Alasan Mengapa Nabi Selain Muhammad SAW tak Beri Syafaat

Nabi terdahulu selain Nabi Muhammad SAW tak bisa berikan syafaat

republika
Nabi terdahulu selain Nabi Muhammad SAW tak bisa berikan syafaat. Rasulullah SAW (ilustrasi)
Rep: Imas Damayanti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Syafaat Nabi Muhammad SAW diberikan kepada para pengikutnya yang sering mengucapkan shalawat dan terus mendoakannya. Lantas mengapa Nabi-Nabi terdahulu tak bisa memberikan syafaat layaknya Nabi Muhammad?

Baca Juga

Pakar Ilmu Alquran, KH Ahsin Sakho, menjelaskan  Nabi Muhammad SAW merupakan satu-satunya Nabi yang diutus untuk seluruh umat manusia. Sehingga tugas Rasulullah sangatlah berat, tidak seperti Nabi-Nabi terdahulu yang hanya diutus untuk umat tertentu namun tingkat keberhasilannya belum tentu maksimal.

“Kalau Nabi-Nabi terdahulu itu diutus hanya untuk umatnya saja. Sedangkan Rasulullah di utus untuk seluruh umat sampai akhir zaman,” kata KH Ahsin dalam kajian live streaming, Kamis (25/2). Allah berfirman dalam Alquran Surah Al-Anbiya ayat 107: 

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ “Wa maa arsalnaka illa rahmatan lil-alamin.” Yang artinya: “Dan tidaklah Kami mengutus engkau (wahai Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” 

Di sisi lain, beliau menjelaskan, tidak ada satu Nabi pun yang bisa menerobos Sidratul Muntaha kecuali Rasulullah SAW. Hal itu menjadi bukti bahwa Nabi Muhammad merupakan sayyidul anbiya wal-mursalin. 

Dan ketika kiamat, kata beliau, semua manusia akan berkumpul dan berlutut mencari para Nabi. “Berlutut mulai dari Nabi Adam, lalu ditolak dan disuruh berlutut ke Nabi Nuh. Nabi Nuh menyuruh manusia berlutut ke Nabi Ibrahim, tapi Nabi Ibrahim menyuruh berlutut ke Nabi Musa, Nabi Musa juga menyuruh berlutut ke Nabi Isa, dan Nabi Isa menyuruh manusia berlutut ke Nabi Muhammad. Mengapa semua Nabi menolak? Karena mereka tidak bisa memberikan syafaat, kecuali Nabi Muhammad saja,” kata beliau.

 

Lebih lanjut beliau menjelaskan, akhirnya hanya Rasulullah sajalah yang dapat memberikan syafaat kepada umatnya. Nabi berkata: “Ana laha, ana laha,”. Yang artinya: “Aku untuk dia, aku untuk dia,”. Yang dimaksud dengan kata ‘dia’ adalah mereka yang berhak mendapatkan syafaat beliau. Maka Allah berkata kepada Nabi: “Isyfa tusayaffa,”. Yang artinya: “Berikanlah syafaat (kepada dia) maka (dia) akan diberikan syafaat,”.

“Siapa itu? Ya orang yang sering membaca shalawat kepada Nabi. Bershalawat itu bentuk rasa syukur kita, kita dipertemukan dengan Alquran, kita dipertemukan dengan teladan Nabi Muhammad SAW,” Kiai Ahsin.

Keistimewaan Nabi Muhammad yang menjadi satu-satunya Nabi yang dapat memberikan syafaat, kata beliau, tak lepas dari keluhuran akhlak dan perjuangan dakwahnya yang tuntas. Sebab jika dibandingkan dengan Nabi-Nabi sebelumnya, dakwah Rasulullah SAW sangatlah sempurna meski beliau diturunkan di tengah lingkungan masyarakat jahiliyah.

Sementara jika menelisik perjalanan dakwah para Nabi-Nabi terdahulu, maka perbandingan perjalanan dakwah Nabi Muhammad jelas jauh lebih tinggi. Misalnya, KH Ahsin menjabarkan, Nabi Adam tak bisa memberikan syafaat karena beliau merasa bahwa akibat kesalahannya melanggar perintah Allah di surga lah maka manusia diturunkan ke muka bumi.

Selanjutnya pada Nabi Nuh AS, kata beliau, setelah berdakwah selama 950 tahun, Nabi Nuh hanya mampu mengajak sekitar 80-an orang saja yang mempercayai risalahnya. Begitu pun dengan Nabi Musa AS yang pada akhirnya didurhakai oleh umat Yahudi yang dibelanya. Adapun dengan Nabi Isa, menurut beliau, pun tidak begitu sempurna perjalanan dakwahnya sebab nyaris saja terbunuh.

 

Adapun Rasulullah SAW menjalani sejumlah rintangan dakwah yang tak mudah, namun demikian KH Ahsin berpendapat bahwa rintangan tersebut mampu dilalui dan dengan baiknya Nabi berhasil menancapkan nilai luhur akhlak. Istimewanya, nilai-nilai dari ajaran Islam mengenai akhlak itu berlaku untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman.   

 
Berita Terpopuler