Ukraina Sebut Rusia Abaikan Permintaan Dialog

Ukraina ingin membahas soal penambahan pasukan Rusia di perbatasan

euintheus.org
Bendera Ukraina
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, KYIV -- Ukraina menuduh Rusia mengabaikan permintaan untuk pembicaraan antara presiden kedua negara, Senin (12/4). Kiev ingin menyinggung penambahan pasukan Moskow di dekat perbatasannya.

Baca Juga

Juru bicara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, Iuliia Mendel, mengatakan pemimpin negara telah mencoba dan sejauh ini gagal berbicara dengan Vladimir Putin tentang masalah tersebut. "Kantor presiden, tentu saja, meminta berbicara dengan Vladimir Putin. Kami belum mendapat jawaban dan kami sangat berharap ini bukan penolakan untuk berdialog," katanya.

Sedangkan juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan, belum melihat permintaan seperti untuk pembicaraan dalam beberapa hari terakhir. Namun, dia menyatakan ketidaktahuan jika ada yang dibuat baru-baru ini. Dia berharap kebijaksanaan politik akan berlaku di Kyiv dalam hal mengurangi eskalasi dan menghindari potensi perang.

Mendel menyatakan Rusia memiliki lebih dari 40 ribu tentara yang dikerahkan di perbatasan timur Ukraina dan lebih dari 40 ribu tentara di Krimea. Sekitar 50 ribu dari semua tentara itu adalah penempatan baru. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, dalam kunjungannya ke Mesir mengatakan, seharusnya AS yang perlu diberi pertanyaan untuk dijawab tentang kegiatannya di dan sekitar Ukraina, bukan Rusia.

"Pertanyaan sedang diajukan tentang apa yang dilakukan Rusia di perbatasan dengan Ukraina. Jawabannya sangat sederhana. Kami tinggal di sana, itu negara kami. Tapi apa yang dilakukan Amerika Serikat ribuan kilometer dari wilayahnya sendiri dengan kapal perang dan pasukannya di Ukraina?" kata Lavrov.

 

Kyiv dan Moskow saling menyalahkan atas situasi yang memburuk di wilayah Donbass timur. Wilayah ini tempat pasukan Ukraina bertempur melawan pasukan yang didukung Rusia dalam konflik yang v telah menewaskan 14.000 orang sejak 2014.

Barat telah menyatakan keprihatinannya dalam beberapa pekan terakhir atas penumpukan besar pasukan Rusia di dekat perbatasan timur Ukraina dan di Krimea yang dianeksasi Rusia dari Ukraina pada 2014.Menteri luar negeri dari kelompok negara G7, termasuk AS, Inggris dan Prancis, mengutuk peningkatan jumlah pasukan Rusia di dekat perbatasannya dengan Ukraina dan di Krimea. "Gerakan pasukan skala besar ini, tanpa pemberitahuan sebelumnya, mewakili aktivitas yang mengancam dan tidak stabil," kata pernyataan bersama yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Inggris.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan pada Senin, bahwa Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg telah membahas kebutuhan mendesak Rusia untuk menghentikan pembangunan militer agresifnya. Sedangkan, Rusia mengatakan pihaknya menggerakkan pasukannya sesuai keinginan, termasuk untuk tujuan pertahanan. 

 
Berita Terpopuler