Ekspor Januari Cetak Rekor, Kemendag Pede Kinerja Membaik

Surplus perdagangan pada Januari 2021 menjadi yang tertinggi sejak Januari 2014.

Tim infografis Republika
Neraca dagang (ekspor impor)
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Neraca perdagangan pada Januari 2021 kembali mengalami surplus yang cukup tinggi sebesar 1,96 miliar dolar AS. Itu merupakan surplus Januari tertinggi sejak Januari 2014. Surplus perdagangan Januari 2021 disumbang oleh surplus neraca nonmigas sebesar 2,6 miliar dolar AS dan defisit neraca migas sebesar 668,1 juta dolar AS.

Baca Juga

"Kita mengawali tahun 2021 dengan cukup baik. Kinerja neraca perdagangan luar negeri Indonesia masih terus melanjutkan tren surplus bulanan yang terjadi sejak bulan Mei 2020," kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam konferensi pers virtual, Kamis (25/2).

Ia mengatakan, komoditas penyumbang surplus Januari 2021 antara lain lemak dan minyak hewan/nabati, bahan bakar mineral, dan alas kaki. Sementara itu, negara negara mitra dagang utama Indonesia yang menjadi penyumbang surplus nonmigas terbesar Januari 2021 yaitu Amerika Serikat, India, Filipina, Jepang, dan Malaysia.

"Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2021 lebih baik dibanding Januari tahun 2019 yang mengalami defisit 1,0 miliar dolar AS dan Januari 2020 yang mengalami defisit 0,6 miliar dolar AS,” katanya.

Lutfi menilai, surplus Januari 2021 menunjukkan perbaikan neraca perdagangan karena adanya kenaikan ekspor yang lebih tinggi dibandingkan kinerja impor yang masih menunjukkan penurunan.

Pada Januari 2021, kinerja ekspor Indonesia mencapai 15,3 miliar dolar AS atau meningkat 12 persen dibanding bulan yang sama tahun lalu (yoy). Ia menyatakan, ekspor Indonesia di awal 2021 menunjukkan kinerja yang cukup baik, meskipun masih dalam masa pandemi Covid-19.

Ia menyampaikan, tren positif kinerja ekspor Januari 2021 terutama disebabkan adanya peningkatan harga komoditas internasional. Indeks harga komoditas energi pada Januari 2021 meningkat sebesar 10,0 persen dari bulan sebelumnya (mtm).

Selain itu, indeks harga non energi tumbuh sebesar 4,4 persen (mtm) dan indeks harga logam mulai tumbuh sebesar 1,1 persen (mtm). Sejumlah produk ekspor yang mengalami peningkatan harga internasional adalah komoditas perkebunan, seperti minyak kernel sawit, teh, kopra, dan karet. Selain itu, komoditas pertambangan, seperti batubara, bijih besi, tembaga, timah, dan nikel.

 

Adapun untuk ekspor nonmigas Indonesia ke beberapa pasar utama pada Januari 2021 masih mengalami peningkatan. Antara lain ekspor nonmigas ke Thailand tercatat naik 14,7 persen (mtm) dan Australia tercatat naik 10,0 persen (mtm).

Khusus untuk peningkatan ekspor ke Thailand diakibatkan adanya peningkatan ekspor produk besi dan baja hingga empat kali lipat menjadi 12,8 miliar dolar AS pada Januari 2021 dibandingkan Desember 2020 sebesar 3,1 juta dolar AS. Selain itu, tembaga dan barang-barang terkait meningkat tiga kali lipat menjadi 28,3 juta dolar AS dibanding Desember 2020 sebesar 10,3 juta dolar AS.

Lebih lanjut, Lutfi menjelaskan, ekspor nonmigas Indonesia ke kawasan negara berkembang mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pada Januari 2021, ekspor nonmigas ke kawasan Afrika Selatan mengalami peningkatan sebesar 138,5 persen secara tahunan (yoy), Eropa Timur sebesar 127,9 persen (yoy), dan Afrika Timur 57,7 persen (yoy).

“Kondisi pandemi yang mulai membaik di kawasan Afrika Selatan mendorong permintaan konsumsi di kawasan tersebut. Pemerintah Afrika Selatan sudah mengizinkan perjalanan normal dan mencabut larangan perjalanan di daerah perbatasan, khususnya Zimbabwe, Mozambik, dan Botswana," ujarnya.

Lutfi menambahkan, membaiknya kondisi permintaan juga dirasakan di kawasan Eropa Timur, seperti Republik Ceko, Estonia, Lithuania, dan Slovenia.

Adapun untuk kinerja impor tercatat sebesar 13,34 miliar dolar AS atau turun 7,59 persen dari bulan sebelumnya (mtm). Pelemahan kinerja impor Indonesia pada Januari 2021 terutama didorong penurunan impor nonmigas sebesar 9 persen.

Sementara itu, impor migas mengalami kenaikan sebesar 4,73 persen (mtm) akibat adanya lonjakan impor minyak mentah sebesar 73,90 persen.

“Ditinjau dari golongan penggunaan barang, penurunan impor Indonesia Januari ini terjadi pada seluruh golongan penggunaan barang. Kontraksi impor terdalam terjadi pada impor barang modal yang turun 21,23 persen secara bulanan. Kemudian, diikuti penurunan impor barang konsumsi dan bahan baku/penolong sebesar 17 persen dan 2,62 persen,” kata Mendag.

 

 
Berita Terpopuler