Pengungsi Rohingya Rayakan Ramadhan di Pulau Terpencil

Pengungsi Rohingya Rayakan Ramadhan di Pulau Terpencil Bangladesh

BBC.com
Kamp pengnungsi Rohingnya.
Red: Muhammad Subarkah

IHRAM.CO.ID, DHAKA -- Pengungsi Rohingya telah menyambut awal bulan Ramadhan dengan rasa kesepian dan isolasi di pulau Bhashan Char. Lokasi itu menjadi tempat dimana ribuan pengungsi telah dipindahkan oleh otoritas Bangladesh dari kamp-kamp yang penuh sesak di Cox's Bazar. 

Lebih dari 18.500 Muslim Rohingya telah dipindahkan ke pulau terpencil di Teluk Benggala sejak Desember tahun lalu.
 
Langkah ini tetap menuai kritik dari kelompok hak asasi manusia dan Badan Pengungsi PBB atas kerentanan lokasi tersebut terhadap cuaca buruk dan banjir. 
 
Pemerintah Bangladesh mengatakan telah membangun unit perumahan dan infrastruktur di pulau itu untuk 100 ribu pengungsi untuk menghilangkan tekanan dari kamp Cox's Bazar karena telah menampung lebih dari 1,1 juta kaum Rohingya.
 
Rohingya ialah kelompok minoritas Muslim yang melarikan diri dari kekerasan dan penganiayaan di Myanmar. 
 
 

Pihak berwenang Bangladesh mengatakan bahwa relokasi tersebut bersifat sukarela. Bangladesh mengklaim Rohingya dengan senang hati memulai kehidupan baru mereka di pulau itu. 
 
Namun beberapa dari pengungsi merasa kehilangan usai meninggalkan di kamp sebelumnya, terutama saat Ramadhan.
 
"Disini saya merasa sangat kesepian karena saudara, orang tua, dan sebagian besar kerabat saya tinggal di Cox's Bazar. Selama Ramadan tahun lalu, kami semua berkumpul dan mengadakan pertemuan keluarga yang tak terlupakan," kata Mohammad Alam, seorang pengungsi Rohingya berusia 37 tahun di Bhasan Char dilansir dari Arab News pada Jumat (16/4).
 
"Sekarang saya menjaga komunikasi dengan anggota keluarga melalui ponsel, tapi (saya) tidak yakin kapan bisa bertemu mereka lagi," lanjut Alam. 
 
Pengungsi lainnya, Khaleda Begum turut merasa kesepian ketika pindah ke
Bhashan Char. Ia merasa hari-hari Ramadhannya lebih sulit di Bhashan Char dibandingkan dengan Cox's Bazar. Tapi ibu berusia 20 tahun dengan tiga anak itu tak punya banyak pilihan selain pindah.
 
"Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa bagi kami sebagai Muslim, dan kami semua senang tinggal bersama dengan teman dan keluarga selama bulan suci ini," ujar Begum. 
 
Begum menyebut dirinya dulu bekerja sebagai sukarelawan di sebuah LSM di Cox's Bazar dengan gaji bulanan $ 150 atau sekitar Rp2,1 juta. Uang itu dapat digunakannya memberikan makanan bergizi kepada keluarganya.
 
"Di sini saya tidak memiliki penghasilan dan saya tidak dapat mengatur pola makan khusus apa pun untuk keluarga saya selama bulan puasa ini," keluh Begum.
 
Keluarga Begum sekarang hanya bergantung pada lembaga bantuan. 
 
"Kami mendapatkan beras, lentil, minyak nabati, bawang merah, gula, dll sebagai bantuan. Tetapi anak-anak ingin makan ikan atau ayam. Jadi, terkadang saya menjual sebagian bantuan saya ke pasar lokal dan mencoba membeli ikan yang juga langka," kata Begum.
 
Bangladesh memberikan contoh kepada dunia karena telah memberikan perlindungan kepada lebih dari 730.000 Muslim Rohingya yang diusir dari Myanmar oleh aksi genosida sejak 2017. 

 
Berita Terpopuler