Sumber Air Kendala Pemadaman Karhutla di Kotawaringin Barat

Luas lahan dilalap api di Kotawaringin Barat diperkirakan mencapai 60 hektare.

Antara/Nova Wahyudi
Ilustrasi.
Red: Yudha Manggala P Putra

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALAN BUN, KALTENG -- Proses pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kilometer 12 Jalan Pangkalan Bun-Kotawaringin Lama Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah terkendala sumber air dan sulitnya akses ke lokasi kebakaran. Luas lahan dilalap api hingga Senin (1/3) diperkirakan mencapai puluhan hektare.

"Kendala yang ditemui di lapangan adalah sulitnya akses menuju titik yang terbakar dan ketersediaan sumber air," ujar Bupati Kotawaringin Barat (Kobar) Hj Nurhidayah saat meninjau lokasi karhutla, Senin.

Untuk mencegah meluasnya lahan yang terbakar, rencananya tim penanganan karhutla akan membuat sekat bakar dan embung di sekitar lokasi.

"Tim penanganan bakal membangun akses ke sekitar titik yang terbakar. Membuat sekat agar api tidak semakin meluas dan embung agar tim penanganan bisa mencari sumber air untuk pemadaman, lantaran lokasi yang terbakar setiap tahun hampir di sekitar lokasi tersebut," jelas Nurhidayah.

Untuk merealisasikan rencana tersebut, pemkab segera mengirim alat berat ke lokasi karhutla. "Ada dua alat berat yang diturunkan ke lokasi. Di mana titik yang akan dibangun embung dan sekat bakar tersebut, nantinya bakal ditentukan tim teknis," lanjut Nurhidayah.

Menurut dia, sejak kebakaran lahan terjadi pada Jumat (26/2) hingga Senin (1/3), luas lahan yang dilalap api diperkirakan telah mencapai 60 hektare. Dari hasil pemetaan, lahan itu diketahui milik dua kelompok tani. "Saat ini pihak terkait masih memeriksa apakah ada unsur kesengajaan atau tidak dari terjadinya karhutla di lokasi tersebut," tambahnya.

Nurhidayah pun mengimbau warga tidak membuka lahan dengan cara membakar demi mencegah terjadinya bencana karhutla. "Untuk membantu masyarakat dalam membuka lahan, sebenarnya masyarakat bisa mengajukan permohonan peminjaman alat berat ke Pemkab Kobar. Namun, karena keterbatasan alat, tentunya pelaksanaannya tidak bisa sangat cepat, lantaran harus bergantian," tuturnya.

Untuk itu, Nurhidayah meminta masyarakat bersabar dan tidak membakar lahan karena hal tersebut potensi menimbulkan kabut asap.

Di tempat yang sama, Kapolres Kobar AKBP Devy Firmansyah mengonfirmasi bahwa pihaknya telah memeriksa dua kelompok tani yang lahan mereka terbakar. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui apakah ada unsur kesengajaan atau tidak.

"Tempat penyidikan masih menunggu lebih lanjut apakah dilakukan di Polda Kalteng atau di Polres Kobar," tegas Devy.

Berdasarkan pantauan di lapangan, helikopter milik Polda Kalteng telah berada di lokasi untuk memantau dan mengukur lahan yang terbakar melalui udara.

 
Berita Terpopuler