Ketika Ranjau Darat Ancam Nyawa Pencari Suaka

Sebuah ranjau darat dari perang Balkan 1990-an meledak di daerah Kroasia tengah.

bbc
Ranjau darat (ilustrasi). Sebuah ranjau darat dari perang Balkan 1990-an meledak di daerah Kroasia tengah. Akibatnya seorang migran tewas dan beberapa migran lainnya terluka.
Rep: Fergi Nadira Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, ZAGREB -- Sebuah ranjau darat dari perang Balkan 1990-an meledak di daerah Kroasia tengah. Akibatnya seorang migran tewas dan beberapa migran lainnya terluka.

Ledakan tersebut terjadi pada Kamis pekan lalu di hutan Saborsko, dekat perbatasan Bosnia. Pihak berwenang Kroasia mengatakan, sekelompok pencari suaka berusaha melintasi negara itu.

"Seorang pria tewas ketika dia menginjak perangkat anti-personel dan lainnya terluka dalam ledakan itu," tulis laporan Agence France-Presse mengutip pihak berwenang Kroasia seperti dilansir laman The Guardian, Senin (8/3). Sementara empat orang dibawa ke rumah sakit, satu dengan luka yang mengancam jiwa.

Polisi di Zagreb mengatakan, pihaknya berhasil menyelamatkan 10 orang lainnya dari ladang ranjau. Kewarganegaraan orang yang meninggal masih belum jelas. Menurut laporan dari sebuah rumah sakit di dekat kota Ogulin, dua orang yang terluka berasal dari Pakistan.

Badan amal dan pekerja bantuan mengatakan, insiden itu menggarisbawah risiko luar biasa yang dibawa para migran dan pengungsi untuk mencapai dan melintasi Eropa. Ribuan orang setiap harinya, terutama dari Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika Utara, berusaha melintasi Balkan. Ini adalah rute yang panjang dan sulit dilalui pegunungan dan hutan dengan hampir tidak ada fasilitas dalam perjalanan.

Perjalanan terakhir, dari Bosnia ke Kroasia, adalah yang paling berbahaya dan melelahkan, mengingat kekerasan sistematis yang dilakukan oleh polisi Kroasia yang berpatroli di perbatasan eksternal terpanjang Uni Eropa. Di sana ribuan ranjau yang belum meledak masih tersisa dari perang tahun 1990-an.

Badan amal mengecam pelanggaran polisi, ketika pencari suaka dipukuli, dirampok dan didorong kembali ke Bosnia, selama bertahun-tahun. "Insiden tragis ini, sekali lagi, menyoroti bagaimana kebijakan Uni Eropa, yang berfokus pada pembatasan kedatangan tidak teratur, menempatkan orang pada risiko dan membawa penderitaan yang tidak perlu kepada orang-orang yang sedang bergerak," kata Nicola Bay, direktur negara Dewan Pengungsi Denmark untuk Bosnia.

Baca Juga

Dia menuturkan, para pencari suaka dihadapkan dengan praktik pencegahan yang sistematis dan seringkali dengan kekerasan. Padahal orang-orang yang membutuhkan perlindungan internasional, atau sekadar mencari kehidupan yang lebih baik di UE. Mereka hanya terpaksa menggunakan rute yang semakin berbahaya.

"Pakta UE tentang migrasi dan suaka harus memetakan arah yang berbeda, dengan memastikan jalur yang aman dan legal tersedia bagi mereka yang mencari perlindungan internasional dan memperkuat kepatuhan hak asasi manusia di perbatasan eksternal dan internal UE," ujar Bay.

Menurut kementerian dalam negeri, Kroasia memiliki sekitar 17 ribu ranjau darat yang belum meledak dan persenjataan lainnya. Ranjau anti-personel telah menewaskan lebih dari 200 orang di Kroasia sejak akhir perang. Masalah persenjataan yang tidak meledak juga meluas ke Bosnia, salah satu negara paling terkontaminasi di dunia.

Menurut ITF Enhancing Human Security, sebuah organisasi kemanusiaan nirlaba, hampir 2 persen dari Bosnia dan Herzegovina, seluas 965 kilometer persegi, terkontaminasi. Pusat Pekerjaan Ranjau Bosnia dan Herzegovina (BHMAC) memperkirakan ada sekitar 79 ribu ranjau dan perangkat lain yang belum meledak. Banyak kamp migran informal dekat dengan daerah yang dipenuhi ranjau darat yang tidak meledak.

 
Berita Terpopuler