PBB Soroti Eskalasi Perang di Yaman

Mediator PBB menyatakan telah terjadi kemunduran dramatis dalam perang Yaman

EPA-EFE/Yahya Arhab
Reruntuhan sisa perang di Kota Sana
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Mediator Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa eskalasi perang di Yaman semakin meningkat dan menempatkan jutaan warga sipil dalam risiko. Martin Griffiths mengatakan, telah terjadi kemunduran dramatis dalam perang Yaman yang telah terjadi selama lebih dari enam tahun.

Baca Juga

Griffiths mengatakan, perang di Yaman kembali memanas dengan kekuatan penuh. Dia memperingatkan agar pihak yang bertikai dapat menurunkan eskalasi karena Yaman telah mengalami krisis kelaparan besar. 

“Kami juga melihat front lain di Yaman terbuka, termasuk dengan eskalasi militer di Hajjah dan Taiz dan Hudaydah. Perang kembali dengan kekuatan penuh," ujar Griffiths. 

Koalisi militer pimpinan Arab Saudi melakukan intervensi di Yaman pada 2015 setelah kelompok Houthi yang berpihak pada Iran menggulingkan pemerintah negara itu dari ibu kota Sanaa. Kelompok Houthi mengatakan, mereka menggulingkan pemerintah untuk memerangi sistem yang korup.

Perserikatan Bangsa-Bangsa menggambarkan Yaman mengalami krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Sekitar 80 persen warga Yaman membutuhkan bantuan, dengan 400 ribu anak di bawah usia 5 tahun mengalami kekurangan gizi yang sangat buruk. 

Sebagian besar pasokan pangan di Yaman bergantung pada impor. Namun, pasokan impor pangan telah terganggu oleh perang. Griffiths mendesak semua pihak yang bertikai di Yaman untuk melakukan gencatan senjata nasional agar komoditas pangan dan komoditas lainnya dapat disalurkan dengan baik serta tanpa hambatan. 

"Gencatan senjata nasional, bersama dengan pembukaan bandara Sanaa dan memastikan aliran bahan bakar tanpa hambatan dan komoditas lainnya ke Yaman melalui pelabuhan Hodeidah, adalah keharusan kemanusiaan yang mendesak," kata Griffiths. 

Presiden AS Joe Biden telah memprioritaskan untuk membuat perang di Yaman berakhir. Utusan khusus Biden, Tim Lenderking mengatakan bahwa "rencana yang baik" untuk gencatan senjata di Yaman telah dilakukan sebelum kepemimpinan Houthi selama "beberapa hari". Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakan, AS menyerukan kepada kelompok Houthi untuk segera menerima gencatan senjata. 

“Kematian dan kekerasan harus dihentikan. Kami menyerukan kepada Houthi untuk menerima gencatan senjata segera, komprehensif, nasional dan menghentikan semua serangan. Sementara itu, kami akan terus meminta pertanggungjawaban kepemimpinan Houthi," ujar Thomas-Greenfield. 

 

AS dan PBB telah meningkatkan upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik antara koalisi Saudi dengan Houthi di Yaman, yang dinilai merupakan perang proksi antara Saudi dan Iran. Houthi menggulingkan pemerintah yang diakui secara internasional di ibu kota Sanaa pada akhir 2014. 

Kelompok Houthi yang didukung Iran, kini menguasai sebagian besar wilayah utara. Mereka menyangkal telah menjadi boneka Iran. Houthi menegaskan bahwa mereka melakukan serangan untuk memerangi sistem yang korup dan agresi asing.

Pertempuran antara pasukan koalisi Saudi dan Houthi semakin intensif di wilayah Marib dan Taiz. Perang ini telah menewaskan puluhan ribu orang dan mendorong Yaman ke ambang kelaparan. Pada Jumat (5/2) lalu, badan amal Medecins Sans Frontieres mengatakan, rumah sakit Al-Thawra di Taiz telah merawat 28 orang yang terluka dalam bentrokan hebat sejak Rabu (3/3). Rumah sakit tersebut juga menjadi sasaran tembak dan melukai tiga orang, termasuk seorang anak laki-laki berusia 12 tahun.

 
Berita Terpopuler