Neraca Dagang RI Februari Surplus 2 Miliar Dolar AS

Ekspor bulan Februari tercatat sebesar 15,27 miliar dolar AS.

ANTARA/Muhammad Adimaja
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta (ilustrasi). Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, neraca perdagangan Indonesia pada Febraurai 2021 kembali mengalami surplus kesepuluh kalinya berturut-turut sejak Mei 2020.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus kesepuluh kalinya berturut-turut sejak Mei 2020. Total surplus yang diperoleh pada Februari 2020 sebesar 2 miliar dolar AS.

Baca Juga

Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan, total nilai ekspor sepanjang Februari 2021 sebesar 15,27 miliar dolar AS,  sementara impor sebanyak 13,26 miliar dolar AS. Suhariyanto mengatakan, baik ekspor maupun impor sama-sama mengalami penurunan dari posisi Januari 2021, namun naik signifikan dibandingkan Februari 2020.

"Neraca dagang kembali surplus sebesar 2 miliar dolar AS. Performa ekspor dan impor menggembirakan," kata Suhariyanto dalam konferensi pers, Senin (15/3).

Lebih detail, Suhariyanto menjelaskan, ekspor bulan Februari sebesar 15,27 miliar dolar AS turun 0,19 persen dari posisi Januari yang sebesar 15,29 miliar dolar AS. Penurunan itu terjadi karena adanya penurunan nilai ekspor baik untuk migas maupun non migas masing-masing 2,63 persen dan 0,04 persen.

Adapun dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, ekspor kali ini tercatat tumbuh 8,56 persen dari 14,06 miliar dolar AS. Pertumbuhan positif ekspor didorong oleh kenaikan ekspor migas sebesar 6,9 persen dan non migas yang juga naik 8,67 persen.

"Dibandingkan Januari 2021 (month to month/mtm) memang tipis, kalau dibanding Februari 2020 (year on year/yoy) ada kenaikan. Ekspor ini selalu tumbuh positif secara year on year sejak November 2020.

Menurut sektor, nilai ekspor non migas terbesar dikantong oleh sektor industri pengolahan sebesar 12,15 miliar dolar AS. Capaian itu mengalami kenaikan baik secara bulanan maupun tahunan.

Nilai terbesar kedua diikuti pertambangan sebesar 1,95 miliar dolar AS, kemudian pertanian 310 juta dolar AS. Selanjutnya, khusus ekspor non migas tercatat sebesar 860 juta dolar AS. 

Lebih lanjut, pada sisi impor juga mengalami pola yang sama. Suhariyanto menjelaskan, impor Februari 2021 turun 0,49 persen dari bulan sebelumnya sebesar 13,33 milair dolar AS. Penurunan terutama disebabkan oleh turunnya impor non migas sebesar 15,95 persen. Adapun untuk impor non migas mengalami kenaikan yakni sebesar 1,54 persen.

Sementara itu, jika dibanding Februari 2020, kinerja impor kali ini tumbuh hingga 14,86 persen dari 11,55 miliar dolar AS. Impor migas tercatat turun hingga 25,37 persen namun impor non migas melonjak hingga 22,03 persen.  

Suhariyanto menjelaskan, impor barang konsumsi sebesar 1,22 miliar dolar AS. Impor tersebut mengalami penurunan 13,78 persen dari bulan sebelumnya namun naik 43,59 persen dari bulan yang sama tahun lalu.

Adapun untuk impor bahan baku penolong tercatat 9,89 persen. Turun 0,5 persen dari posisi Januari 2021 namun melonjak 11,53 persen dari Februari 2020. Terakhir, impor barang modal mencapai 2,15 miliar dolar AS. Suhariyanto menuturkan, kinerja impor barang modal naik 9,08 persen dari bulan sebelumnya juga naik 17,68 persen dari posisi bulan yang sama 2020.

"Impor tumbuh dua digit (yoy) dan yang menggembirakan impor bahan baku meningkat secara yoy dan demikian juga barang modal yang naik," katanya.

Ia mengatakan, dampak positif dari kenaikan impor dua sektor tersebut menunjukkan adanya geliat industri dan investasi. "Investasi di Indonesia mulai bergerak bagus dan kalau melihat angka PMI dari IHS Markit pada bulan-bulan pertama masih berada pada level ekspansi," ujarnya. 

 
Berita Terpopuler