Jampidsus Periksa Pengelola Dana dan Saham Tersangka Asabri

Jampidsus memeriksa enam saksi tambahan dalam penyidikan korupsi dan pencucian uang. 

Republika/Putra M. Akbar
Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Leonard Eben Ezer Simanjuntak (tengah) memberikan keterangan saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (30/12). Kejaksaan Agung dan Mabes Polri akan membentuk tim gabungan untuk mengusut kasus dugaan korupsi PT Asuransi Sosial Angkatan Darat Bersenjata Republik Indonesia (Persero) atau Asabri karena adanya dugaan keterkaitan dengan kasus dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya. Republika/Putra M. Akbar
Rep: Bambang Noroyono Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) memeriksa enam saksi tambahan dalam penyidikan korupsi dan pencucian uang (TPPU) PT Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri). Dua yang diperiksa, di antaranya terkait dengan pengelolaan dana, dan perusahaan milik salah satu tersangka yang sudah ditetapkan. Sedangkan, dua terperiksa lainnya, yakni mantan komisaris di Asabri.

“Saksi yang diperiksa yakni, YH, MTM, HBP, dan SA, serta SKG, dan E,” begitu kata Kepala Pusat Penerangan dan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung (Kejakgung) Leonard Ebenezer Simanjuntak, dalam keterangan resmi, Rabu (5/5). 

Dalam keterangan tersebut, dikatakan saksi YH, dan HBP diperiksa kaitannya dengan tersangka Ilham W Siregar, yang pernah menjabat selaku kepala divisi investasi PT Asabri 2012-2017.

Saksi YH diketahui, salah satu pengurus di Koperasi Aliansi Sejahtera yang sudah berubah nama menjadi Koperasi Kassaya Amanah Sejahtera. “Saksi YH diperiksa, terkait adanya dana milik tersangka IWS (Ilham W Siregar) di kopersi tersebut,” kata Ebenezer. 

Tim penyidik, kata Ebenezer, juga memeriksa saksi HBP yang diketahui sebagai Direktur PT Bank Yudha Bhakti 2014-2018. “Terhadap saksi HBP, diperiksa terkait adanya dana dan saham-saham milik tersangka IWS yang ada di perusahaan perbankan tersebut,” kata Ebenezer.

Adapun saksi MTM, dan SA merupakan mantan komisaris Asabri periode 2018-2019 dan 2014-2019. Keduanya diperiksa terkait dengan pengawasan para pemegang saham di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). 

Sedangkan saksi SKG, adalah direktur di perusahaan PT Lautandhana Sekuritas, yang sempat mengubah nama menjadi PT Lotus Andalan Sekuritas. Ia diperiksa terkait perannya sebagai broker saham-saham milik Asabri. 

 

Saksi E, diperiksa terkait perannya selaku direktur utama PT Amanah Ventura Syariah, perusahaan yang juga turut mengelola saham-saham milik Asabri. “Pemeriksaan saksi-saksi, dilakukan untuk memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan terkait perkara korupsi, dan pencucian uang (TPPU) yang dialami PT Asabari,” kata Ebenezer.

Dalam pengungkapan kasus korupsi, dan TPPU Asabri, penyidikan di Jampidsus meyakini adanya dugaan kerugian negara mencapai Rp 23,7 triliun. Selama penyidikan, Jampidsus sudah menetapkan sembilan tersangka. 

Selain Ilham W Siregar, empat mantan direksi Asabri lainnya, juga ditetapkan tersangka. Yakni Bachtiar Effendi, Hari Setiono, dan Adam Rachmat Damiri, serta Sonny Widjaja. Adapun tersangka swasta, yakni Benny Tjokrosaputro, Heru Hidayat, serta Jimmy Sutopo, dan Lukman Purnomosidi.

Direktur Penyidikan Jampidsus Febrie Adriansyah menerangkan, pemberkasan sembilan tersangka tersebut sudah melaju ke tahap satu, dengan pelimpahan hasil penyidikan ke tim jaksa penuntutan, pada Jumat (30/4) kemarin. Pelimpahan tersebut, sebagai proses uji pembuktian sangkaan, sebelum kasusnya disorongkan ke pendakwaan di persidangan. “Termasuk, nantinya juga memberikan kesempatan kita (penyidik), untuk mencari aset-aset lain yang dapat disita, sesuai dengan penghitungan kerugian negara,” terang Febrie. 

Saat ini, kata Febrie, penghitungan sementara aset-aset sitaan, baru mencapai Rp 11 triliun. Sementara Jampidsus Ali Mukartono, saat ditemui Selasa (4/5) menyampaikan, penuntasan kasus Asabri, tak menutup peluang adanya penetapan tersangka korporasi. Sebab dikatakan dia, konstruksi kasus Asabri, tak berbeda dari pengalaman timnya mengungkap megaskandal PT Asuransi Jiwasraya yang merugikan keuangan negara Rp 16,8 triliun. 

 

“Untuk tersangka korporasi, tunggu penyelesaian (tersangka) perorangan. Jika ada bukti-bukti, memungkinkan untuk ke situ (tersangka korporasi),” ujar Ali.

 
Berita Terpopuler