Teddy Rusdy, SMA Taruna Nusantara, dan Cita-Cita Perjuangan

Berdirinya SMA Taruna Nusantara adalah hasil analisis intelijen LB Moerdani

Istimewa
Teddy Rusdy, Pelopor Pendirian SMA Taruna Nusantara Magelang
Red: Elba Damhuri

Oleh : Takwa Fuadi, Ketua Umum Ikatan Alumni SMA Taruna Nusantara Periode 2001– 2008

REPUBLIKA.CO.ID. --- Sejak berdiri 30 tahun yang lalu, SMA Taruna Nusantara masih terus menarik minat pemuda-pemudi Indonesia untuk mengikuti pendidikan di sana. Terlebih, dengan 9.000-an alumni yang tersebar di seluruh dunia dalam beragam profesi seraya menorehkan berbagai prestasi, semakin menyemangati para orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sana.

Baca Juga

Mungkin tidak banyak yang tahu kalau berdirinya sekolah ini merupakan hasil dari operasi intelijen. Kelahiran SMA Taruna Nusantara dibidani oleh orang-orang yang berlatar-belakang intelijen, yakni, yang bertugas di Badan Intelijen Strategis Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (BAIS ABRI). 

Ide pendiriannya berawal dari analisis intelijen pendiri BAIS, Jenderal TNI LB Moerdani, saat itu Panglima ABRI. Pak Benny mempelajari perjalanan sejarah bangsa-bangsa dunia dan strategi-strategi yang mereka persiapkan dalam menyongsongAbad ke-21. Akhir Abad ke-20, sementara itu, ditandai dengan semakin derasnya arus globalisasi di segala bidang, yang makin mengaburkan batas-batas budaya, peradaban, bahkan bangsa dan negara.

Pak Benny menyimpulkan, bangsa-bangsa yang akan menjadi penyintas di abad ke-21 adalah mereka yang sanggup menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman seraya tetap mempertahankan jatidiri. Sebaliknya, nilai, paham, dan semangat kebangsaan yang rapuh, yang mudah diombang-ambingkan nilai-nilai asing yang belum tentu cocok, dapat membuat bangsa yang bersangkutan lemah, bahkan musnah sama-sekali dari peta politik-ekonomi global. 

Pelestarian dan pengembangan jatidiri bangsa, menurut Pak Benny, hanya dapat dilakukan melalui pendidikan. Untuk itulah beliau mempelajari berbagai sistem pendidikan baik di Indonesia maupun mancanegara, dari mulai pesantren-pesantren sampai beberapa sekolah berasrama di luar negeri. Dari studi-studi banding itu, sistem Taman Siswa diyakini Pak Benny paling cocok untuk tujuan melestarikan dan mengembangkan nilai, paham, dan semangat kebangsaan.

Hal ini disampaikan dalam sambutan resminya selaku Panglima ABRI pada 20 Mei 1988, dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-80 di Pendopo Agung Taman Siswa, Yogyakarta. Dalam menyongsong abad ke-21 diperlukan suatu sistem pendidikan khusus “…untuk mendapatkan tenaga inti kekuatan kebangsaaan yang berkualitas tinggi dan dapat terus memperjuangkan, melanjutkan, mengamati, menjaga, membangun, serta mengembangkan cita-cita bangsa Indonesia, tidak ubahnya seperti Perguruan Taman Siswa pada zaman Kebangkitan Nasional dahulu.”

Marsekal Muda TNI Teddy Rusdy selaku Asisten Perencanaan Umum ABRI merangkap Direktur E/Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan BAIS ABRI ditugasi Pak Benny untuk mewujudkan gagasan tersebut. Pak Benny memang sudah mengenal Pak Teddy Rusdy sejak beliau menjabat Asintel Hankam/Asintel Kopkamtib pada 1974,sedangkanPak Teddy Rusdy waktu itu masih berpangkat Mayor dan sedang mengikuti pendidikan di Seskoal. 

 

Pak Benny yakin bahwa Pak Teddy Rusdy adalah orang yang tepat untuk mengemban tugas mulia menyiapkan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa.Bekal pengalaman Pak Teddy Rusdy sangat lengkap, dimulai dari pengalaman tempur dalam Operasi Naga untuk membebaskan Irian Barat, di mana beliau dianugerahi bintang jasa tertinggi, Bintang Sakti Maha Wira.

Di bidang penugasan teritorial, Pak Teddy Rusdy pernah menjabat sebagai Ketua DPD Golkar Lombok Barat. Belum lagi di bidang intelijen, beliau terlibat dalam berbagai operasi sangat rahasia, seperti operasi pembebasan sandera Pesawat Garuda DC-9 Woyla. Itulah sebabnya Pak Teddy Rusdy dipercaya untuk menjabat sebagai Ketua Umum pertama Lembaga Perguruan Taman Taruna Nusantara, dengan tugas menyiapkan pendirian SMA Taruna Nusantara.

Dalam menyiapkan perangkat keras beliau dibantu oleh Brigadir Jenderal TNI Sudarmadji selaku Kepala Pusat Konstruksi Apartemen Hankam. Untuk perangkat lunak beliau dibantu oleh Laksamana Muda TNI Wahyono SK PhD. Perangkat lunak ini antara lain berupa pataka dan lambang SMA Taruna Nusantara, kurikulum pendidikan, pedoman bagi siswa maupun pengelola—termasuk para guru yang disebut sebagai pamong pengajar pengasuh, sampai lagu-lagu.

