Menpora Sikapi Status Kelamin Aprilia Manganang

Apa yang terjadi sebelumnya di olahraga sesuai dengan status Aprilia saat itu.

Republika/Iman Firmansyah
Atlet bola voli Indonesia, Aprilia Santini Manganang, melakukan smash saat melawan tim bola voli Korea dalam perempat final bola voli putri Asian Games di Volley Indor Senayan, Jakarta, Rabu (29/8).
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Ronggo Astungkoro

Mantan atlet bola voli, Serda Aprilia Manganang, sudah jelas dipastikan sebagai seorang pria. Publik mungkin bertanya, lalu bagaimana dengan sejumlah pertandingan yang dulu pernah diikutinya sebagai atlet wanita?

Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali, mengutarakan sikapnya terkait status mantan atlet timnas bola voli putri tersebut. Ia menyatakan, apa yang terjadi pada Aprilia adalah tindakan yang tidak bisa disalahkan karena landasan medis.

Berdasarkan keterangan yang diberikan Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa, diketahui Serda Aprilia Manganang mengalami hipospadia atau kelainan pada alat kelamin. Dari situ dilakukan upaya medis untuk ditentukan status akhirnya.

"Apa yang sudah disampaikan Kasad tentu jadi informasi kita semua, saya kira juga harus disikapi sebagai kejadian yang tidak disengaja. Tidak ada yang mau mengaku-ngaku seperti ini, setelah dilakukan pemeriksaan detil baru diketahui jenis kelamin Aprilia laki-laki," tutur Menpora di Jakarta, Rabu (10/3).

Sehubungan dengan yang sudah terjadi sebelumnya di bidang olahraga, Menpora menilai hal itu sudah sesuai dengan statusnya saat ia masih berjenis kelamin wanita. Bahkan sebelum bergabung dengan timnas voli, Serda Aprilia sudah menjalani tes spesifik sebelum memasuki kedinasan di TNI AD. Sehingga hasil pemeriksaan baik di dinas militer dan cabang olahraga sudah sesuai prosedur dan valid.

"Kalau saat itu dia sadar (berkelamin) laki-laki dan tidak mengakui itu adalah tindakan yang tidak fair. Tapi kan ini tidak. Bahkan dia sendiri tidak tahu bahwa dia berjenis kelamin laki-laki. Saya kira itu bukan kesalahan dia, juga bukan kesalahan siapa pun, dan dalam pemeriksaan terakhir yang lebih detil dan teliti ya ini hasilnya," kata Menpora.

Lebih lanjut Menpora menjelaskan, sehubungan dengan pengumuman itu sejauh ini baik pihak Kemenpora dan PBVSI selaku induk cabang olahraga bola voli tidak mempermasalahkan fakta ini. Berdasarkan informasi dari Menpora, PBVSI juga baru mengetahui perubahan status kelamin Aprilia setelah mendengar pernyataan yang disampaikan Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa.

"Yang mengumumkan pertama kali kan Kasad, berdasarkan pemeriksaan dari RSPAD. Baik kami (Kemenpora), federasi dan cabor juga tahu informasi ini dari hasil pengumuman itu," tutur Menpora Zainudin.

Dengan status baru Aprilia Manganang, perlu dilakukan koordinasi dengan federasi internasional. Namun Menpora menegaskan hal tersebut bukan kewenangannya dan menjadi tugas Komite Olimpiade Nasional (NOC). "Kami serahkan ke NOC, pemerintah terlalu jauh kalau ke situ. Itu tugasnya NOC, kita lihat saja nanti hasilnya seperti apa," katanya.

Baca Juga

Dalam riwayat pertandingannya, Indonesia mendapatkan pertanyaan dari rival Filipina terkait status kelamin Aprilia. Bahkan protes Filipina telah disampaikan kepada Komite Penyelenggara SEA Games 2015 yakni SINGSOC.

Saat itu protes Filipina mendapat penolakan. Aprilia tetap diperbolehkan untuk memperkuat Timnas Indonesia di ajang dua tahunan tersebut.

Filipina menerima keputusan SINGSOC. Akhirnya Aprilia berhasil membawa Timnas voli putri Indonesia meraih medali perunggu.

Selama aktif bermain, Aprilia Manganang berhasil menyumbangkan beberapa medali untuk timnas Indonesia. Yaitu, medali perunggu di SEA Games 2013 Myanmar dan SEA Games 2015 Singapura, serta perak di SEA Games 2017 Malaysia.

Kini Aprilia Manganang sudah resmi mengundurkan diri sebagai atlet voli. Lewat akun media sosialnya di bulan September 2020, ia menyatakan memutuskan untuk mundur dari dunia voli.

Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa (tengah) memperkenalkan Serda Aprilia Manganang via videotron di Markas Besar TNI Angkatan Darat (Mabes AD), Jakarta, Selasa (9/3/2021). Aprilia Manganang diperlkenalkan kembali dengan jenis kelamin laki-laki usai melakukan corrective surgery oleh tim dokter TNI AD. - (ANTARA/Galih Pradipta)




Saat ini Serda Aprilia Manganang sudah menjalani operasi untuk memperbaiki kondisinya. Langkah berikutnya ialah mengurus status administrasi yang ia miliki selama ini dan mengubah status jenis kelaminnya menjadi laki-laki.

