Hasil Studi di Chile Menjawab Keraguan Dunia Atas Sinovac

Studi terhadap 10,5 juta penerima Sinovac menunjukkan angka efektivitas 67-85 persen.

EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Seorang petugas kesehatan menyiapkan dosis vaksin Covid-19 Sinovac selama program vaksinasi selama Ramadan di Banda Aceh, Rabu (14/4). Hasil studi di Chile menyatakan efektivitas Sinovac berada pada angka 67 sampai 85 persen.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Puti Almas, Sapto Andika Candra, Muhammad Nursyamsi, Antara

Chile sebagai salah satu negara tercepat dalam hal capaian vaksinasi Covid-19 baru-baru ini merilis data penting terkait tingkat efektivitas dan kemanjuran Sinovac. Vaksin buatan China itu seperti diketahui saat ini juga digunakan secara masif di Indonesia.

Studi terbaru yang dilakukan di Chile menemukan bahwa vaksin Sinovac memiliki efektivitas hingga 67 persen dalam mencegah infeksi simptomatik atau kasus penyakit dengan gejala. Sementara, efektivitas dalam mencegah infeksi bergejala menengah yang membutuhkan perawatan di rumah sakit mencapai hingga 85 persen dan 80 persen dalam mencegah kematian.

Pemerintah Chile menyatakan, data dari studi ini seharusnya membuktikan efek keberhasilan vaksin secara lebih luas. Wakil Menteri Perdagangan Chile Rodrigo Yanez mengatakan bahwa negaranya telah membuat langkat tepat.

“Ini adalah game changer untuk vaksin dari Sinovac dan saya pikir itu meratifikasi cukup grafis diskusi tentang kemanjurannya," ujar Yanez dalam sebuah wawancara dikutip Reuters, Sabtu (17/4).

Hasil studi di Chile adalah yang pertama di luar data-data uji klinis yang mencakup jumlah penerima Sinovac mencapai 10,5 juta orang. Mereka yang diamati oleh peneliti adalah orang-orang yang terlibat dalam sistem kesehatan masyarakat antara 2 Februari hingga 1 April.

Penulis studi menekankan, hasil studi dalam hal perlindungan yang lebih rendah terhadap kematian dibandingkan dengan hasil uji klinis harus dipertimbangkan dengan latar belakang pandemi gelombang kedua yang lebih ganas. Perlindungan terhadap virus jauh lebih tinggi 14 hari setelah vaksin dosis kedua diberikan.

In Picture: Enam Juta Dosis Vaksin Covid-19 Sinovac Tiba dari Beijing

Pekerja membawa Envirotainer berisi vaksin Covid-19 Sinovac setibanya dari Beijing di Terminal Cargo Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Ahad (18/4/2021). Sebanyak enam juta dosis vaksin Covid-19 Sinovac yang dibawa dengan pesawat Garuda Indonesia tersebut selanjutnya dibawa ke Bio Farma, Bandung, sebelum didistribusikan ke kota dan kabupaten di Indonesia. - (Antara/Muhammad Iqbal)

Rafael Araos, pejabat kesehatan masyarakat Chile yang mempresentasikan penelitian tersebut mengatakan laporan tersebut tidak secara khusus melihat bagaimana vaksin itu berdiri untuk varian lain dari virus corona baru, termasuk mutan P1 yang pertama kali diidentifikasi di Brasil.

Baca Juga

"Penelitian dilakukan selama periode sirkulasi virus yang tinggi, termasuk variannya. Jadi, hasil ini positif dalam masing-masing keadaan, dengan atau tanpa varian,” kata Araos menjelaskan.

Stok vaksin Sinovac di Chile pun sejauh ini dilaporkan menipis, dengan total pasokan yang disepakati mencapai sebesar 14,2 juta dan akan dikirimkan sepenuhnya pada akhir Mei mendatang. Pemerintah Chile tengah merundingkan tambahan empat juta dosis vaksin dan untuk saat ini negara itu akan beralih menggunakan vaksin dari Pfizer - BioNTech.

Chile salah satu dari sedikit negara, termasuk Inggris dan Israel, yang menggeber program vaksinasi demi mengumpulkan data tentang seberapa efektif vaksin berada di luar uji klinis terkontrol dan ketika dihadapkan pada variabel yang tidak dapat diprediksi di masyarakat. Studi yang dilakukan Israel tentang efektivitas vaksin Pfizer menunjukkan hasil diantara 1,2 juta orang, campuran dari mereka yang menerima vaksin dan tidak.

Baca juga : Vaksin Sinovac 67 Persen Efektif Cegah Kasus Simptomatik

Sementara, percobaan yang dilakukan sebelumnya di Brasil telah menunjukkan kemanjuran obat dalam mencegah infeksi simptomatik hanya di atas 50 persen. Meski demikian, ini menunjukkan kemanjuran yang jauh lebih tinggi dalam mencegah kasus yang membutuhkan rawat inap dan berat.

