Sejarah Perebutan Yerusalem Sejak Era Kekaisaran Asiria

Yerusalem merupakan wilayah konflik atau wilayah perebutan sejak zaman dulu.

REUTERS / Ammar Awad
Sejarah Perebutan Yerusalem Sejak Era Kekaisaran Asiria. Orang-orang menghadiri perayaan Isra dan Mi'raj, yang menandai kenaikan Nabi Muhammad di kompleks yang dihormati oleh orang-orang Yahudi sebagai Temple Mount dan Muslim sebagai Tempat Suci di Kota Tua Yerusalem pada 11 Maret 2021. The Dome of the Rock terlihat di latar belakang.
Rep: Fuji E Permana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yerusalem yang juga dikenal sebagai al-Quds yang berada di Palestina adalah wilayah yang diperebutkan sejak ribuan tahun Sebelum Masehi (SM). Perebutan tersebut menandakan Yerusalem adalah tempat penting dan strategis.

Baca Juga

Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bunyam Saptomo mengatakan, Masjid al-Aqsa berada di Yerusalem, Palestina. Yerusalem merupakan wilayah konflik atau wilayah perebutan sejak zaman dulu.

"Ada yang pernah mencatat, Yerusalem telah ganti-ganti penguasa sebanyak 44 kali. Jadi, sekarang Israel menguasai (menjajah) Yerusalem (Palestina) adalah yang ke-44 kali," kata Bunyam saat menjadi narasumber dalam webinar yang diselenggarakan Koalisi Perempuan Indonesia untuk Al-Quds dan Palestina bertema 'Duka Perempuan dan Anak Al Quds, Duka Kita', Sabtu (13/3). 

Bunyam menerangkan, seringnya terjadi perebutan dan pergantian penguasa menunjukkan Yerusalem adalah wilayah strategis dan penting. Dengan demikian, wilayah itu menjadi rebutan masyarakat internasional.

Dalam catatan sejarah, tahun 2000 SM, wilayah Palestina atau Kanaan itu merupakan bagian dari wilayah Kekaisaran Asiria. Kekaisaran Asiria kuno ini sudah ada sejak 2000 tahun Sebelum Masehi.

 

 

Wilayah Palestina atau Kanaan ini selanjutnya tahun 1500 SM dikuasai oleh Mesir Kuno pada zaman raja-raja Pharaoh atau Fir'aun. Pada masa itu ada keyakinan Nabi Yusuf anak Nabi Yakub dari Palestina menuju ke Mesir sehingga Palestina ada kaitan sejarah dengan Mesir. Karena, pada masa itu Palestina dikuasai oleh Mesir kuno.

"Kemudian, tahun 1000 SM sampai 740 SM, Palestina menjadi wilayah merdeka. Pada masa itu, Nabi Daud (ayah dari Nabi Sulaiman) membebaskan dan memerdekakan Palestina dari pihak asing yang berkuasa," ujar Bunyam.

Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional MUI ini menjelaskan, sejarah Palestina merdeka selama 350 tahun itu pada zaman Nabi Daud sampai keturunannya. 

Selanjutnya, Palestina dikuasai lagi oleh Kekaisaran Neo Asiria atau Neo Babilonia pada tahun 700 SM sampai 500 SM. Berganti lagi penguasa, Palestina dikuasai oleh Kerajaan Persia.

Selanjutnya, Palestina dikuasai Kerajaan Hellenik setelah invasi Aleksander Agung atau Alexander the Great. Tahun 60 SM saat Romawi menjadi kekaisaran yang besar, mereka berhasil menguasai wilayah Palestina.

 

Bunyam mengatakan, penguasaan Romawi atas Palestina cukup panjang hampir sekitar 700 tahun. "Sampai wilayah Palestina direbut oleh umat Islam tahun 637 Masehi. Islam berkuasa cukup lama sekitar 450 tahun," ujarnya.

Ia menjelaskan, selanjutnya terjadi Perang Salib. Perang Salib itu dikatakan sebagai masa yang selalu konflik. Karena, selama hampir 200 tahun terjadi perebutan wilayah Yerusalem. Karena itu, sering terjadi pergantian penguasa antara penguasa dari kalangan Muslim dan Kristen. 

Kemudian, Mongolia menyerang wilayah Palestina, ternyata serangan Mongolia ke Palestina bertujuan membantu tentara salib yang baru dikalahkan oleh tentara Muslim. Karena dalam pernyataan Kaisar Mongolia, dia menyerahkan kembali ke Raja Prancis, dengan menyebut ini persahabatan antara Raja Prancis dan Kaisar Mongolia.

"Setelah Mongolia pergi, kemudian Dinasti Islam yang berkuasa di Mesir, yakni Mamluk, berhasil mengambil kembali Palestina. Selanjutnya dilanjutkan oleh Kesultanan Turki yang berkuasa sekitar 400 tahun," ujar Bunyam menjelaskan.

Ia menerangkan, wilayah Yerusalem terus silih berganti penguasa sejak ribuan tahun Sebelum Masehi. Kemudian, setelah Turki melemah, Palestina beserta Yerusalem diambil alih oleh Inggris dalam Perang Dunia pertama.

 

"Inggris yang menjadi protektor wilayah (Palestina) tersebut selama 30 tahun, kemudian di situ berdasarkan deklarasi Balfour yang disetujui oleh Inggris mendatangkan jutaan orang Yahudi yang ada di Eropa untuk menetap di Palestina. Lalu, pada 1948 (Yahudi) Israel (mengeklaim) merdeka," kata Bunyam.

Ia mengingatkan, kalau melihat sejarah perjuangan di Palestina terjadi silih berganti penguasa. Oleh sebab itu, umat Islam jangan putus asa karena perjuangan seperti zaman Perang Salib saja memakan waktu 200 tahun, setelah itu Yerusalem berhasil dikuasai oleh Islam. 

 

"Kita harus berpikir apa yang harus kita lakukan pada masa yang akan datang. Kita semua tahu dalam perjuangan Palestina, kita melihat ada dalam agama Islam. Apabila umat Islam melihat kemungkaran, ubahlah dengan tanganmu, yaitu dengan hard power. Apabila tidak mampu, ubah dengan ucapan, ini soft power, kalau tidak mampu ubah dengan hatimu, ini power yang paling lemah," ujarnya.

 
Berita Terpopuler