WHO Serukan Larangan Jual Hewan Liar di Pasar Tradisional

Hewan liar menjadi risiko munculnya penyakit baru.

Kelelawar (Ilustrasi)
Rep: Rizky Jaramaya Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan kembali seruannya untuk melarang penjualan mamalia liar hidup di pasar makanan tradisional. Hal ini merupakan upaya untuk mencegah krisis di masa depan seperti pandemi Covid-19.

“Hewan, terutama hewan liar, adalah sumber lebih dari 70 persen semua penyakit menular yang muncul pada manusia, banyak di antaranya disebabkan oleh virus baru,” kata WHO dalam pernyataan bersama dengan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dan Program Lingkungan PBB (UNEP), dilansir Anadolu Agency, Kamis (15/4).

“Mamalia liar, khususnya, memiliki risiko munculnya penyakit baru. Mereka datang ke pasar tanpa diperiksa apakah mereka membawa virus berbahaya," kata WHO menambahkan.

WHO mengatakan, sebagian besar penyakit menular yang muncul seperti demam Lassa, demam berdarah Marburg, dan infeksi virus Nipah berasal dari satwa liar. WHO menambahkan,  virus zoonosis dikaitkan dengan epidemi sindrom pernafasan akut parah (SARS) pada 2003 dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), yang pertama kali terdeteksi pada 2012.

Juru bicara WHO Fadela Chaib mengatakan, sangat penting untuk memahami bahwa sebagian besar penyakit menular yang muncul berasal dari hewan liar. Oleh karena itu, membatasi perdagangan hewan liar akan mengurangi kemungkinan penyebaran virus di masa depan. "Ini bukan rekomendasi baru, tetapi Covid-19 telah membawa perhatian baru pada ancaman ini, mengingat besarnya konsekuensinya," kata Chaib.

Virus Corona atau Covid-19 pertama kali terdeteksi dari pasar hewan liar di Wuhan, Cina. Tempat ini diyakini sebagai perantara penularan virus korona dari hewan liar ke manusia. Menurut WHO, salah satu teori menyebutkan bahwa Covid-19 pada awalnya ditularkan ke manusia melalui perantara inang hewan yang masih belum teridentifikasi.
"Kemungkinan lain adalah virus itu ditularkan langsung dari spesies hewan inang ke manusia," kata pernyataan WHO.

Menurut WHO ada risiko penularan langsung ke manusia yang bersentuhan dengan air liur, darah, urin, lendir, kotoran, atau cairan tubuh lain dari hewan yang terinfeksi. Selain itu, ada juga risiko infeksi melalui kontak dengan area yang menjadi tempat para hewan diletakan di pasar atau benda atau permukaan yang terkontaminasi.

Pasar tradisional memiliki peran sentral dalam menyediakan makanan dan mata pencaharian. Hal ini menunjukkan bahwa, menghentikan penjualan hewan-hewan liar akan membantu melindungi kesehatan orang yang bekerja dan berbelanja di pasar tradisional.

 
Berita Terpopuler