Indonesia menjadi salah satu negara yang memberi persetujuan penggunaan darurat vaksin Sinovac berdasarkan data sementara yang menunjukkan efektivitas 65 persen. Sementara, dalam uji coba di Turki, terlihat bahwa kemanjuran dalam mencegah infeksi simptomatik sebesar 83,5 persen dan 100 persen dalam mencegah penyakit dengan gejala parah dan membutuhkan rawat inap.

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 pekan lalu mengungkapkan bahwa vaksin Covid-19 Sinovac segera mengantongi daftar penggunaan darurat atau EUL (Emergency Use Listing) pada Mei 2021. Pernyataan satgas ini merespons kekhawatiran masyarakat yang muncul karena ternyata vaksin Sinovac belum mendapat EUL dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Berdasarkan status EUL, vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia, yang sudah dapatkan EUA per 14 April 2021 diketahui bahwa vaksin AstraZeneca telah proleh EUL sejak Februari 2021. Sedangkan, vaksin Sinovac telah ikuti prosedur pengurusan EUL dan prediksi pemberian EUL pada akhir Mei 2021," ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan pers, Kamis (15/4).

Aturan baru vaksinasi Sinovac dosis kedua. - (Republika)

 

Juru Bicara dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Iris Rengganis mengatakan, vaksin buatan China masih layak digunakan. Karena, menurutnya, efikasi vaksin buatan China seperti Sinovac, masih di atas ambang batas yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia, WHO.

"Pokoknya WHO mengumumkan efikasi 50 persen minimal. Jadi apa pun yang di atas 50 persen itu layak. Yang penting dia aman," kata Ketua Tim Advokasi Pelaksanaan Vaksinasi sekaligus Juru Bicara dari PB IDI Iris Rengganis dalam keterangan pers diterima, di Jakarta, Rabu, pekan lalu.

Menurut dia, uji coba maupun uji klinis vaksin Sinovac sudah dilakukan. Ia menyebut, di Brasil hasil uji menunjukkan angka 50,4 atau 50,3 persen untuk Sinovac.

"Karena kita butuh di masa pandemi, jadi kita tidak terlalu lihat merek lagi saat ini," kata dia.

Yang terpenting, kata dia lagi, vaksinnya tersedia dan aman. Soal efektivitas, menurut dia, tidak perlu menjadi persoalan yang sampai diributkan.

"Nanti masalah efektivitas kan sambil berjalan. Kalau perlu nanti diulang, jadi enggak perlu diributkan. Yang penting dari WHO bisa lolos efikasinya. Segala penelitian kita lihat efektivitas vaksin," katanya pula.

Pada Ahad (18/4), sebanyak 6 juta dosis bulk vaksin Coronavac kembali diterima pemerintah Indonesia dari Sinovac Biotech, China. Jutaan dosis bahan baku vaksin Covid-19 tersebut tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Ahad siang.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, sebanyak 6 juta dosis bulk vaksin tersebut merupakan bagian dari komitmen pengiriman sebanyak 140 juta bulk vaksin yang akan dikirim Sinovac sepanjang 2021 ini. Per Ahad (18/4), Indonesia sudah menerima total 59,5 juta dosis bulk vaksin Covid-19 dari Sinovac. Dari angka tersebut, Bio Farma akan memproduksi sebanyak 47 dosis vaksin jadi.

"Sampai saat ini ada 22 juta dosis dari 47 juta (dosis) yang masuk yang sudah kita terima dan sudah kita distribusikan ke seluruh daerah," kata Budi dalam keterangan pers di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Ahad (18/4).

Dalam 1 bulan ke depan hingga Mei 2021, PT Bio Farma ditargetkan sanggup memproduksi sekitar 20 juta dosis Coronavac yang siap didistribusikan ke seluruh Indonesia.

"Kita harap program vaksinasi untuk seluruh provinsi dan kabupaten kota berjalan untuk periode April-Mei dengan lancar," kata Menkes.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari PT Bio Farma Bambang Heriyanto mengatakan, perusahaan telah melakukan produksi 33 juta dosis vaksin Covid-19 hingga Jumat (16/4). Bambang menyebut, Bio Farma telah mendistribusikan 20 juta dosis dari vaksin yang sudah jadi tersebut.

"Ini di luar vaksin jadi CoronaVac yang didistribusikan di awal sebanyak 3 juta dosis dengan stok yang sudah rilis sekitar 2 juta dosis, sisanya mash menunggu rilis," ujar Bambang saat dihubungi Republika di Jakarta, Jumat (16/4).

Menurut Bambang, Bio Farma masih terus memproduksi vaksin Covid-19 dari bulk atau bahan baku vaksin yang sudah ada untuk meningkatkan stok vaksin Covid-19. Bambang mengatakan Bio Farma telah menerima 53,5 juta dosis bahan baku vaksin.

"Ditargetkan akan menghasilkan sekitar 43 juta dosis diperkirakan selesai 24 April 2021. Yang baru dibuat hingga saat ini sebanyak 33 juta dosis," ucap Bambang.

Infografis 15 Juta Bahan Baku Sinovac Tiba di Indonesia - (Republika)

 
Berita Terpopuler