3 Sunatullah yang akan Tetap Ada di Dunia dan Hikmahnya

Ada sunatullah di dunia yang tetap ada di kehidupan dunia

Pixabay
Ada sunatullah di dunia yang tetap ada di kehidupan dunia.
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ada beberapa sunatullah atau ketetapan Allah SWT yang telah diabadikan di dalam Alquran.  Kejadian-kejadian yang terjadi di muka bumi atas kehendak dan ketetapan Allah SWT.  

Baca Juga

Dilansir dari Islamweb, setidaknya ada tiga sunnatullah yang dicontohkan dan diabadikan di dalam Alquran, yaitu sunnah tadafu’ (pertarungan), sunnah ibtila' (ujian), dan sunnah tadawul (hukum pergiliran). Berikut ini penjelasan dari masing-masing dari tiga contoh sunatullah itu:

1. Sunnah tadafu’ (ketentuan pertarungan)

Tuhan menjadikan hidup manusia sebagai ajang persaingan antara kebenaran dan kebohongan, dan konflik antara yang baik dan yang jahat. Sunnah ini terjadi antar makhluk hidup untuk saling ber-tadafu’, bersaing, berkonfrontasi, berebut dan saling memangsa. Jika Allah tidak mepersatukan antara yang baik dan buruk, maka bumi akan rusak. Allah berfirman dalam Alquran:

وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ “Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (QS Al-Baqarah: 251). Dalam surat Al-Hajj, Allah juga berfirman: 

الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا ۗ وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

“(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa.”  (QS Al-Hajj: 40).

Namun, Allah tidak akan mengubah nasib manusia, kecuali ia sendiri yang berusaha mengubahnya. Allah berfirman: 

 ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ  "Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Sungguh, Allah Mahamendengar, Mahamengetahui. (QS Al-Anfal: 53). 

 

 

2. Sunnah ibtila' (ujian)

Di antara sunah-sunah Rabbaniyah yang diingatkan Alquran adalah adanya ibtila’ (ujian). Sunatullah ini memposisikan umat Islam sebagai obyek atau sasaran cobaan Allah SWT.

Sunatullah ini untuk menguji mereka sesuai dengan imannya, dan untuk mengungkapkan kepada orang-orang pendusata tentang kebenaran. Dalam Alquran Allah SWT berfirman:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta." (QS Al-Ankabut: 2-3). 

3. Sunnah tadawul (hukum pergiliran)  

Salah satu sunatullah dalam hidup manusia adalah hukum pergiliran atau semacam siklus kehidupan. Kaidah pergiliran itu berlaku, orang-orang yang tadinya di atas tiba-tiba harus bergelimpangan di bawah, dan mereka yang tadinya berdarah-darah di bawah sekarang berkibar di puncak kejayaan. 

Untuk apa? Apakah untuk menangisi kekalahan, seperti tumpah ruahnya kesedihan para sahabat saat mengalami kekalahan pada perang Uhud dalam bentuk isak tangis dan derai air mata?. Padahal Allah SWT telah berfirman dalam Alquran:

وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ "Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada." (QS Ali 'Imran: 140). 

Dengan sunnah tadawul, umat Islam dianjurkan untuk tidak pernah patah semengat. Semenderita apapun selalu tersedia kesempatan untuk merubah keadaan menjadi lebih baik. Selain itu, umat Islam juga harus menjadi pribadi yang terus bertumbuh.  

 

Sumber: islamweb 

 
Berita Terpopuler