

Meski ada begitu banyak mutasi virus, mengapa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hanya mencantumkan tiga diantaranya yang dinilai mengkhawatirkan sejauh ini? Dilansir The Strait Times, untuk memenuhi syarat sebagai varian yang perlu diperhatikan (variant of concern/VOC), virus yang bermutasi harus menunjukkan bukti dalam memenuhi setidaknya satu dari kriteria.

Baca Juga

Kriteria itu adalah lebih mudah menular, menyebabkan penyakit yang lebih parah, dan secara signifikan mengurangi netralisasi oleh antibodi, atau mengurangi efektivitas pengobatan, vaksin serta diagnosis.

Maurer-Stroh menjelaskan bahwa tidak semua mutasi membuat perbedaan pada penyakit dengan cara-cara ini. Karenanya, mutasi ini tidak membuat gelombang.Varian biasanya terdiri dari lima hingga 15 mutasi yang, bersama-sama, memberi keuntungan tambahan.


Istilah mutan ganda atau mutan tiga kali lipat digunakan untuk menggambarkan galur virus yang berkecamuk di India. Namun, secara luas ini merujuk pada mutasi yang lebih signfikan ditemukan pada varian tersebut.

Beruntung, saat ini hanya ada tiga VOC. Namun, ada beberapa varian yang disebut dengan istilah varian minat (variants of interest) yang tampak menunjukkan beberapa karakteristik VOC, tetapi saat ini tidak cukup bukti, itu mungkin berubah. Ini termasuk dua varian yang pertama kali terdeteksi di India, yang menyebabkan lonjakan besar kasus selama sebulan terakhir.

WHO belum mengklasifikan sebagai VOC karena masih ada ketidakpastian mengenai seberapa banyak penyebaran COVID-19 di sana yang disebabkan oleh varian, dan berapa banyak yang disebabkan oleh faktor lain seperti langkah yang buruk dan kapasitas rumah sakit yang tak mencukupi.

Ada lebih dari 6.600 mutasi unik pada protein lonjakan virus corona baru sejak muncul pertama kali di dunia pada Desember 2019. Ini menghasilkan satu mutasi unik setiap dua jam, siang atau malam.

Apakah vaksin yang tersedia saat ini untuk digunakan melawan varian-varian ini? Profesor Ooi Eng Eong dari Sekolah Kedokteran Duke-NUS mengatakan ya, bisa melawan varian-varian ini.

"Studi di antara individu yang divaksinasi telah menemukan bahwa vaksin mRNA juga mampu mencegah infeksi dari berbagai varian yang menjadi perhatian,” ujar Eong.

 
Berita Terpopuler