Inggris Buka Kembali Pertokoan

Pembukaan kembali aktivitas bisnis tetap menerapkan protokol kesehatan.

AP Photo/Alberto Pezzali
Warga mengantre masuk toko di Oxford Street di London, Inggris, Senin (12/4).
Rep: Rizky Jaramaya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, BIRMINGHAM -- Sejumlah antrian tampak mengular di luar pertokoan di seluruh Inggris pada Senin (12/4). Warga Inggris berbondong-bondong keluar rumah setelah pemerintah mencabut lockdown nasional selama tiga bulan.

Baca Juga

Saat matahari terbit, orang-orang mengantre di luar Primark di Birmingham, dan JD Sports di Oxford Street di London. Beberapa orang memutuskan keluar rumah setelah tengah malam untuk minum bir dengan teman maupun kerabat di Kentish Belle di Bexleyheath, London selatan, dan di Oak Inn di Coventry, Inggris tengah. Kesibukan pada Senin pagi juga terlihat di beberapa salon rambut dan kecantikan.

Setelah memberlakukan pembatasan paling berat dalam sejarah Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan, pembukaan kembali kegiatan bisnis adalah langkah besar menuju kehidupan yang kembali normal. Tetapi Johnson mendesak para warga untuk tetap mematuhi protokol kesehatan.

"Saya yakin ini akan sangat melegakan bagi para pemilik bisnis yang telah tutup begitu lama, dan bagi semua orang ini adalah kesempatan untuk kembali melakukan beberapa hal yang kita sukai dan telah kita lewatkan,” kata Johnson. 

 

“Saya mendorong semua orang untuk terus berperilaku bertanggung jawab dan mengingat 'tangan, wajah, ruang, dan udara segar' untuk menekan Covid-19 saat kami melanjutkan program vaksinasi kami," ujar Johnson menambahkan.

Pada awal Januari pemerintah memberlakukan penguncian nasional ketiga untuk membendung lonjakan virus corona, yang didorong oleh munculnya varian baru. Ratusan ribu bisnis telah terdampak akibat lockdown tersebut.

Konsorsium Ritel Inggris memperkirakan toko-toko di Inggris telah kehilangan 27 miliar pound atau 37 miliar dolar AS dalam penjualan selama tiga kali lockdown. Sementara 67.000 pekerjaan ritel hilang pada tahun 2020. Menurut data yang dikumpulkan oleh peneliti Perusahaan Data Lokal untuk perusahaan akuntansi PwC, sekitar 17.532 gerai toko menghilang dari jalan-jalan raya, pusat perbelanjaan dan toko ritel di seluruh Inggris tahun lalu.

 

Berdasarkan data resmi, pada 2020 Inggris mengalami resesi ekonomi terburuk dalam lebih dari tiga abad. Menggerakkan konsumsi masyarakat merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki perekonomian negara.

 
Berita Terpopuler