Gelombang Protes Terbaru Myanmar Tewaskan 11 Orang

Protes massal telah terjadi di seluruh Myanmar sejak 1 Januari.

AP
Demonstran muda menunjukkan simbol perlawanan tiga jari selama serangan topeng anti-kudeta di Yangon, Myanmar, Minggu, 4 April 2021. Ancaman kekerasan mematikan dan penangkapan pengunjuk rasa gagal menekan demonstrasi harian di seluruh Myanmar yang menuntut militer mundur. dan memulihkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis.
Rep: Fergi Nadira Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON - Pasukan keamanan Myanmar bentrok dengan demonstran anti-kudeta di kota Taze di barat laut, Rabu (7/4) malam waktu setempat. Media domestik melaporkan pada Kamis (8/4)  akibat bentrokan tersebut setidaknya 11 pengunjuk rasa tewas.

The Irrawaddy melaporkan bahwa aparat keamanan menembaki pengunjuk rasa dalam bentrokan yang dimulai pada Rabu malam. Para pengunjuk rasa membalas dengan senapan berburu dan bom api.

"Sedikitnya 11 pengunjuk rasa tewas dan beberapa lainnya luka-luka," lapor media tersebut.

Protes massal telah terjadi di seluruh Myanmar, yang juga dikenal sebagai Burma, sejak militer merebut kendali pada 1 Februari. Sejak itu junta mengumumkan keadaan darurat selama setahun.

Angkatan bersenjata mengeklaim telah terjadi kecurangan yang meluas selama pemilihan umum akhir tahun lalu. Pemlilu dimenagkan telah oleh partai Suu Kyi, partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

Baca Juga

 
Berita Terpopuler