Pertemuan Paus Fransiskus dan Pemimpin Syiah Irak Besok

Paus Fransiskus dan pemimpin Syiah Al-Sistani akan bertemu besok

Vincenzo Pinto/Pool Photo via AP
Paus Fransiskus dan pemimpin Syiah Al-Sistani akan bertemu besok
Rep: Dea Alvi Soraya Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD—Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi umat Katolik, memulai kunjungannya ke Irak hari ini, Jumat (5/3). Kunjungan ini merupakan pertama kalinya dan ditujukan untuk tujuan perdamaian.

Baca Juga

Momen bersejarah dalam kunjungan ini adalah pertemuan antara Paus Fransiskus (84 tahun) selaku pemimpin gereja Katolik di seluruh dunia dengan tokoh terkemuka Islam Syiah, Ayatollah Ali al-Sistani (90 tahun), yang akan dijadwalkan bertemu pada Sabtu (6/3) besok. 

Pertemuan kedua tokoh besar dunia itu telah bergema di seluruh pelosok Iran, bahkan negara-negara tetangga. Mereka akan melakukan pertemuan tertutup selama 40 menit di rumah Ayatollah al-Sistani di kota Najaf. 

"Ini akan menjadi kunjungan pribadi tanpa preseden dalam sejarah, dan itu tidak akan menyamai kunjungan sebelumnya," kata seorang pejabat agama di Najaf, terlibat dalam perencanaan tersebut, dikutip di Huff Post, Jumat (5/3).

Bagi Vatikan, itu adalah pertemuan yang telah direncanakan selama beberapa dekade lalu, menyusul pembatalan kunjungan para pendahulu Fransiskus, merujuk kegagalan Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Irak. Pada Desember tahun lalu, Louis Sako, patriark Gereja Katolik Khaldea Irak mengatakan bahwa gereja berusaha menjadwalkan pertemuan antara Fransiskus dan Ayatollah, masuk dalam draf pertama program. 

Namun ada beberapa kendala, khususnya terkait kunjungan Paus ke Najaf. Sako akhirnya mengkonfirmasi pertemuan tersebut pada Januari, beberapa pekan setelah rencana perjalanan Paus disusun. Menurut dia, Al-Sistani terkenal sebagai pribadi yang tertutup dan tidak meninggalkan rumahnya di Najaf selama bertahun-tahun. 

“Dia tidak tampil di depan umum dan khutbahnya disampaikan oleh perwakilan. Dia jarang menerima pejabat asing,” kata dia.

Saat tiba di Najaf, Fransiskus harus berjalan sejauh 30 meter untuk memasuki rumah al-Sistani yang telah dia tempati sejak beberapa dekade. Paus disambut Mohammed Ridha, putra al-Sistani, dan saat bertemu dengan Ayatollah, mereka menunjukkan sikap saling menghormati. 

Francis melepas sepatunya sebelum memasuki kamar al-Sistani, tempat pertemuan. Al-Sistani, yang biasanya tetap duduk untuk pengunjung karena patah tulang paha yang dialaminya tahun lalu, juga berdiri untuk menyambut Francis di pintu dan mengantarnya ke sofa biru berbentuk L, dan mempersilakannya untuk duduk. "Hal ini tidak pernah dilakukan Yang Mulia dengan tamu mana pun sebelumnya," kata seorang pejabat agama di Najaf.

Dalam kunjungan ini, Fransiskus dan al-Sistani diharapkan akan menandatangani perjanjian perdamaian dan persaudaraan, seperti yang dilakukan Vatikan dengan imam besar al-Azhar, mewakili Islam Sunni, dan Ahmed el-Tayeb yang berbasis di Mesir.

Tanda tangan itu adalah satu di antara banyak elemen yang dinegosiasikan kedua belah pihak secara ekstensif. Namun pada akhirnya, para pejabat Syiah di Najaf mengatakan bahwa penandatanganan itu tidak ada dalam agenda, dan al-Sistani akan mengeluarkan pernyataan lisan sebagai gantinya.

Sebelum mengakhiri kunjungannya ke Najad, Fransiskus memberikan buah tangan, salah satunya ensiklik terbarunya ‘Brothers All’, tentang pentingnya persaudaraan yang lebih besar untuk mewujudkan perdamaian. Dalam kunjungannya, Paus juga akan melakukan konvoi di sepanjang jalan Rasool dan berhenti di Masjid Imam Ali, situs suci yang dihormati bagi Muslim Syiah. 

Sebelumnya, mendiang Paus Yohanes Paulus II tidak dapat mengunjungi Irak pada tahun 2000, ketika negosiasi gagal dengan pemerintah pemimpin Irak, saat itu Saddam Hussein. Selain pandemi yang terus mengakibatkan penundaan rencana kunjungan, serentetan serangan roket yang diklaim Amerika Serikat sebagai ulah Iran, serta tuduhan yang diarahkan pada al-Sistani sebagai peneror umat Kristen, ditambah kekhawatiran dan kontradiksi yang terjadi, membuat pertamuan kali ini juga terancam batal.

 Sebagai Paus, Fransiskus duduk di puncak hierarki resmi yang mengatur Gereja Katolik. Begitu pula posisi Al-Sistani sebagai salah satu ulama Syiah paling bergengsi di dunia, membuat mereka sangat dihormati di seluruh dunia.

“Kunjungan itu berpotensi membuat kesal beberapa orang dan mereka mungkin mencoba untuk menunda atau membatalkan kunjungan, saya pegang kekhawatiran ini,” kata seorang pejabat kedua di Najaf. 

Ebrahim Raisi, ketua pengadilan Iran, yang dianggap sebagai calon presiden potensial atau bahkan penerus Khamenei, namun berujung kekalahan, mengatakan, "Ini meningkatkan ketegangan dengan Iran, karena Yang Mulia tidak menemui Raisi tetapi justru bertemu dengan Yang Mulia Paus," kata pejabat itu.

“Saya melihat kunjungan paus ke Najaf sebagai puncak dari gerakan global dalam tradisi Islam-Kristen untuk mempromosikan keamanan dan perdamaian di negara kita,” Menteri Kebudayaan Irak, Hassan Nadhem.

 

sumber: huffpost  

 
Berita Terpopuler