Gambaran Penampilan Nabi SAW Saat Ibadah Haji

Nabi Muhammad memerhatikan penampilan dengan baik.

Mohammed Saber/EPA EFE
Gambaran Penampilan Nabi SAW Saat Ibadah Haji. Jamaah haji duduk di antara bebatuan Jabal Rahmah Padang Arafah.
Rep: Ali Yusuf Red: Ani Nursalikah

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW selalu berpenampilan tenang dan teduh, termasuk saat manasik haji. Baik di dalam maupun di luar pelaksanaan haji, nabi adalah orang yang rapi, menawan, dan memerhatikan penampilan dengan baik.

Baca Juga

"Sehingga tak ada seorang pun yang terlihat lebih tampan dari beliau," kata Abu Thalah Muhammad Yunus Abdussatar dalam kitabnya Kaifa Tastafidu min al-Haramain asy-Syarifain Ayyuha az-Zair wa al-Muqim.

Nabi SAW adalah orang yang memuliakan rambutnya dengan selalu merapikannya dan memakai wewangian terbaik pada saat hendak memulai atau  ketika selesai ihram. Dia juga selalu mandi ketika hendak ke berihram dan ketika hendak memasuki kota Makkah.

Nabi SAW juga bersikap tenang serta menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak pantas baginya. Itu semua membuahkan cinta dan penghargaan di hadapan para sahabatnya.

Contoh mengenai hal itu adalah hadits riwayat harits bin Amru as Sahmi, "Aku mendatangi Rasulullah ketika saat itu dia berada di Mina atau Arafah. Orang-orang mengerumuninya. Termasuk ketika orang-orang Arab Badui mendatanginya. Pada saat melihat wajahnya, mereka berkata ini benar-benar wajah yang diberkahi." (HR Abu Daud).

 

 

Maka dari itu kata Abu Thalhah, jamaah haji sebaiknya memperhatikan penampilan dan keadaannya serta bersikap sopan. Jagalah untuk senantiasa bersikap tenang. Jangan murah tawa dan jangan pula bercanda gurau secara berlebihan. 

"Sikap-sikap inilah yang menyebabkan orang senang menerima dan mengambil pelajaran," katanya.

Inilah sebagian aspek kesempurnaan Nabi di saat bergaul dan memimpin jamaah haji. Karenanya, Nabi mendapatkan cinta, kepercayaan, dan tempat di hati kaum Muslimin. Orang-orang bergegas dan berlomba-lomba menaati perintahnya dan menjauhi larangannya dengan segenap kesungguhan, ketulusan, dan kesenangan dan kesadaran.

Kiranya, siapa pun yang berharap menjadi pemimpin agama hendaklah melihat dirinya dengan bercermin pada budi pekerti Nabi. Orang yang tidak memiliki akhlak para nabi dan enggan mengikuti langkah-langkah Rasulullah pastilah tidak diterima masyarakat.

 
Berita Terpopuler