Pentingnya Lepas Gadget Selama Pandemi

Apabila kebiasaan di depan layar gadget tak dibatasi, maka akan menjadi adiksi.

womanitely.com
Apabila kebiasaan di depan layar gadget tak dibatasi, maka akan menjadi adiksi.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu dampak dari pandemi Covid-19 yang lazim menjangkiti masyarakat urban adalah jam layar yang lebih panjang. Akibat berkurangnya aktivitas di luar rumah, tidak sedikit orang yang beralih pada ponsel untuk mencari berbagai informasi dan hiburan.

Perangkat ponsel pintar memang ampuh memberikan kenyamanan, entah untuk komunikasi dengan orang tersayang, belanja daring, akses media sosial, atau melihat berbagai video. Namun jika berlebihan, akses ponsel bisa berdampak buruk.

Konsultan dari aplikasi kebugaran Freeletics, Vanessa Gebhardt, mengatakan banyak orang berkutat lebih lama dengan ponsel selama pandemi karena menganggap tidak banyak yang bisa dilakukan. Apabila tidak dibatasi, kebiasaan tersebut dapat menjadi adiksi.

"Karena kita semua telah menghabiskan cukup waktu di ponsel dan media sosial, mulai sekarang lebih baik menjauhkan diri dari dunia digital dan menghabiskan waktu dengan orang yang kita cintai," kata Gebhardt, dikutip dari laman Metro.co.uk, Rabu (21/4).

Melakukannya dapat mengurangi kecemasan dan depresi karena tubuh melepaskan hormon perasaan senang. Tentu saja, itu jauh lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, belum lagi pekerjaan yang mengharuskan selalu mengecek ponsel dan banyak rapat daring.

Peneliti kebiasaan digital di King's College London, Rachel Kent, menjelaskan ketergantungan pada ponsel diperburuk banyak faktor selama pandemi. Masih ada keterbatasan secara sosial, juga komunikasi langsung, baik pribadi maupun profesional.

"Proses bersosialisasi dan menjalani hidup seperti biasa di luar rumah saat ini butuh banyak penyesuaian dan akan memakan waktu, tidak seperti pemakaian ponsel," ujar pendiri Dr Digital Health itu. Sebagai solusinya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan.

Kebiasaan berponsel bisa dimodifikasi menjadi lebih sehat dengan beberapa aturan. Salah satunya adalah mematikan notifikasi. Alasan paling umum seseorang terus-menerus mengecek ponsel adalah karena notifikasi tanpa henti dari berbagai aplikasi.

Dengan mematikan notifikasi pada ponsel atau mematikan ponsel dalam waktu tertentu, seseorang dapat secara drastis mengurangi jumlah layar harian. Bisukan notifikasi untuk aplikasi yang tidak terlalu penting agar tak perlu selalu melihat ponsel setiap saat.

Cara lain adalah mengaktifkan pengatur waktu untuk mengurangi jam layar dan memonitor penggunaan ponsel. Misalnya, hanya aktifkan aplikasi yang mendukung produktivitas saat jam kerja, sehingga situs jejaring sosial dan gim tidak dilirik untuk sementara.

Baca Juga

Rata-rata orang menghabiskan waktu 10 jam mengakses ponsel, sementara rekomendasi jam layar harian sebenarnya hanya dua jam. Memang terkesan tidak memungkinkan, tapi setidaknya bisa dikurangi.

Kiat lain melakoni detoks digital adalah mengubah warna layar menjadi mode kelabu sehingga aplikasi tidak terlalu kelihatan menarik. Selain itu, jauhkan ponsel jauh secara fisik. Ini bisa menjadi latihan yang baik agar tidak ketergantungan.

Jika akan menggunakan ponsel, pikirkan tujuannya. Scrolling tanpa henti dengan tujuan yang tidak jelas sebaiknya dihindari. Selain merusak kesehatan mental, itu akan membuang waktu yang bisa dialokasikan untuk mengerjakan hal yang lebih berfaedah.

Pakar psikologi dan neurosains Ruth Kudz menyarankan untuk menghindari penggunaan ponsel pada malam hari ketika otak lelah. Itu disebutnya waktu terburuk untuk mengisi pikiran. Dia juga berpendapat, seseorang tidak perlu menganut budaya "selalu siaga".

Menurut Kudz, itu dapat mengarah pada stres dan gangguan kesehatan mental. "Kita setiap hari dihadapkan pada kebisingan aliran informasi, pemikiran, dan komentar yang terus-menerus di media sosial, saluran berita, dan percakapan. Ini bisa terasa membebani," ungkapnya.

 
Berita Terpopuler