Dalam keterangan persnya kemarin, Kasad TNI AD Jenderal Andika juga akan membahas mengenai tugas yang akan diberikan kepada Manganang. "Manganang masuk TNI AD dia jadi bintara komunitas ajudan jendral. Dengan kondisi ini maka saya dengan staf akan melakukan evaluasi untuk memberi tugas yang pas," tutur Andika.

Menurut Andika, ada dua kemungkinan besar ke mana Manganang akan berlabuh. Pertama, di bidang perbekalan dan angkutan. Kedua, di bidang kesehatan. Namun, pihaknya juga akan memerhatikan minat Manganang dalam menentukan tugas dia berikutnya.

"Dirhum Angkatan Darat sudah menyiapkan dokumen untuk kita membantu Sersan Manganang mendapat apa yang diinginkan, yaitu kita penuhi semua suarat yang ada di UU 23/2006 tentang Administrasi Kependudukan," jelas dia.

Andika berharap, Pengadilan Negeri Tondano akan memberikan dan menetapkan perubahan nama dan status jenis kelamin Manganang. Dia pun berharap Manganang akan menjadi seseorang yang memang sudah ditakdirkan untuk dirinya sendiri.

Andika kembali memberikan penegasan dengan menyatakan Manganang bukan transgender maupun interseks. Dia dan tim dokter TNI AD telah memastikan hal tersebut melalui pemeriksaan lengkap di RSPAD Gatot Soebroto beberapa waktu lalu.

"Kami juga tidak ingin rekayasa. Makanya kita gunakan mekanisme scientist cukup bagus fasilitas kesehatan kami. Dari situ kami berangkat setelah ditemukan, kita jelaskan," kata dia.

Manganang yang masih berada di atas kasur rumah sakit diberikan kesempatan untuk berbicara. Dia menggunakan waktu berbicaranya dengan mengucap banyak rasa syukur. Dia juga berterima kasih kepada Andika yang telah memperjelas apa yang selama ini ia rasakan.

"Saya sangat bahagia selama 28 tahun saya menunggu keinginan saya dan akhirnya tahun ini tercapai. Izin, terimakasih, Bapak (Andika)," kata Manganang yang berbicara melalui siaran virtual.

Kelainan medis hipospadia atau cacat lahir pada alat kelamin seseorang dapat diatasi melalui rekomendasi medis terhadap kecenderungan perilaku pasien, kata Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Daeng M Faqih. "Sebaiknya diperiksa dulu oleh dokter ahli andrologi, bisa periksa bersama kawan-kawan spesialis dokter kandungan. Diperiksa apakah betul laki-laki atau perempuan atau dua-duanya ada," katanya, dalam acara diskusi "Setahun Pandemi Covid-19" di Kantor PB IDI, Jakarta Pusat.

Ia mengatakan bahwa bila seseorang mengalami hipospadia maka perlu ditentukan dari pemeriksaan medis terhadap kecenderungan perilakunya apakah lebih ke laki-laki atau perempuan. Pasien bersangkutan, katanya, bisa dibantu oleh dokter ahli dalam menentukan hormon yang spesifik.

"Dicek hormonnya ke arah mana, laki-laki atau perempuan. Itu bisa diselesaikan melalui skema operasi," katanya.

Daeng mengatakan hipospodia tidak ada keterkaitan dengan situasi sosial, politik maupun profesi. Kecacatan itu hanya persoalan seseorang untuk menjadi manusia seutuhnya.

"Kasihan. Ini harus dibantu diselesaikan," katanya. Iajuga mengemukakan bahwa peristiwa yang dialami Aprilia tidak banyak terjadi di Indonesia.

Namun secara ilmu pengetahuan, hipospodia bisa terjadi. "Dua kelamin itu bisa ada. Kalau dibiarkan dua-duanya, sebagai manusia kasihan dia. Dokter ahli kita bisa selesaikan itu," ujarnya.

Dari hasil pengamatan terhadap perilaku pasien, tim medis akan memberikan rekomendasi terkait penetapan jenis kelamin. "Nanti silakan diputuskan oleh pasien. Medis hanya menyampaikan kecenderungannya," katanya.

Hipospadia adalah cacat lahir pada anak laki-laki di mana pembukaan uretra (saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke luar tubuh) tidak terletak di ujung penis. Pada anak laki-laki dengan hipospadia, uretra terbentuk secara tidak normal selama pekan ke 8-14 kehamilan.

Kondisi hipospadia pada setiap penderita bisa berbeda-beda. Pada beberapa kasus, lubang kencing ada yang terletak di bawah kepala penis, di batang penis, dan bahkan ada yang di skrotum atau buah zakar, ujar Daeng M Faqih.

 
Berita Terpopuler