Tiga Kelompok yang Diharuskan WHO Gunakan Masker Medis

Masyarakat pengguna transportasi publik bisa gunakan masker kain.

Republika/Thoudy Badai
Pekerja menyelesaikan pembuatan masker kain. WHO tetap merekomendasikan penggunaan masker, medis atau kain, sesuai kategori masyarakat pengguna di saat pandemi belum berakhir.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Adysha Citra Ramadani, Sapto Andika Candra, Kamran Dikamra, Rizky Jaramaya

Penggunaan masker adalah kewajiban di masa pandemi. Ketataan menggunakan masker dan protokol kesehatan lain diyakini bisa membantu menekan penyebaran kasus Covid-19. 

Baca Juga

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membagikan panduan terbaru mengenai cara memilih jenis masker, siapa yang memerlukannya, hingga kapan memakainya. WHO secara berkala melakukan pembaruan panduan pemilihan masker dan sebagainya sesuai kondisi dan fakta terbaru.

Dilansir dari Indian Express, Selasa (20/4), WHO mengatakan ada tiga kelompok masyarakat yang dianjurkan untuk menggunakan jenis masker medis atau masker bedah. Salah satunya adalah tenaga kesehatan.

Kelompok lain yang dianjurkan menggunakan jenis masker ini adalah orang-orang yang sedang mengalami gejala Covid-19. Kelompok ketiga yang juga disarankan untuk menggunakan masker medis atau masker bedah adalah orang-orang yang sedang merawat pasien terkonfirmasi atau dicurigai Covid-19.

Di luar dari tiga kelompok tersebut, penggunaan masker medis atau masker bedah juga dianjurkan bila virus SARS-CoV-2 menyebar luas dan jaga jarak sosial atau fisik minimal satu meter sulit untuk dilakukan. Dalam situasi tersebut, yang disarankan untuk menggunakan masker medis atau masker bedah adalah orang-orang berusia 60 tahun ke atas dan orang-orang yang memiliki masalah kesehatan atau penyakit penyerta.

Sedangkan masker kain, menurut WHO, dapat digunakan oleh orang-orang yang tidak memiliki atau menunjukkan gejala Covid-19. Ketentuan ini juga berlaku bagi orang-orang yang melakukan kontak erat dengan pekerja sosial, kasir, dan pramusaji.

WHO juga menekankan bahwa masker kain harus digunakan di lingkungan atau tempat umum yang padat. Sebagian di antaranya adalah transportasi umum, tempat kerja, swalayan atau toko, dan lingkungan ramai lainnya.

Jenis masker kain yang disarankan oleh WHO adalah masker kain yang terdiri dari tiga lapisan. Tiga lapisan ini disarankan berasal dari tiga jenis kain yang berbeda agar perlindungannya bisa optimal.

Pada lapisan terdalam masker kain, jenis kain yang digunakan sebaiknya merupakan kain yang memiliki kemampuan menyerap dengan baik seperti katun. Pada lapisan tengah, bahan yang digunakan sebaiknya bahan yang tidak menyerap dan bukan tenunan, misalnya polypropylene. Pada bagian terluar masker, disarankan menggunakan bahan yang tidak menyerap seperti polyester atau polyester blend.

Di Indonesia, Satgas Penanganan Covid-19 tak berhenti mengingatkan masyarakat lebih cermat menggunakan masker. "Mengenakan masker adalah salah satu cara terpenting untuk kurangi risiko tertular dan sebarkan Covid. Memakai masker dengan benar lebih baik daripada tidak memakai masker sama sekali," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, Kamis (18/2).

Ia menyampaikan, CDC Amerika Serikat menunjukkan penggunaan masker medis berlapis masker kain lebih ampuh mencegah penularan Covid-19. "Kombinasi masker ganda ini terbukti memberikan perlindungan yang jauh lebih baik bagi pemakainya dibanding hanya dengan masker kain atau masker medis," ujar Wiku.

Namun, konsep masker berlapis ini tidak boleh ditelan mentah-mentah. Wiku menjelaskan, ada beberapa kombinasi penggunaan masker yang justru tidak boleh dilakukan. Pertama, Wiku melanjutkan, masker medis tidak disarankan digunakan berlapis, baik lapis dua atau lebih.

"Jangan gabungkan dua masker medis secara bersamaan. Sebab, masker medis tidak dirancang untuk dipakai dua lapis bersamaan karena tidak meningkatkan filtrasi atau kesesuaian masker," kata Wiku.

