Youtube Tutup Akun Lima Stasiun Televisi Myanmar

Penutupan dilakukan di tengah unjuk rasa mematikan di negara tersebut.

AP
Pengunjuk rasa anti-kudeta melepaskan alat pemadam kebakaran untuk melawan dampak gas air mata yang ditembakkan oleh polisi anti huru hara selama demonstrasi di Yangon, Myanmar, Kamis, 4 Maret 2021. Demonstran di Myanmar yang memprotes kudeta militer bulan lalu kembali ke jalan pada hari Kamis, tidak gentar oleh pembunuhan sedikitnya 38 orang pada hari sebelumnya oleh pasukan keamanan.
Rep: Lintar Satria Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Perusahaan induk Youtube, Alphabet Inc mengumumkan menutup lima saluran stasiun televisi pemerintah militer Myanmar dari situs berbagi video tersebut. Langkah ini dilakukan saat perlawanan terhadap kudeta 1 Februari semakin menguat.

"Kami telah menutup sejumlah saluran dan menghapus beberapa video dari Youtube sesuai dengan pedoman komunitas kami dan hukum yang berlaku," kata juru bicara Youtube dalam pernyataannya menanggapi pertanyaan kantor berita Reuters, Jumat (5/3).

Youtube mengatakan saluran jaringan penyiaran negara Myanmar Radio and Television (MRTV) salah satu saluran yang ditutup. Youtube juga menutup jaringan media milik militer Myawaddy Media, MWD Variety dan MWD Myanmar.

Penutupan ini dilakukan setelah unjuk rasa anti-kudeta paling mematikan sejak gelombang demonstrasi berlangsung. PBB melaporkan setidaknya 38 orang tewas termasuk satu orang petugas keamanan dalam unjuk rasa Rabu (3/3) lalu.

Militer Myanmar mengkudeta pemerintahan setelah menuduh pemilihan yang dimenangkan pemerintah Aung San Suu Kyi bulan November lalu diwarnai dengan kecurangan. Komisi pemilihan umum mengatakan, pemilihan berjalan dengan adil tapi militer menggunakan media untuk membenarkan kudeta mereka.

Baca Juga

Baca juga : Dubes Myanmar untuk PBB yang Diangkat Militer Pilih Mundur

Facebook menutup akun MRTV sejak bulan Februari lalu. Mereka juga sudah menutup akun Myawaddy dari tahun 2018 saat menyetop akun Panglima Militer Min Aung Hlaing yang kini berkuasa sebagai junta militer. Facebook juga sudah menutup lebih dari puluhan pejabat senior dan organisasi Myanmar.

Kini Facebook menutup semua halaman yang terhubung dengan angkatan bersenjata Myanmar. Media sosial lain juga berusaha mengatasi maraknya ujaran kebencian dan penyebaran informasi palsu di Myanmar.

Tentara dan polisi Myanmar yang bersenjata dilaporkan menggunakan TikTok untuk menyampaikan ancaman pembunuhan kepada pengunjuk rasa yang menentang kudeta militer. Militer juga mendorong aplikasi video singkat itu untuk menghapus konten yang memicu kekerasan.

Peneliti mengatakan setelah Facebook menutup akses militer Myanmar. Kini angkatan bersenjata negara Asia Tenggara itu mencari wadah lain untuk menampilkan diri.

Penelitian dan kelompok-kelompok lembaga swadaya masyarakat mengkritik Youtube karena lepas tangan selama pemungutan suara 8 November lalu. Kantor berita Reuters melihat salah satu video ancaman yang muncul bulan Februari lalu. Dalam video itu terlihat seorang laki-laki dengan kaus tentara memegang senjata laras panjang ke kamera.

 
Berita Terpopuler