Kemenhan Bantah Pembentukan Komcad Buang-Buang Anggaran

Jubir Menhan menyebut Komando Cadangan justru upaya negara mengefisiensi anggaran.

Antara/Adeng Bustomi
Ilustrasi. (Foto diambil sebelum masa pandemi Covid-19).
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Yudha Manggala P Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Menteri Pertahanan, Dahnil Anzar Simanjuntak, membantah kritik yang menyatakan pembentukan Komponen Cadangan (Komcad) pemborosan biaya negara. Menurut dia, program Komcad justru merupakan upaya negara melakukan efisiensi anggaran.

"Justru Komcad itu upaya negara, dalam hal ini Kementerian Pertahanan (Kemenhan), melakukan penghematan efisiensi terhadap anggaran," ujar Dahnil dalam diskusi yang digelar Universitas Muhammadiyah Malang dan disiarkan secara daring, Jumat (12/3).

Dahnil kemudian membandingkan biaya untuk membentuk satu prajurit tamtama dengan satu orang anggota Komcad. Dia menerangkan, dalam membentuk satu prajurit tamtama setidaknya membutuhkan anggaran sekitar Rp 88-100 juta. Setelah menjadi prajurit organik, prajurit tamtama juga diberi gaji dan biaya lain-lainnya.

Sementara itu, untuk mendidik satu anggota Komcad hanya membutuhkan anggaran kurang lebih sebesar Rp 30 juta. Lalu, negara juga tidak memiliki kewajiban untuk memberi gaji anggota Komcad ketika mereka sudah selesai menjalani pendidikan dan kembali ke profesi mereka semula.

"Tapi negara punya Komcad yang sudah terlatih dan siap bertugas kapan pun ketika dipanggil. Jadi kalau dibilang apakah ini militerisasi? Justru tidak karena negara tidak menambah tentara organik. Negara hanya mempersiapkan tentara yang akan bekerja ketika kita di bawah ancaman perang," jelas dia.

Dia kemudian menengok kondisi di Amerika Serikat (AS). Menurut dia, tentara organik di negeri Paman Sam lebih sedikit ketimbang prajurit yang semacam Komcad di sana. Menurut dia, itu terjadi juga masih dalam rangka melakukan efisiensi. Dia juga menyebut itu pun dilakukan oleh Singapura, yang jumlah Komcadnya lebih banyak ketimbang tentara organiknya.

"Kenapa? Kalau kita hire, kita rekrut tentara banyak potensinya malah. Militerisasi itu akan terjadi di satu sisi. Di sisi lain, cost negara terlalu besar," kata Dahnil.

Penguatan pertahanan dengan Komcad juga ia kaitkan dengan kritik yang menyatakan sebaiknya pemerintah melakukan pemaksimalan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Dahnil mengatakan, alutsista memang tengah dimaksimalkan saat ini, namun negara juga memiliki keterbatasan anggaran.

"Nah salah satu upaya untuk menutupi keterbatasan anggaran kita dengan keterbatasan alutsista yang ada maka kita perkuat pakai Komcad. Sebenarnya Komcad ini adalah upaya kita memperkuat pertahanan kita sekaligus memperhatikan ketersediaan anggaran yang sangat terbatas," jelas dia.

Sebelumnya, Dahnil telah menyatakan Komcad merupakan bagian yang integral dalam sistem pertahanan yang perlu diperkuat bersamaan dengan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista). Komcad juga dinilai perlu dibangun karena pembangunan kekuatan pertahanan suatu negara akan sulit dilakukan disaat perang.

"Komcad sebagai subsistem pertahanan RI adalah bagian yang integral dalam sistem pertahanan kita yang perlu diperkuat bersamaan dengan modernisasi alutsista," ujar Dahnil lewat pesan singkat, Kamis (4/2).

Dahnil mengatakan, Komcad merupakan pekerjaan rumah yang tak kunjung dibentuk secara formal dengan sistem yang baik bagi Indonesia. Saat ini, kata dia, UU No 23 tahun 2019 memberikan amanat untuk itu secara terang dan jelas.

Dia menerangkan, bagi Indonesia perang dengan cara militer adalah perang yang ditujukan untuk menjaga keutuhan wilayah dan menegakkan kedaulatan NKRI. Selain itu, hal tersebut juga dilakukan untuk menjaga keselamatan bangsa, bukan untuk melakukan invasi atau agresi militer terhadap negara lain.

"Sementara itu, pembangunan kekuatan pertahanan suatu negara akan sulit dilakukan di saat perang," ungkap Dahnil.

Menurut dia, kekuatan pertahanan merupakan satu sistem yang utuh, tidak bisa dipisah-pisahkan. Mulai dari kekuatan laut yang andal melalui alutsista dan pelautnya, kekuatan udara melalui pesawat tempur, radar, termasuk pilot fighters-nya, dan kekuatan darat melalui infantrinya.

"Dan dalam sebuah sistem pertahanan itu ada Komcad di dalamnya yang tidak bisa dipisahkan," kata dia.

 
Berita Terpopuler