Akhlak Calon Suami Antarkan Nadya Jadi Mualaf

Nadya jadi mualaf setelah melihat akhlak calon suami.

Dok Pri
Akhlak calon suami bawa Nadya menjadi mualaf
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nadya Noviena, yang saat ini berusia 24 tahun, wanita yang baru saja memeluk Islam dua tahun lalu ini menceritakan kisahnya saat mendapatkan hidayah. Nadya merupakan keturunan Tionghoa dan kini menetap di Singapura.

Dia menikah dengan pria melayu warga Singapura,  Mohamad Khairuddin bin Mohamad Husinee (30 tahun) dia orang Melayu Singapura yang beragama Islam.

Baca Juga

Keduanya bertemu saat Nadya sedang menempuh pendidikan di Singapura tahun 2016. Keduanya memutuskan menjalin hubungan serius untuk menikah. Namun mereka tidak sering bertemu karena jarak selama tiga tahun.

Sejak berkenalan dengan calon suaminya, dia mengetahui mereka memiliki keyakinan yang berbeda. Namun setelah memahami sikap dan akhlak calon suaminya yang seorang muslim, lambat laun dia pun tertarik untuk mengenal Islam dan mempelajarinya.

Meskipun sebenarnya, Nadya merupakan seorang penganut agama sebelumnya yang taat bahkan seluruh keluarganya tidak ada yang memeluk Islam. Sejak mempelajari Islam, Nadya tidak lagi bersentuhan dengan makanan dan minuman haram. Meskipun saat itu hidayah belum sampai kepadanya.

"Setelah mengenal calon suami saya yang seorang muslim saya sudah berniat serius dan setelah mempelajari Islam, saya juga berniat untuk memeluk Islam. Namun saya tak langsung bersyahadat," ujar dia kepada Republika beberapa waktu lalu.

Nadya yang kini berprofesi sebagai makeup artist di Singapura ini pun mulai menghadiri berbagai kajian yang dikenalkan oleh calon suaminya. Satu kajian yang sempat menggugah hatinya adalah saat menghadiri kajian Ustadz Hadi Abdilah yang  mengajar di Tilawati Learning Centre.

"Beliau berkata kepada saya, 'kalau mualaf itu hal yang baik untuk kamu kenapa harus ditunda?' Dari situ saya terus berpikir itu adalah hal yang baik kenapa ditunda terus menerus," tutur dia.

Sejak saat itu Nadya terus mempersiapkan diri untuk menjadi Muslim. Dia banyak bertanya dengan calon suaminya tentang agama Islam, hal yang dilarang di agama Islam atau yang dibolehkan.

Di Singapura dia pergi ke Darul Arqam, di sana pertama kali Nadya yang lahir dan besar di Bandung ini bersama calon suami mengikuti kelas pendampingan. Banyak orang yang bukan Muslim di kelas tersebut, didampingi seorang Ustadz.

Selain belajar, Nadya juga mendapatkan banyak buku tentang agama Islam. Selama pembelajaran juga kelas ini menyediakan sesi tanya jawab. Nadya termasuk yang aktif bertanya dan banyak juga mereka yang baru mengenal dan memeluk Islam mengajukan berbagai pertanyaan.

Nadya pun bertemu beberapa teman baru saat mengikuti beberapa kelas di sana. Banyak orang berpikir bahwa Nadya menjadi muslim karena sebuah pernikahan.

Namun bagi Nadya, mengenal Islam melalui suaminya merupakan jalan Allah yang dipilihkan untuknya sehingga mendapatkan hidayah. Ini karena suaminya tidak pernah memaksa Nadya untuk memeluk agama yang sama.

Nadya yakin bahwa niatnya memeluk Islam adalah karena Allah. Untuk itu sejak awal berkenalan dengan calon suami dia sangat serius mempelajari Islam.

Selama tiga tahun Nadya mendalami Islam. Namun baik Nadya maupun calon suaminya, terus meyakinkan keluarga Nadya. Tak hanya serius untuk membangun rumah tangga, Nadya juga serius dalam mendalami Islam.

"Keluarga menghargai pilihan hidup saya, bersyukur saat saya menikah keluarga telah memberikan restu dan menghadiri pernikahan kami," jelas dia.

Nadya kemudian menceritakan, kisah yang hingga saat ini tidak pernah dilupakan. Kisah ini adalah salah satu hal yang membuatnya semakin yakin untuk memeluk Islam.

Tujuh bulan sebelum menikah, sekitar bulan April 2019, dia melakukan perjalanan ke Singapura dari Bandung. Dia memilih naik pesawat.