Kombinasi kedua yang tidak dibolehkan adalah menggabungkan masker KN95 dengan jenis masker lain, baik masker medis atau masker kain. Wiku menyebutkan bahwa masker KN95 lebih efektif dipakai tanpa ada pelapis lainnya.

Selain itu, Wiku juga mengingatkan masyarakat untuk tidak memakai masker yang memiliki katup udara. Keberadaan katup udara justru bisa menjadi celah masuknya virus corona.

Masker bedah jangan dipakai terbalik. - (Republika)







Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dunia dapat mengendalikan pandemi Covid-19 dalam beberapa bulan ke depan. Hal itu dapat terwujud jika sumber daya yang dibutuhkan, termasuk vaksin, secara adil.

“Kita memiliki alat untuk mengendalikan pandemi ini dalam hitungan bulan, jika kita menerapkannya secara konsisten dan adil,” kata Ghebreyesus dalam konferensi pers pada Senin (19/4).

Pada kesempatan itu, dia turut mengutarakan keprihatinan atas banyaknya individu berusia 25-59 tahun di seluruh dunia yang terinfeksi Covid-19. Hal itu kemungkinan terjadi karena varian baru virus korona yang lebih menular.

“Butuh sembilan bulan untuk mencapai satu juta kematian, empat bulan untuk mencapai dua juta, dan 3 bulan untuk mencapai tiga juta,” ujar Ghebreyesus.

Ahli epidemiologi WHO Maria van Kerkhove mengungkapkan lonjakan terbaru kasus Covid-19 global termasuk peningkatan infeksi pada kelompok usia yang sebelumnya tak terpengaruh pandemi. “Kami melihat peningkatan tingkat penularan di semua kelompok umur,” ucapnya.

Dia mencatat, pekan lalu dunia melaporkan 5,2 juta kasus Covid-19. Itu merupakan peningkatan tertinggi dalam sepekan sejak pecahnya pandemi.

Dalam konferensi pers tersebut, WHO turut mengundang aktivis iklim asal Swedia Greta Thunberg. Dia mengomentari tentang nasionalisme vaksin. Thunberg mengatakan satu dari empat orang di negara berpenghasilan tinggi telah divaksinasi.

Sementara di negara miskin, hanya satu dari lebih 500 orang yang sudah menerima vaksin. “Nasionalisme vaksin itulah yang menjalankan distribusi vaksin. Satu-satunya hal yang benar secara moral untuk dilakukan adalah memprioritaskan orang-orang yang paling rentan, apakah mereka hidup di negara berpenghasilan tinggi atau rendah,” kata Thunberg, dilansir dari Reuters.

“Sangat tidak etis bahwa negara-negara berpenghasilan tinggi sekarang memvaksinasi orang-orang muda dan sehat jika itu terjadi dengan mengorbankan orang-orang dalam kelompok berisiko dan di garis depan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah,” kata Thunberg, dilansir Aljazirah.

Thunberg menyumbang 100 ribu euro dari yayasan amalnya kepada Yayasan WHO untuk membantu membeli vaksin Covid-19 bagi 19 negara yang membutuhkan, terutama negara-negara miskin. Thunberg mengutip perkiraan bahwa satu dari empat orang di negara berpenghasilan tinggi telah menerima vaksin Covid-19. Sementara pada saat yang sama satu dari 500 orang di negara berpenghasilan menengah dan rendah telah mendapatkan vaksin.

"Komunitas internasional, pemerintah, dan pengembang vaksin harus meningkatkan permainan mereka dan mengatasi tragedi ketidakadilan vaksin,” kata Thunberg.

"Sama dengan krisis iklim, mereka yang paling rentan perlu diprioritaskan dan masalah global membutuhkan solusi global," ujar Thunberg menambahkan.

Menurut penghitungan Universitas Johns Hopkins, jumlah kematian global akibat Covid-19 telah melewati tiga juta pada pekan lalu. Sementara jumlah kasus infeksi virus corona yang dikonfirmasi secara global mencapai 141 juta. Thunberg mengaitkan antara pandemi dan kerusakan lingkungan, yang menurutnya mempermudah virus berbahaya berpindah dari populasi hewan ke manusia.

“Ilmu pengetahuan menunjukkan kita akan mengalami lebih sering, pandemi yang menghancurkan kecuali kita secara drastis mengubah cara kita, dan cara kita memperlakukan alam. Kita menciptakan kondisi ideal untuk penyakit menular dari satu hewan ke hewan lain dan ke kita,” ujar Thunberg.

 
Berita Terpopuler