Kampus SMA Taruna Nusantara diresmikan oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan LB Moerdani pada Sabtu, 14 Juli 1990, ditandai dengan penandatanganan prasasti bertulis: “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Kampus SMA Taruna Nusantara dipersembahkan untuk masa depan Bangsa dan Negara”.

Pada hari yang sama, Panglima ABRI Jenderal TNI Try Sutrisno, bertindak selaku Inspektur Upacara, meresmikan dimulainya pendidikan angkatan pertama SMA Taruna Nusantara. Sebanyak 281 siswa dilantik pada hari itu, setelah melalui proses seleksi ketat dan berlapis-lapis terhadap remaja-remaja lulusan sekolah lanjutan tingkat pertama dari seluruh wilayah Indonesia.

Sebagaimana umumnya sekolah lanjutan tingkat atas di Indonesia, pendidikan di SMA Taruna Nusantara berlangsung selama tiga tahun.Hingga saat ini, SMA Taruna Nusantara telah meluluskan 30 angkatan, dengan alumni berjumlah kurang lebih 9.000 orang, tersebar di seluruh Indonesia dan dunia, berkiprah dalam beragam profesi, menorehkan berbagai prestasi.

Jika hanya berkiprah dalam beragam profesi, menorehkan berbagai prestasi, maka semua lulusan sekolah mana pun di Indonesia dan dunia melakukannya. Sesuai dengan tujuan pendiriannya, Para Pendiri SMA Taruna Nusantara meminta pemuda-pemudi yang dididik di sana untuk mengucapkan“Tri Prasetya,” yang artinya “tiga sumpah setia yang harus dipegang sampai mati,” sebagai berikut.

 

Tri Prasetya Siswa

Perguruan Taman Taruna Nusantara

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,

Kami, siswa Perguruan Taman Taruna Nusantara, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bertanah air satu, Tanah Air Indonesia, Berbangsa Satu, Bangsa Indonesia, Berbahasa satu, Bahasa Indonesia, Bernegara Satu, Negara Kesatuan Republik Indonesia

Kami, siswa Perguruan Taman Taruna Nusantara, adalah putra-putri Ibu Pertiwi Indonesia, Setia pada proklamasi 17 Agustus 1945, Setia pada Pancasila, Setia pada Undang-Undang Dasar 1945. Bersedia menyerahkan seluruh jiwa raga bagi cita-cita dan perjuangan bangsa Indonesia

Kami, siswa Perguruan Taman Taruna Nusantara, berkepribadian mandiri dan berjiwa merdeka, memgang teguh disiplin, persatuan dan kesatuan, mewujudkan kecerdasan, kemajuan dan kesejahteraan dan di manapun berada memberikan karya terbaik bagi masyarakat bangsa negara dan dunia

Sumpah ini diucapkan ketika memulai pendidikan, sekali lagi ketika menyelesaikan pendidikan, dan dibacakan setidaknya seminggu sekali setiap upacara bendera pada hari Senin. Sebelum meninggalkan kampus, para alumni SMA Taruna Nusantara juga diminta untuk mengucapkan Janji Alumni, yaitu, untuk selalu memegang teguh Tri Prasetya.

Bertahun-tahun kemudian setelah purna tugas, Pak Teddy Rusdy,juga Pak Try Sutrisno, dalam berbagai kesempatan selalu mengingatkan para alumni SMA Taruna Nusantara akan janjinya. Terlebih, ketika apa yang mereka khawatirkan sewaktu mendirikan SMA Taruna Nusantara ternyata terjadi.

Saat ini bangsa Indonesia seakan-akan linglung, seperti tidak kenaldiri sendiri, terombang-ambing dalam situasi dan kondisi yang tidak menentu. Bahkan, sebagian besar tidak menyadari ketika Undang-Undang Dasar 1945, yang merupakan landasan seluruh segi kehidupan berbangsa dan bernegara, diubah berkali-kali, sedang perubahan itu menyimpang jauh dari nilai-nilai yang diperjuangkan oleh Para Pendiri Bangsa.

 

Akibatnya, persatuan kebangsaan setiap saat dibahayakan. Harkat kemanusiaan anak bangsa dihinakan. Negara kerakyatan dikangkangi dan dijarah-rayah oligarki. Keadilan sosial seakan hanya tinggal mimpi. Bahkan, Ketuhanan dan ajaran agama jadi bahan pertengkaran dan olok-olokan.

Sudah selayaknya, dalam keadaan genting ini, alumni SMA Taruna Nusantara, yang bersumpah dengan Tri Prasetya, tampil ke muka memberi keteladanan bagi bangsa,dengansegenap jiwa raga mengembalikan perjuangan bangsa ke arah yang dicita-citakan oleh para Pendiri Bangsa.

Di hari-hari terakhirnya, Pak Teddy sering berpesan: “Sebagai seorang navigator Angkatan Udara, jika saya tersesat, maka saya akan kembali ke titik terakhir yang masih saya kenali, dan memulai lagi perjalanan dari situ.Bagi bangsa ini, titik itu adalah Pancasila dan UUD 1945 [yang asli].”

Seribu hari yang lalu, Pak Teddy dengan tenang meninggalkan kita semua menghadap Sang Pencipta.Semogaapa yang telah beliau kerjakan dan perjuangkan dapat menjadi pahala bagi beliau. Atas izinNya, perjuangan itu akan dilanjutkan oleh alumni SMA Taruna Nusantara, sampai tercapai!

Semoga Tuhan Memberkati Sumpah dan Janjiku!

 
Berita Terpopuler