Sejak mempelajari Islam, dia juga telah menjalankan sholat dan puasa hanya saja dia belum bersyahadat. Saat itu tujuan dia pergi ke Singapura adalah untuk menjalankan puasa bersama keluarga suami.

Di atas pesawat ada beberapa saat yang pesawat itu terbang di cuaca tidak baik sehingga adanya guncangan.

"Di situ saya takut amat takut karena saya belum memeluk agama Islam. Saya di situ berdoa dalam hati, “Ya Allah izinkanlah saya diberi kesempatan untuk mengucap syahadat terlebih dahulu," ujar dia.

Alhamdulillah pesawat mendarat dengan selamat. Beberapa hari kemudian dia berbicara dengan calon suaminya untuk segera bersyahadat karena dia mengingat musibah yang sempat terjadi. Usia manusia tidak ada yang tahu, dia tidak ingin menyesal seandainya Allah mencabut nyawanya tetapi dia belum bersyahadat.

Nadya memutuskan bersyahadat pada Ramadhan 2019. Calon suaminya pun segera menghubungi Muslim Convert Association untuk mendaftarkannya. Dia juga ingin sebelum menikah telah memeluk Islam.

Tepatnya bulan Mei 2019 terdaftar resmi oleh Majlis Agama Islam Singapura, Darul Arqam Singapura. Dia bersyukur proses bersyahadat pun dilakukan tanpa kendala dan disaksikan oleh calon suami dan keluarganya.

Nadya bersyukur, keluarga intinya tetap mendukungnya. Masih ada beberapa teman yang  menghargai dan menerima perbedaan. Mereka juga tetap berhubungan baik dan saling mendoakan meski kini dengan cara yang berbeda.

Setelah menjadi Muslim, Nadya semakin serius mempelajari ibadah Islam. Meski sebelumnya dia telah menguasai gerakan shalat dan bacaan sholat. Di awal dia hanya bisa membaca surah Al Fatihah, tetapi kini seluruh bacaan shalat dia telah hafal. Pertama kali belajar shalat masih melihat buku anak cara-cara berwudhu, dan kata-kata arab.

Untuk hal mengaji sampai sekarang masih belajar karena merupakan hal baru.

Sebelum Muslim, Nadya juga sudah belajar berpuasa meski hanya setengah hari. Karena memang bagi mereka yang baru belajar berpuasa, menahan haus dan lapar memiliki kesulitan sendiri.

"Kalau diingat pengalaman berpuasa pertama saat sebelum menjadi mualaf, berat memang untuk menahan haus dan berat saat harus bangun subuh untuk makan, tapi nikmat yang di dapat setelah buka puasa tidak pernah bisa diungkapkan. Tapi alhamdulillah banyak orang yang mensupport dan mengajari saya tentang hal-hal ini dibantu usaha karena saya ingin menjadi pribadi yang jauh lebih baik setelah mualaf," tutur dia.

Selama mempelajari Islam orang yang paling banyak membantu adalah calon suaminya. Dia banyak menjelaskan banyak hal termasuk perintah dan larangan dalam Islam.

Dia banyak bercerita tentang ajaran pokok atau ibadah  wajib yang harus dilakukannya. Dia juga selalu menjadi orang yang menegur dan mengingatkan hal yang dilarang.

Kedua, orang yang berperan juga temannya Teh Poppy. Dia sering mengajak Nadya untuk mengikuti kajian bersama di saat sedang berjauhan dengan suami.

Dia datang ke rumah mengajarkan sholat. Selain teman, Nadya telah menganggapnya sebagai guru agama. Selain itu, Nadya juga lebih banyak membaca buku, meski buku anak-anak dia tidak malu membacanya, karena dia bertekad serius untuk memahami ajaran Islam dari dasar. Lagipula buku anak lebih mudah dipahami untuknya ketimbang buku-buku ajaran Islam yang  butuh analisa mendalam.

"Saya juga mengikuti kelas sholat di Darul Arqam Singapura, mereka juga memberi buku buku soal agama Islam," ujar dia. Dia memiliki keluarga yang menerimanya menjadi seorang Islam. Dia juga memiliki keluarga baru dari suaminya yang terus menguatkannya sebagai Muslim baru.

Namun keberkahannya paling utama itu menetapkan Islam menjadi agamanya. Kini dia juga lebih menjaga berpakaian lebih sopan di depan orang. Jauh lebih sabar dan lebih banyak bersyukur.

Saat ini dia hanya ingin menjadi seorang Muslimah yang baik, menjadi istri dan ibu dari anak-anak yang sholeh dan sholehah, insyaallah. Selalu rukun dengan keluarga dan teman-teman baik yang satu agama maupun agama lain.

 
Berita Terpopuler