11 Orang Tewas Dalam Unjuk Rasa Paling Mematikan di Myanmar

Myanmar didera gelombang unjuk rasa sejak ada kudeta militer.

REUTERS/STRINGER
Seorang pengunjuk rasa pro-demokrasi ditahan oleh petugas polisi anti huru hara selama unjuk rasa menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, 27 Februari 2021.
Rep: Lintar Satria Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON--Polisi Myanmar melepaskan tembakan ke arah pengunjuk rasa di demonstrasi anti-kudeta paling mematikan bulan ini. Media, sumber medis, politik dan warga setempat melaporkan sebelas orang tewas dan sejumlah orang terluka.

Polisi melepaskan tembakan di beberapa wilayah di pusat ekonomi Yangon. Setelah granat kejut, gas air mata dan tembakan di udara gagal membubarkan massa pengunjuk rasa.

Gambar yang diambil media lokal memperlihatkan pengunjuk rasa yang terluka dibopong oleh rekan-rekannya. Salah seorang dokter mengatakan satu orang pria tewas dengan luka tembakan peluru karet di dadanya.

"Myanmar seperti medan perang," kata Kardinal Gereja Katolik Myanmar Charles Maung Bo, di Twitter, Ahad (28/2).

Sejak militer mengkudeta pemerintahan Aung San Suu Kyi yang terpilih secara demokratis pada 1 Februari lalu. Myanmar didera gelombang unjuk rasa. Demonstran menuntut militer membebaskan Suu Kyi dan politisi-politisi yang ditahan dan mengembalikan kekuasaan ke pemerintahan yang sah.

Kudeta ini menghentikan proses demokrasi setelah militer berkuasa selama hampir setengah abad. Puluhan ribu rakyat Myanmar turun ke jalan. Negara-negara Barat juga mengecam kudeta dan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa.

Indonesia yang aktif melakukan diplomasi di Myanmar sudah mengeluarkan pernyataan mengenai kekerasan terhadap pengunjuk rasa. Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan Indonesia sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan di Myanmar  yang telah menyebabkan korban jiwa dan luka-luka. Indonesia juga duka cita dan belasungkawa yang mendalam kepada korban dan keluarga korban.

"Indonesia  menyerukan agar aparat keamanan tidak menggunakan kekerasan dan menahan diri guna menghindari lebih banyak korban jatuh serta mencegah situasi tidak semakin memburuk," kata Kementerian Luar Negeri Indonesia dalam pernyataan tersebut.

Pejabat PBB yang menolak namanya sebut mengatakan PBB menerima laporan lima orang tewas di Yangon. Politisi Myanmar Kyaw Min Htike mengatakan polisi juga melepaskan tembak di selatan kota Dawei, menewaskan tiga orang dan melukai beberapa orang lainnya.

Baca Juga


Media lokal Myanmar Now melaporkan dua orang tewas terbunuh di kota Mandalay. Seorang warga Mandalay Sai Tun mengatakan pada siang hari polisi kembali melepaskan tembakan dan menewaskan satu orang perempuan.

"Tim medis memeriksanya dan mengkonfirmasi ia tak terselamatkan, ia tertembak di kepala," kata Sai Tun.

Polisi dan juru bicara dewan penguasa militer tidak merespon permintaan komentar. Salah satu korban tewas di Yangon adalah seorang guru bernama Tin New Yee.

Seorang rekan dan putrinya mengatakan Yee tewas usai polisi berusaha membubarkan unjuk rasa guru dengan granat kejut. Massa berlarian dengan terburu-buru. Polisi juga menembakan granat kejut ke sekolah dokter di Yangon. Para mahasiswa dan dokter pun berlarian ke mana-mana.

Kelompok dokter yang menginisiasi kampanye pembangkangan sipil, Whitecoat Alliance mengatakan polisi menangkap lebih dari 50 staf medis. Polisi juga membubarkan berbagai unjuk rasa seluruh penjuru Myanmar.

 
Berita Terpopuler