Iran Uji Coba Sentrifugal Nuklir Canggih Terbaru

Rouhani menekankan Iran tidak mencari senjata nuklir.

AP/Iranian Revolutionary Guard/Sepa
Iran Uji Coba Sentrifugal Nuklir Canggih Terbaru. Dalam foto file ini dirilis 16 Januari 2021, oleh Pengawal Revolusi Iran, sebuah rudal diluncurkan dalam sebuah latihan di Iran. Upaya awal pemerintahan Biden untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 mendapat tanggapan awal yang dingin dari Teheran. Meskipun hanya sedikit yang mengharapkan terobosan di bulan pertama pemerintahan baru, garis keras Iran menunjukkan jalan yang sulit di depan.
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran mulai memasok gas ke aliran sentrifugal canggih terbarunya dan meluncurkan puluhan capaian baru untuk menandai hari teknologi nuklir nasionalnya. Langkah ini juga disebut sebagai upaya menunjukkan program nuklirnya untuk kedamaian.

Baca Juga

Dilansir dari Aljazirah, Sabtu (10/4), Presiden Hassan Rouhani juga meluncurkan beberapa proyek baru di seluruh negeri yang disiarkan langsung di televisi nasional. Sebanyak 133 inovasi teknologi dengan penggunaan sipil dan medis juga diresmikan pada momen tersebut.

Tindakan Iran ini  muncul setelah terbukanya negosiasi di Wina, Austria, untuk memulihkan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) terkait kesepakatan nuklir 2015 Iran dengan kekuatan dunia. Negosiasi tersebut berakhir pada hari Jumat dan dijadwalkan dilanjutkan pekan depan.  

Di Isfahan's Natanz, tempat fasilitas nuklir terbesar Iran berada, perintah diberikan untuk memasukkan gas ke 164 sentrifugal IR6 Iran, dengan 10 SWU. Sebuah unit kerja terpisah yang menunjukkan jumlah pemisahan yang dilakukan oleh proses pengayaan. 

IR6 juga dianggap sebagai mesin sentrifugal paling ramah lingkungan yang digunakan Iran saat ini, yang dijadwalkan akan diproduksi secara massal pada tingkat industri. Teknologi ini dikatakan mampu menghasilkan 10 kali lebih banyak uranium hexafluoride (UF6) daripada IR1, sentrifugal generasi pertama Iran.

 

"Kami dapat melakukan industrialisasi mesin ini tanpa ketergantungan apa pun di luar negeri," kata insinyur yang menjawab pertanyaan Rouhani

Di tempat tersebut juga sebuah unit untuk merakit dan mengevaluasi sentrifugal canggih diluncurkan. Insinyur yang mempresentasikan mengatakan lebih dari setengah dari semua operasi saat ini diindustrialisasi.

"Langkah teroris" untuk meledakkan bagian dari fasilitas nuklir di Natanz tahun lalu dalam serangan yang diduga dilakukan Israel tidak menghentikan kemajuan teknologi mereka.

Di Arak, tahap kedua produksi industri senyawa deuterium di Fasilitas Reaktor Air Berat Arak diluncurkan oleh Presiden Rouhani. Ia juga mengawasi peluncuran unit darurat pertama yang bertujuan untuk mengobati luka bakar radiasi.

Setelah proyek-proyek baru diluncurkan, Rouhani menyampaikan pidato di televisi di mana dia sekali lagi menekankan Iran tidak mencari senjata nuklir. Ia mencerca kekuatan Barat karena bertindak berdasarkan anggapan semata.

 

"Kekhawatiran yang ditempatkan secara tidak tepat ini telah menciptakan banyak masalah bagi rakyat kami dalam 15 tahun terakhir," kata Rouhani, mengacu pada sanksi multilateral yang dijatuhkan pada Iran.

Intelijen Barat menyatakan Iran berusaha mempersenjatai program nuklirnya, rencana yang ditinggalkannya pada 2003. Rouhani juga mengkritik keras kekuatan dunia dan IAEA karena kurangnya bantuan mereka dalam mengembangkan program nuklir damai Iran.

"Kami tidak berutang pada mereka, mereka berutang pada kami. Mereka seharusnya membantu Iran sebagai bagian dari komitmen di bawah Perjanjian Non-Proliferasi,” ujarnya.

Beberapa jam sebelum pengungkapan kemajuan nuklir terbaru Teheran, kantor berita Reuters mengutip laporan rahasia IAEA bahwa Iran telah menghasilkan sejumlah kecil pelat bahan bakar untuk Teheran Research Reactor, yang mengandung 20 persen uranium yang kaya. IAEA mengatakan dalam laporannya Iran bertujuan menghasilkan molibdenum, yang memiliki banyak kegunaan sipil, termasuk dalam pencitraan medis.

 

Sebagai bagian dari kesepakatan nuklir, pengayaan uranium Iran dibatasi pada 3,67 persen, batas yang dimulai secara bertahap pada 2019. Namun, presiden Amerika Serikat saat itu Donald Trump secara sepihak meninggalkan kesepakatan nuklir dan menerapkan kembali sanksi keras terhadap Iran. 

 
Berita Terpopuler