Selesai Pengkajian, Pembangunan MRT Tangsel Berlanjut

Kajian rencana pembangunan MRT Tangsel sudah selesai dilakukan BPTJ dan

ANTARA/Aprillio Akbar
Rangkaian kereta MRT. Ilustrasi
Rep: Eva Rianti Red: Yudha Manggala P Putra

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG – Pembangunan moda raya terpadu (MRT) di wilayah Tangerang Selatan rencananya dimulai pada 2022 dan masih dalam proses. Pemerintah Kota Tangerang Selatan menyebut kajian terkait rencana pembangunan tersebut sudah selesai dilakukan. Rencana sudah bisa dilanjutkan ke tahapan kesiapan jalan, sosialisasi hingga pelelangan.

“Kajiannya sudah selesai dari BPTJ (Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek), sudah oke,” tutur Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Tangerang Selatan Eki Herdiana kepada Republika.co.id, Rabu (7/4).

Menurut penuturannya, sesuai dengan Perpres Nomor 55 tahun 2018 tentang Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ), terdapat dua koridor MRT dari wilayah DKI Jakarta menuju ke Tangerang Selatan. “Satu trace dari Lebak Bulus ke Pondok Cabe kemudian ke Pamulang dan ke Rawa Buntu. Satu lagi rencananya dari Lebak Bulus ke arah Ciputat, kemudian ke Pondok Aren dan ke Rawa Buntu,” jelasnya.

Eki menyampaikan, saat ini Pemkot Tangsel masih berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat serta Pemerintah Provinsi Banten terkait dengan penggunaan jalan. Pasalnya rute MRT tersebut nantinya akan melewati jalan nasional dan jalan provinsi.

“Kita sudah rapat berkali-kali sih membahas itu, termasuk penggunaan jalan nasional dan jalan provinsi, jadi kita koordinasi terus sama pusat dan provinsi,” tutur dia.

Minimalisasi Pembebasan Lahan
Eki menambahkan, penggunaan jalan nasional dan provinsi yang menjadi jalur yang dilewati oleh MRT disebut sebagai upaya untuk meminimalisasi pembebasan lahan warga. “Lahan yang digunakan kan di jalan ya, kita meminimalisir pembebasan lahan, jadi kita menggunakan jalan eksisting karena posisinya pasti pakai kayak median jalan gitu ya,” terangnya.

Hal senada disampaikan oleh Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie. Dia menyebut rute MRT ke Tangsel tidak memerlukan banyak tanah untuk dilakukan pembebasan. Hal itu agar sekaligus upaya efisiensi biaya. “Bisa efisien, tidak terlalu banyak memerlukan tanah yang harganya tinggi, jadi meminimalisir, tapi memperpendek jarak tempuh,” kata dia.  

Namun, Benyamin mengatakan, Pemkot Tangsel tetap berupaya mensinkronkan RT dan RW terkait dengan rencana tata ruang wilayah kaitannya dengan jalur yang akan dilalui MRT. Dia menyampaikan akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang daerahnya terimbas jalur koridor MRT.

“Selain itu juga rembugan dengan sektor swasta yang nantinya mungkin dilintasi dan punya kepentingan, misalnya BSD, Bintaro, dan lain-lain,” tambahnya.

Terkait dengan dana untuk pembangunannya, Benyamin menyebut dana berasal dari Pemerintah Pusat atau sektor swasta yang terlibat di dalamnya. “Diusahakan tidak menggunakan APBD Tangsel,” ujarnya.

Dia berharap dengan adanya moda transportasi baru seperti MRT dapat mengatasi masalah kemacetan yang kerapkali terjadi di sekitar Tangsel ke Ibu Kota serta untuk dapat mempercepat mobilitas orang serta barang. “Mulai groundbreaking (peletakan batu pertama) nya 2022,” kata dia menambahkan bahwa ke depan Pemkot Tangsel akan terus mendorong transportasi berbasis rel di Tangsel.

Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, proyek MRT yang masuk hingga ke kawasan Tangsel butuh anggaran sebesar Rp 20 triliun dengan panjang jalur mencapai 20 kilometer. Pembangunannya mulai paling lambat 2022 dan selesai pada 2026.  Proyek tersebut diketahui sudah masuk dalam RITJ 2019-2029.

Salah satu warga Tangsel, Irma (37 tahun), mengungkapkan, kehadiran moda transportasi baru seperti MRT dinilai penting. Hal itu, kata dia bisa menjadi salah satu upaya untuk mengatasi kemacetan.

“Penting lah menurut saya, Ciputat sama Pamulang tuh macet banget, apalagi Pondok Cabe macetnya parah. Walaupun lagi Covid-19 dan lagi PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) sekarang, tetap saja macet. Dengan adanya MRT, bisa menekan kemacetan, semoga segera terealisasi,” kata dia.

Perempuan yang bekerja sebagai karyawan swasta tersebut berpendapat, selain menghadirkan MRT, dia berharap pemerintah atau pihak terkait dapat juga memperhatikan kebutuhan lainnya. Seperti tersedianya kantong-kantong parkir yang dekat dengan stasiun MRT.

“Yang penting parkir kendaraan tersedia, harus dipikirin juga supaya aksesnya mudah. Selain itu juga perlu dipikirin harga naik MRT dan harga parkirnya, semoga murah,” ungkapnya. Eva Rianti


 
Berita Terpopuler